hari kerja berikutnya Nadila kembali pada rutinitasnya bergelut dengan kertas bercap hitam itu dan tidak lupa membuat kopi di setiap meja seniornya. membuat kopi sebagai pekerjaan tambahan tanpa imbalan selalu terjadi setiap harinya. Di suruh kesana kemari oleh seniornya itu.
"Nadila, jangan lupa memeriksa file ini ya lakukan dengan cepat kalau tidak kamu akan lembur" kata Klara yang selalu membebankan pekerjaan kepada Nadila.
"baik kak." jawab Nadila tertunduk
"nadila kenapa tidak kamu tolak saja, itu bukan bagianmu seharusnya jangan kamu kerjakan" kata Belinda
"tidak masalah bel, lagian pekerjaanku sudah hampir selesai kok" kata Nadila pasrah.
"baiklah, aku makan siang dulu jangan lupa makan bekalmu hehehe" kata Belinda yang mengerti keadaan ekonomi temannya sedang memburuk.
Nadila meregangkan badannya yang sudah kaku bekerja, lalu membuka bekal makan siangnya di meja kerjanya. tanpa sengaja kegiatannya tertangkap oleh mata tuan muda Liam yang tanpa sengaja melewati pintu divisi itu.
"siapa gadis itu, apa yang dia makan?"
tuan muda Liam terus mengamati Nadila yang makan dengan mulut yang belepotan.
tingkahnya itu telah berhasil membuat sudut bibir tuan Liam tertarik membentuk sebuah senyuman yang nyaris tak terlihat.
setelah menyelesaikan misinya menonton orang makan sang tuan muda kembali ke ruangannya. sekretaris Ken menyajikan makan siang di atas meja untuk tuan mudanya.
"makan siang sudah siap tuan muda" Ken
"hmm" tuan Liam memakan makan siang nya yang tergolong mahal dari makanan kelas atas.
"ini makanan memang enak tapi kenapa tidak senikmat cara makan gadis itu ya" tuan Liam mencari sisi kenikmatan sebuah makanan. menurutnya biasa saja tapi, melihat karyawan diruang divisi tadi terasa menyenangkan.
"ada meeting sekalian makan malam dengan tuan Hendra sore ini tuan muda" sekretaris Ken membacakan jadwal selanjutnya yang akan mereka tuju.
"siap kan semuanya Ken"
"baik tuan muda"
"bagaimana pembangunan hotel di kota B?"
"sudah mulai di kerjakan tuan muda, tenaga kerja yang digunakan adalah yang terbaik. target penyelesaian dua bulan ke depan" jelas sekretaris Ken
"bagus" tuan Liam sangat puas
matahari sudah mulai mendarat ke barat jam kerja para karyawan sudah berakhir, semua berpulang kecuali Nadila yang harus lembur mengerjakan pekerjaan beberapa seniornya.
"jangan pulang sebelum pekerjaanmu selesai" kata Sonia melempar beberapa map ke arah Nadila.
Nadila terpaksa lembur demi mengerjakan semua itu. Jam 8 malam, pekerjaannya selesai Nadila pulang berjalan kaki karena sudah tidak ada bus di jam segitu.
Entah karena kelelahan Nadila bahkan tidak sanggup untuk melangkahkan kakinya, ditengah perjalanannya ada segerombolan pria yang mengikutinya. Nadila ketakutan berlari sekuat yang dia bisa tapi sayang dia masih jauh kalah dari para pria itu.
"aaaah tolong"teriak Nadila ketakutan
"hahaha teriak saja tidak ada yang akan menolong mu hahaha." kata pria itu
"kemari lah manis" para pria itu berusaha menggoda Nadila.
Nadila shock dan menangis sesenggukan, dia belum siap hidupnya akan berakhir seperti itu. Di Kejauhan nadila melihat cahaya lampu mobil dan matanya menggelap.
Di tempat tidur Nadila membuka matanya dan seketika terkejut menyadari keberadaannya.
"kyaaaa haaaa.....!!!!!" teriakan Nadila
"cih...." suara dari luar balkon
"si...siapa kamu" kata Nadila waspada menarik selimut sampai ke lehernya,
pria itu membalikkan badannya.
"hei..!!! kau, apa yang kau lakukan padaku!" kata Nadila
"menurutmu apa yang dilakukan pria dan wanita di dalam kamar hotel" kata pria itu merasa menyenangkan mengerjai gadis di depannya.
"kyaaakk haaaa... kemana bajuku" kata Nadila menyadari bajunya sudah diganti
"berhentilah berteriak kucing liar suaramu tidak sesuai dengan porsi tubuhmu"
Nadila mulai mengontrol emosinya
"kau selalu saja menyebabkan masalah denganku" kata pria itu kemudian
"masalah!"
"ya. kau menghalangi jalanku tadi malam kau pingsan di tengah jalan. apa kau selalu begitu kucing liar tidur di sembarang tempat?"
"hei! bukan begitu ceritanya." sanggah Nadila.
