Setelah satu minggu kemudian, semuanya berjalan baik-baik saja komunikasi dengan Adam pun tak pernah terputus keduanya selalu berteleponan melakukan panggilan video bahkan mengirim pesan untuk mengobati rasa rindu. Adelia merasa lega hal yang dia takutkan sebelum keberangkatan Adam semuanya baik-baik saja. Akan tetapi hari ini di mana rasa resah gelisah perasaan tidak enak itu kembali ia rasakan.
" Astaghfirullahaladzim ada apa ini ya Allah kenapa hatiku merasa tidak enak." Adelia duduk untuk menenangkan hati dan pikirannya rasa gelisah itu benar-benar sangat kuat.
" Kenapa ini ya Allah, kenapa perasaan ku gak enak." Adelia tidak bisa tenang. Dia melihat foto suaminya yang tergantung didinding tepat di hadapannya.
" Ya Allah lindungilah suamiku di mana pun dia berada." Belum lama doa itu terucap sebuah telepon berdering Adelia pun menjawabnya.
" Halo assalamualaikum …"
" Waalaikumsalam, apa betul ini dengan Bu Adelia istrinya sersan Adam Hermawan."
" Iya betul, saya sendiri. Ada apa ya?" Adelia merasakan perasaan tidak enak, jantungnya berdetak kencang.
" Kami dari kepolisian, begitu bu, sebenarnya kami minta maaf sedalam-dalamnya. Dan kami berharap ibu bisa tegar dan kuat menerima kenyataan ini. Kami tidak tahu kejadiannya begitu cepat, sehingga beliau …"
" Maaf sebenarnya ini ada apa ya?" Potong Adelia cepet, dia tidak mengerti dengan ucapan si penelpon tersebut.
" Sersan Adam mengalami kecelakaan hingga nyawanya tidak tertolong. Kepingan-kepingan sisa reruntuhan bangunan roboh menimpa dirinya, dan beliau pun meninggal di tempat. Kami benar-benar minta maaf dan berduka cita atas kejadian ini. Jasad sersan Adam akan segera dikirim ke rumah duka, kami pun akan mengantar kepergian beliau sebagai rasa hormat kami."
Mbak disambar petir jantung Adelia mendengar fakta tersebut telepon yang dia genggam pun jatuh kakinya lemas sehingga dia pun terduduk di lantai tangannya gemetar bahkan bibir juga ikut gemetar Adelia menangis dia menangis hingga menjerit tak percaya dengan semua yang diucapkan dari pihak kepolisian tadi.
" Tidak, tidak mungkin … tidak mungkin mas Adam Ku pergi. Pasti bukan dia, pasti bukan mas Adam."
Tak bisa memungkiri jika ternyata Adam bener -bener wafat kala itu, jasadnya sudah tiba dirumah duka. Adelia memaksa ingin melihat jasad suaminya untuk memastikan. Dan setelah membuka peti tersebut ternyata benar, semuanya terbaring dengan wajah pucat dan dingin kaku disana. Ditambah lagi di jari manis tangan Adam ada sebuah cincin yang melingkar, salah satu polisi melepaskan cincin tersebut dan memberikan pada Adelia.
" Tidak … tidak, mas Adam jangan pergi, jangan tinggalkan aku mas. Aku mohon bangun, aku yakin kamu cuma tidur kan, bangun Mas, bangun."
Tetangga yang melihat ikut sedih, mereka memeluk Adelia yang menagis histeris tak terima kenyataan jika suaminya benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Bahkan Adelia sampai pingsan kala itu tak kuasa menahan kepedihan hatinya, sementara kedua anaknya hanya diam kebingungan melihat jasad ayahnya, tidak mengerti apa-apa.
" Bunda kenapa?" Tanya Nazwa melihat ibunya di gotong karena pingsan.
" Ya Allah kasihan kalian Nak, kalian yang sabar ya." Salah satu tentangga menghampiri Nazwa dan Fatih.
" Bunda sakit?" Tanya Nazwa kembali.
" Iya sayang, kalian disini aja ya sama Bude. Kalau lapar atau haus ngomong ya sama Bude, jangan ganggu bunda dulu, kasihan dia," ucap bu Ema pada Nazwa dan Fatih. Nazwa mengangguk mengerti.
" Bude, kok ayah tidur di dalam kotak?" Tanya Fatih polos. Bu Ema garuk-garuk kepalanya yang tak gatal bingung harus menjawab apa, dan bagaimana cara menjelaskannya pada anak-anak yang tidak mengerti apa-apa tersebut.
" Allah sangat sayang sama ayah, jadi kalau kalian juga sayang sama ayah kalian harus mendoakan ayah supaya masuk surga. Kalian mau kan?" Kata bu Ema.
" Nazwa selalu mendoakan bunda dan ayah Bude," jawab Nazwa. " Fatih juga," sahut Fatih.
Bu Ema tersenyum sambil memeluk keduanya, kemudian mengajak mereka keluar karena proses pemakaman Adam akan segera dilangsungkan.
" Akhirnya kamu bangun juga, Del …"
" Mbak Ayu, aku kenapa?" Adelina berusaha untuk duduk dan tetangga nya yang bernama Ayu membantu. Adelia memegangi kepalanya, dia sedikit merasa pusing.
" Kamu tadi pingsan, apa kamu sudah merasa baikan?" Tanya Ayu.
" Kepala ku pusing Mbak, tapi kenapa aku bisa pingsan?" Adelia tidak ingat apa-apa. Ayu disini terdiam memandang wajah pucat Adelia.
" Kamu yang sabar ya, Del. Mbak yakin pasti ada hikmah dibalik semua cobaan ini." Ayu mengusap punggung Adelia.
Adelia mengerutkan keningnya bingung, dia ingin bertanya kenapa tetapi seseorang datang.
" Mbak, proses pemakaman mas Adam sebentar lagi. Apa Mbak Adel mau ikut atau tinggal disini aja?" Katanya memberi tahu kan.
" Apa, pemakaman mas Adam? Mak-maksud nya apa?"
Kata Adelia dengan nada gemetar.
" Kamu yang sabar, Del. Semoga Allah menerima Adam disisinya dan menerima semua amal ibadahnya." Ayu menenangkan sambil menggusap punggung nya.
Adelia baru ingat, dia kembali menangis histeris dan berlari keluar dari kamar. Dia melihat jika jasad suaminya sudah berada di kranga siap untuk dibawa ketempat pemakaman. Adelia ingin pingsan kembali, tetapi kesadarannya masih dikuasai hingga dia bisa menghantarkan kepergian suaminya untuk yang terakhir dengan isak tangis yang sangat memilukan hati.
Flashback off …
" Bunda, Bunda kenapa?"
Nazwa mengetuk pintu kamar ibunya, dia sendiri kebingungan melihat ibunya yang selalu menangis hampir setiap hari. Sementara Fatih sudah menangis menjerit mendengar ibunya yang histeris didalam kamar.
" Bunda, buka pintunya Bun. Fatih nangis denger Bunda nangis. Bunda jangan nangis lagi," teriak Nazwa, dia ingin menangis kala itu namun sia berusaha untuk menahan, karena Fatih akan semakin menangis nantinya.
" Fatih sudah ya jangan nangis lagi, Bunda nggak apa-apa. Kamu jangan ikutan nangis ya." Dengan sabar gadis kecil berusia 5 tahun itu menenangkan adiknya.
" Fatih mau ketemu Bunda."
Setelah kepergian Adam, Adelia selalu mengurung dirinya, dia lebih banyak menghabiskan waktu didalam kamar ketimbang bersama anak-anak padahal mereka lebih membutuhkan sosok ibunya saat ini. Tetapi Adelia masih belum menerima takdir.
" Ya Allah tolong jaga lah Bunda, tolong jangan biarkan Bunda menangis lagi."
Nazwa akhirnya mengerti jika ayahnya kini sudah tiada. Perlahan-lahan para tentangga menjelaskan semuanya pada gadis kecil itu tanpa membuatnya merasa sedih. Nazwa tahu jika ayahnya sudah meninggal sehingga dia selalu mengatakan pada Fatih jika adiknya itu bertanya dimana ayah, Nazwa menjawab sekarang ayah sudah di surga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments