Bu Eka di tahan Bu Lastri, akhirnya mereka di pisah, dan Bu Susi yang merasa tak salah masih saja merepek.
"Kan bener toh yang aku bicarakan, memang suami Wulan itu gak ganteng," kata Bu Susi masih tak terima.
"Iya sudah, sudah dong Susi, kamu lupa jika suami Wulan itu juragan tengkulak, kamu mau suamimu kehilangan pekerjaan karena kamu salah mengusik orang, pikir dong," kesal Bu Sundari yang merasa lelah telah menahan satu orang yang lebih gede darinya.
"Ah iya aku lupa, sudah lah mau pulang dulu,besok aku datang lagi,sekarang sudah gak ngapa-ngapain kan," kata Bu Susi yang terlanjur kesal.
"Kamu ini gimana sih, masih banyak pekerjaan tau,bantu bikin kue, tenaga mu gede bantu tumbuk tetel/jadah," kata Bu Sundari.
Bu Susi pun tak bisa mengatakan apapun dan menurut, sedang Bu Eka sudah di tenangkan oleh adiknya yaitu ibu Wulan.
"Sudah dong mbak, kasihan Wulan kalau denger lagi, mbak tau tadi dia sudah nangis karena ucapan Bu Susi, jangan di buat sedih lagi dong, mbak kan tau Wulan begitu dekat dengan mu," bujuk ibu Wulan memohon.
"Tapi mulutnya Susi itu tak bisa di rem, aku tak terima dengan apa yang dia bicarakan," kata Bu Eka
"Sudah dong Eka, kita ini sesama tetangga dan teman mbok ya kamu ini sabar, kamu kan tau mulut Susi bagaimana," kata Bu Lastri.
Bu Eka pun mencoba tenang, dia bahkan sampai garis minum es jeruk biar kepalanya dingin.
Akhirnya semua orang sibuk membuat kue, dan Bu Susi serta Bu Eka juga berbaikan karena mereka juga tetangga dekat.
Keesokan harinya,saat acara resepsi pun tak lepas dari komentar para ibu julid ini.
Bagaimana tidak hanya karena sebuah kesalahan yang membuat semua rempong.
Tapi pesta itu berakhir dengan sangat baik, dan setelah itu ada acara tinjauan ke para tetangga dari keluarga Wulan.
Dan di saat itu semua orang yang membantu saat pesta di beri uang seratus ribu sebagai ganti uang lelah.
Bu Susi dan Bu Lastri dan beberapa ibu-ibu sedang melakukan kumpul bersama di depan teras.
Mereka biasa sambil mencari uban satu sama lain atau kutu rambut,sambil membahas tentang masalah tetangga yang di bahas sampai tuntas.
"Eh Bu... kemarin ada yang dapat tinjauan dari Wulan dan suami gak, katanya juragan tengkulak opo, orang cuma kasih beras lima kilo, gila dua kilo, mie elang dua dan uang seratus ribu, cih... gak sumbut sama lelahnya," kata Bu Lastri.
"Itu mah mending Bu Lastri,masih di kasih banyak begitu, kemarin tuh ya, saya bantu-bantu di rumah Bu Suratman, orangnya kan kaya nih, wah kalau pulang banyak nih bingkisannya, ealah Bu... prek," kata Bu Anas yang menyahut.
"Eh... mosok Bu, padahal orang kaya loh," saut Bu Susi.
"Emm... mantu geden, pas buyar manten preketek, sampean ingat tidak daging rawon juga sak upil-upil, wes pokok e rak ngenah blas," kata Bu Anas lagi.
"Berarti mending no ndek rumah e Wulan wingi, semua masih di kasih uang seratus ribu sama Gawan begitu banyak," kata Bu Lastri.
"Iya se, tapi pean gak bisa lihat, suaminya item gitu, aku ya ora kolu ngeloni loh,"
"Alah cok, koyok suamimu Ari wibowo ae, wong potongane koyok Jojon ngunu og," ledek Bu Anas pada Bu Susi.