"diam lah! kau terlalu berisik saya akan menghitung utangmu nanti" kata pria itu lalu pergi meninggalkan Nadila.
mobil melaju membelah keramaian jalan ibu kota, di kursi belakang ter ulas senyum dan tawa kecil dari pria itu.
"Ken, buat daftar utang gadis itu" pria itu adalah tuan Liam Presdir Dewantara group
"ternyata anda membalasnya juga" kata Ken mulai memahami kalau tuannya tidak akan melepas mangsanya.
"dia sudah beberapa kali membuat masalah dengan ku Ken" katanya menghela nafas.
sejenak mereka terdiam hanya sejenak karena setelahnya tawa keduanya pecah.
"hahaha... dia pasti terkejut dengan tagihan hotelnya tuan muda" kata Ken
"biarkan saja Haha "
Nadila berlari menuju lift dan bergegas menuju ruangannya
"apa perusahaan ini milik kakek buyutmu sesukamu untuk datang" kata Erina
"maaf kak" kata nadila tertunduk menyadari ia sudah terlalu terlambat beruntung kepala divisi belum memeriksa karyawan.
tapi, kelegaan itu tidak berlangsung lama karena kedatangan pak Irwan di ruangan itu
pak Irwan mendekat ke arah Nadila
"kau! ikut saya sekarang" kata pak Irwan dengan nada suara menakutkan.
"baik pak" sekarang Nadila berada di ruangan pak irwan, ruangan itu bagaikan tempat horor bagi Nadila.
"apa kau membuat masalah dengan Presdir? hah." kata pak Irwan tidak percaya. pagi itu, dia mendapat panggilan dari sekretaris Ken atas nama Nadila di panggil di ruang Presdir. hanya orang yang melakukan kesalahan fatal yang masuk keruangan Presdir dan akan pulang tanpa harapan hidup.
"pergilah menemui Presdir pertanggung jawabkan perbuatan anda" kata pak Irwan.
Nadila menuju lantai 25 kantor Presdir belum sempat Nadila mengetuk pintu sekretaris Ken sudah membukanya lebih dulu
"hei, aku kan belum mengetuk" geram Nadila
"silahkan masuk nona" kata sekretaris Ken
Nadila melangkah masuk dan terkejut
"hei! pria berjas apa yang kamu lakukan disini?"
"Ken" panggil tuan Liam
Nadila memandang dua pria di depannya secara bergantian dan membaca tulisan di meja tepat di hadapannya itu
"Presdir, jadi pria berjas ini bos ku astaga kamu berdosa sekali Nadila bersiaplah untuk ditendang sekarang "
" maaf tuan" kata Nadila menyesal
"apa kau sudah sadar posisimu sekarang?" kata tuan Liam
"maaf...." "ya teruslah minta maaf" Nadila
"kau tau kesalahanmu sangat besar?"
flashback
Nadila yang keluar dari hotel di cegah oleh petugas hotel.
"permisi nona, kamar nomor 127 belum di bayar nona." kata petugas itu
"apa! " Nadila terkejut melihat tagihan hotelnya
"apa pria berjas itu sudah gila, tagihan hotel satu malam bisa memberi makan 100 orang "
"kamar VIP terbilang mahal nona" kata petugas menjelaskan
"hubungi nomor ini. minta padanya saja" kata Nadila memberi kartu nama tuan Liam yang di tinggalkan tadi
*flash off*
"tapi, itu kesalahan tuan juga kenapa membawa saya ke hotel" kata Nadila masih membela diri
"beraninya kau menyalahkan saya" kesal tuan Liam
"tapi saya tidak meminta bukan?"
"Ken, pecat dia" kata tuan Liam
"hei! pria berjas...!!!! " kata Nadila berteriak.
"beraninya kamu meneriaki saya"
"maaf tuan"
"gajimu saya potong keluar lah" kata tuan Liam yang sudah tidak tahan ingin tertawa.
"hahahaha"
"apa anda bersenang senang tuan?" Ken
"hmm ekspresinya sangat lucu"
sekretaris Ken ikut bahagia entah apa alasannya tapi, akhir akhir ini tuan mudanya memiliki mood yang baik.
Nadila kembali ke kursinya memposisikan diri seakan tidak terjadi apa apa akan sangat memalukan bila ada yang mendengar dia tidur di hotel dan menyuruh Presdir membayar alias berutang pada Presdir. Dan itu akan menjadi bahan olokan para wanita di kantor karena mereka pasti tidak terima
"apa kamu baik baik saja?" kata Belinda khawatir
"iya bel" jawabnya singkat
Nadila merutuki kebodohannya karena terjebak dalam situasi buruk sekarang gajinya di potong.
"beruntung hanya potong gaji, kalau sampai tidak mendapat gaji bagaimana aku membayar biaya kontrakan dan juga membeli telur di pasar, harga telur bahkan sedang naik sekarang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Aidah Djafar
Presdir ngerjain anak buah nya aja nih 🤔🤦😁😂
2023-06-19
1