bab 5

Sejak nasehat bijak dan tegas dari Bude Ayu kini Adelia mulai menyadari kesalahannya yang sangat besar bahwa masa depan masih begitu cerah dan kehidupan yang begitu sangat berarti terutama untuk kedua anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan sosok seorang ibu sekaligus ayah dari dirinya. Kini Adelia sudah tak lagi bersedih hati, tak lagi murung atau menyendiri seperti hari-hari sebelumnya yang tak bisa menerima dan mengikhlaskan kepergian suaminya tersebut. Kini Adelia sudah kembali seperti dulu walaupun tak seceria senyuman yang dulu, tetapi senyum paksa itu sudah nampak terlihat indah oleh orang-orang sekitar terutama kedua anaknya.

" Syukurlah Adelia sudah tidak sedih lagi," komentar orang -orang sekitar.

" Iya, Alhamdulillah. Kasihan juga pada anak-anak nya kalau terus-terusan merasa sedih."

Adelia sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, dia pun juga sudah mulai mencari pekerjaan untuk menyambung hidup di mana kini dirinya harus mencari nafkah untuk bertahan hidup demi kedua anak-anaknya yang masih sangat belia, pendidikan mereka pun sangat penting sehingga mau tak mau Adelia pun harus bekerja keras dan memang nyatanya dulu sebelum menikah dengan Adam Adelia pun memang sosok seorang wanita yang pekerja keras akan tetapi setelah menikah, Adam tidak mengizinkan Adelia bekerja keras sehingga hanya fokus sebagai ibu rumah tangga saja dan mengurus suami serta anak-anaknya, dan kini Adelia harus kembali menjadi sosok wanita yang tangguh dan bekerja keras tanpa harus mengeluh jika ingin bertahan hidup.

" Bunda mau ke mana?" Katanya Fatih melihat ibundanya yang sudah berdandan rapi.

" Bunda mau ke pasar dulu nak kamu pinter-pinter ya di sekolah." Jawab Adelia, dia berjongkok lalu membantu Fatih memakaikan sepatu.

" Nanti setelah Bunda pulang dari pasar Bunda bakalan jemput kalian di sekolah, ingat pesan bunda ya kalau ada orang asing yang mengajak pulang atau menjemput atas nama Bunda jangan mau, oke. Cepatlah pergi masuk ke dalam dan segera minta bantuan pada ibu guru karena Bunda tidak meminta pada siapapun untuk menjemput kalian, tunggulah dan diam di dalam kelas sampai Bunda datang mengerti kalian?" Tegas Adelia mengingatkan kedua anaknya untuk tidak berbicara pada orang asing apalagi sekarang ini lagi musim-musimnya penculikan anak.

Adelia mau tak mau dia harus menitipkan Fatih ke penitipan anak, bersyukur tekad tempat Najwa sekolah menerima PAUD seumuran Fatih sehingga Adelia bisa leluasa menitipkan Fatih di sana karena sudah 2 tahun Najwa bersekolah di sana sehingga mengenal guru-guru di sana dan dengan aman bisa menitipkan Fatih di sana pula. 

" Baik Bunda." Jawab keduanya dengan patuh. Adalah tersenyum lalu mengajak kedua pipi kiri kanan anak-anaknya kemudian mengantarkan mereka ke taman kanak-kanak. Sesampai di sana Adelia melihat sebentar untuk memastikan jika kedua anak-anaknya sudah berada di dalam kelas dan bertemu ibu guru sehingga Adelia merasa tenang untuk meninggalkan mereka pergi ke pasar.

Adelia pergi ke pasar untuk menyambung hidup, dia harus berusaha mungkin untuk mencari pekerjaan sangat sulit dan dia juga tidak terlalu tega meninggalkan anak-anaknya karena bekerja pasti bakalan seharian full di tempat pekerjaan sehingga sulit sekali untuk memantau kedua anaknya sehingga adilia pun berpikir keras untuk membuka usaha bersyukur sepeninggalan Adam lumayan cukup untuk membuka usaha dan Adelia pun karena sangat pintar masak dan hobi dia pun membuka warung makan dan jauh dari tempat tinggalnya.

Adelia bukan di tempat lingkungan orang-orang kaya atau komplek elit dia hanya ditinggal kota kecil namun begitu banyak RT RW di sana orang-orangnya pun sederhana rumah-rumah aja tidak ada yang mewah melainkan sederhana saja, tak ada yang paling kaya raya banget sehingga ibu-ibu yang sering berkumpul atau bapak-bapak sering berkumpul pun sering terlihat di warung -warung atau rumah warga tersebut sehingga untuk membuka warung makan mungkin akan ramai diminati, Adelia akan menyediakan seperti kue-kue basah dan kopi untuk bapak-bapak yang santai untuk berkumpul, mengobrol sambil menikmati secangkir kopi di warungnya nanti.

Tak jauh dari tempat tinggal Adelia ada sebuah kios kecil sehingga Adelia pun bisa mengontraknya dan menyulap kios tersebut menjadi warung makan. Dengan sangat teliti dan kerja keras warung makan tersebut sudah hampir selesai oleh beberapa orang yang Adelia bayar untuk menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan saat berjualan nanti dan Adelia pun mencari satu orang karyawan untuk membantunya, dan alhamdulillah ada tetangga yang tak jauh sangat membutuhkan biaya sehingga mau bekerja dengan Adelia dengan gaji yang dibilang cukup lumayan sesuai dengan keadaan sekitar.

" Alhamdulillah selesai, besok kita sudah mulai untuk berjualan ya Mbak." Kata Adelia tersenyum senang melihat warung makannya yang sudah siap untuk ditempati.

" Iya Mbak Adel Alhamdulillah, saya juga sangat berterima kasih karena mau mempekerjakan saya disini," kata mbok asih yang berterima kasih karena sudah mau menerima dan mempekerjakan dirinya yang di mana saat ini sangat membutuhkan keuangan lebih.

" Sama-sama Mbak, kita sama-sama membutuhkan. Dan semoga rezeki kita ada di warung kios ini, dan semoga Allah meridhoi dan warung makan kita nanti rame ya Mbak." 

" Amin ya Allah." Keduanya pun berpisah untuk pulang kerumah masing-masing karena sudah tak ada lagi yang perlu di kerjakan di warung tersebut. 

Adelia pulang sebentar ke rumahnya untuk membersihkan diri mengingat jam pulang sekolah masih agak lama. 

" Adel mau jemput anak-anak?" Tanya bude Ayu melihat Adelia sedang mengunci pintu.

" Iya Mbak, jam pulang sekolah setengah jam lagi." Jawab Adelia sembari tersenyum ramah. 

" Baiklah, hati-hati di jalan ya." Bude Ayu sangat senang melihat Adelia yang kembali seperti dulu lagi. Sebagai tetangga dia ikut senang dan sangat mendukung melihat Adelia yang mau membuka usaha warung makan mengingat masakan Adelia yang sangat enak dan lezat pasti banyak peminatnya.

Adelia berjalan ke depan komplek menuju TK yang tak jauh jaraknya sehingga cukup di tempuh dengan berjalan kaki saja. 

" Mari Pak," sapa Adelia ramah sesaat berpapasan dengan orang-orang lewat.

", Eh Dek Adelia, mau kemana Dek?" Ujar seorang bapak-bapak yang di sapa Adelia tadi, laki-laki itu menghentikan motornya.

" Mau ke depan Pak, jemput anak-anak di TK," sahut Adelia ramah. Adelia memang sangat ramah dengan orang-orang.

" Wah sayang sekali kulit putihnya Dek, panas-panas gini kenapa jalan kaki? Ayo biar akang antar kedepan," ucap di bapak tadi menawari tumpangan.

" Terima kasih Pak Ridho, tapi lebih nyaman jalan kaki supaya sehat. Kalau begitu saya langsung jalan ya takutnya anak-anak sudah menunggu di TK," tolak Adelia halus, Adelia tidak berpikir panjang, mungkin maksud pak Ridho baik. 

" Nggak apa-apa Dek, biar saya antar saja. Ayo naik," paksanya, bahkan pak Ridho sudah menyalakan motornya. Namun Adelia menggeleng sembari tersenyum ramah kemudian melanjutkan jalannya.

" Kenapa Pak?" Tanya salah satu bapak yang lewat, dia tak sengaja mendengar ajakan Ridho pada Adelia.

" Adelia, sekarang sudah menjadi janda. Harus di pepet terus, walaupun sudah punya anak dua tapi masih muda dan sangat cantik, cocok untuk dijadikan istri kedua," sahutnya, entah bercanda atau serius tetapi keduanya lalu tertawa bahkan di bapak tadi ikut menyetujui ucapan pak Ridho seakan dirinya pun tak mau kalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!