"Halah Halah Halah... bojo mu Ki Podo wae, persis Doyok gitu," saut Bu Susi tak terima.
"Tidak apa-apa yang penting banyak uang, ha-ha-ha-ha," kata Bu Anas tertawa.
Saat begitu, tiba-tiba ada mobil dari toko elektronik lewat, dan seorang pria turun guna menanyakan alamat.
"Maaf permisi ibu, kalau boleh tau rumah bapak Surip atau ibu Eka RT nol dua, RW nol empat ini mana ya?" tanya pria muda itu.
"He,eh... ada apa mas, kok cari rumah Eka segala?" tanya Bu Lastri penasaran.
"Ini Bu, mau antar mesin cuci, sekalian mau tanya rumah mbak Wulan yang habis menikah ini, sebelah mana ya," tanya pria itu
"Aduh beli apa dia, masak baru nikah kemarin sudah borong," tanya Bu Anas.
"Ini Bu, beli kulkas empat pintu dan mesin cuci juga," jawab pria itu.
"Alah alah, paling juga hutang, sudah itu rumahnya yang ada prontok padi itu rumah Bu Eka, kalau Wulan mboh golek i Dewe (cari sendiri)," jawab Bu Susi yang merasa tersaingi
"Itu mas, rumah yang baru di bangun ada orang yang membuat pagar besi, itu rumah mbak Wulan," kata Bu Toto yang dari tadi diam.
"Hah!!!" kaget ketiganya.
"Loh pada tidak tau ya, itu rumah Wulan yang di bangunkan suaminya, dan mereka tinggal di sana, aduh ketinggalan gosip nih," ledek Bu Toto.
"Alah... alah..." kata Bu Lastri yang tak menyangka jika gadis itu begitu beruntung.
"Terima kasih ya Bu, kalau begitu saya permisi," pamit pria itu.
"Tunggu mas, kalau boleh tau itu kredit apa cash," tanya Bu Toto penasaran.
"Cash Bu, pembayaran atas nama pak Mulyono," jawab pria itu yang kemudian pergi
"Wah... beneran ya si Eka, masak jual ponakannya demi mesin cuci," kata Bu Susi.
"Lambemu yuk, mau di tapok lagi sama Eka, sudah tau dia itu kalau marah suka main tangan, kalau itu ya tinggal beli, orang suamimu juga orang berduit gitu, atau jangan-jangan suamimu nikah lagi ya di luar kota," kata Bu Anas makin meledek Bu Susi.
"Tidak mungkin, bagaimana bisa suamiku nikah lagi, orang istrinya cantik gini, putih, semok dan menggoda," saut Bu Susi.
"Koyok sapi seng di ambil susu e," jawab Bu Lastri tertawa.
Dia sangat senang jika meledek temannya itu, sedang Bu Susi kesal karena terus di sebut sapi oleh Bu Lastri.
Padahal badannya gemuk juga karena melahirkan anak keduanya.
Sedang pak Surip kaget karena rumahnya kedatangan mesin cuci baru, "tapi saya tidak beli," kata pria itu tak mau menerimanya.
"Itu pakde, saya dan mas Yono yang belikan,sebagai ucapan terima kasih sudah menjodohkan saya dengan Wulan, jika perlu saya belikan motor, karena tak ada yang terbaik selain memiliki Wulan sebagai istri," kata mas Yono.
"Boleh lah,buat mas mu Alan sekolah," kata Bu Eka.
"Ibu, kok gak tau malu sih, nanti bapak belikan sendiri," kata pak Surip malu.
"Tidak apa-apa pakde, itu janji saya saat mencari istri soalnya, besok motornya biar di antar, maaf jika nanti bukan motor baru ya," kata mas Yono.
"Ya gak papa, yang penting bisa jalan, oh jangan lupa sama mertua mu ya mas Yono," kata Bu Eka.
"Pasti Bude," jawab pria itu senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments