Surat perjanjian

Makan malam telah usai, kini mereka berada di ruang keluarga yang sangat luas, Valerie memang terlahir dari keluarga yang berada, tapi jika di bandingkan dengan Wilmar, keluarga nya hanya setengah nya saja, apa lagi biaya pengobatan adik nya itu memakan biaya yang cukup menguras pemasukan keuangan keluarga nya.

Mereka duduk di sana di temani teh hangat, Tama menatap kedua orang yang kini berada di hadapan nya itu, dia tahu kalau pernikahan mereka di dasari oleh satu kepentingan yang sama-sama menguntungkan satu sama lain.

Terlepas dari itu semua, Tama berharap pernikahan mereka bisa bertahan sampai maut memisahkan, dia cukup tahu mengenai siapa menantu nya itu, tidak perlu di tanya bukan dari mana dia tahu semua itu.

Orang-orang seperti mereka pasti dengan mudah mendapatkan informasi tentang apapun yang mereka inginkan, di tambah lagi kemampuan Bima untuk meretas situs komputer memudahkan dia mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Aku tahu kalian menikah karena kepentingan satu sama lain, tapi aku berharap kalian tidak membohongi hati kalian sendiri saat rasa itu tumbuh di hati kalian"

"Terutama kamu Wil, jangan samakan semua wanita dengan wanita yang melukai mu di masa lalu"

Wilmar tidak menjawab apapun di sini, dia hanya menatap dingin pada papa nya yang tengah mengungkit masa lalu nya, kenapa harus di bahas tidak bisa kah untuk tidak membuat nya mengingat apa yang ingin dia lupakan.

Valerie dia hanya menunduk kepalanya, saat niat nya menikah dengan Wilmar itu di ketahui oleh mertuanya, ada rasa bersalah dan juga takut di hati nya, perusahaan nya yang baru kembali akan pulih akan benar-benar bangkrut jika Wilmar menarik semua bantuan nya.

"Papa tidak perlu ikut campur tentang urusan ku, sekarang katakan saja apa yang mau papa bicarakan"

Desak Wilmar yang tidak ingin lagi di pojokkan oleh papa nya, juga dia tidak tega melihat wajah istri nya yang seperti tidak punya muka di depan ayah nya, apa mungkin dia merasa kalau dia seperti seorang ****** yang menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang.

Tama menghela nafas nya, dia tahu keduanya tidak nyaman dengan pembicaraan yang sedang dia bahas, tapi biar bagaimanapun dia harus melakukan nya bukan, sebagai orang tua, dia harus memberikan nasehat pada anak dan menantunya.

"Di dalam sini, ada sertifikat rumah atas nama Valerie sebagai hadiah pernikahan dari ku, aku titipkan putra ku pada mu, dia sudah banyak terluka karena wanita selama ini, termasuk Mama nya sendiri"

"Jadi tolong bahagia dia" pinta Tama dengan penuh harap pada menantu nya

"Pa...."

"Dan satu lagi, ada tiket bulan madu ke Jepang selama dua Minggu, kalian bisa menentukan sendiri kapan waktu nya"

"Paa, kita sibuk bagaimana mungkin kita bisa pergi ke sana" desis Wilmar yang tampak keberatan.

"Perusahaan akan papa yang handel, apa kamu lupa sebelum nya siapa yang memimpin perusahaan itu" sombong Tama pada putranya.

"Tapi saya tidak bisa pa, perusahaan masih membutuhkan saya"

"Haidar yang akan memimpin perusahaan, kalau dia tidak mau, aku yang akan memintanya untuk itu, kalau dia tidak mau, kita lihat saja nanti" ucap Tama dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Baik pa" patuh Valerie pada mertuanya

"Bagus, kalian jangan menunda untuk memiliki anak, aku merindukan suara anak kecil di rumah ini, nanti setelah melahirkan kalian tinggal lah di sini, aku bisa setiap hari melihat cucu ku"

"Akan aku usahakan" jawab Wilmar seada nya yang membuat Valerie meneguk ludahnya kasar, dia membayangkan apa yang terjadi nanti yang membuat nya bergidik ngeri.

Setelah di rasa cukup pembicaraan itu, mereka pun kembali ke kamar mereka masing-masing, Valerie tampak canggung berjalan di belakang Wilmar, dia memikirkan apa yang di katakan oleh suaminya itu, bagaimana jika itu benar-benar terjadi, maka kemungkinan besar dia tidak akan selamat kali ini.

Sampai lah keduanya di kamar yang bernuansa manley, aroma khas pria langsung menusuk hidung saat pintu di buka, kecanggungan itu kembali terjadi saat Wilmar menutup pintu kamar.

"Mandilah terlebih dahulu, ada yang ingin aku bicarakan pada mu"

Valerie mengangguk, namun dia juga bingung koper yang dia bawa tidak ada di sana, ingin bertanya pada suami nya tapi dia malu, jadi Valerie hanya diam saja, tanpa melakukan apa pun.

Wilmar yang melihat itu pun menggeleng kepalanya saat tahu apa yang di inginkan istrinya tapi dia enggan bertanya, entah mendapatkan bisikan dari mana tiba-tiba terbesit ide untuk menjahili istrinya.

Dia berjalan pelan sampai tiba di belakang istri.

"Mau mandi sendiri atau aku mandikan?"

Deg.

Valerie membeku di sana, saat deru nafas Wilmar menerpa tengkuk nya, yang otomatis mengirimkan sinyal tak biasa dan di respon baik oleh otak nya yang ternoda dengan ulah Asisten pribadi nya yang terus saja menggoda nya sepanjang hari, dan ternyata itu terbawa sampai saat ini.

Wilmar menyunggingkan senyum saat Valerie terlihat salah tingkah akibat ulah nya, dia wanita yang tidak cukup pandai menyembunyikan apa yang dia rasakan, tapi Wilmar dia sangat tahu apa yang di rasakan oleh istrinya.

"Aaakkuuu, mencari baju ganti ku, tapi aku tidak menemukan koper ku"

jawab Valerie saat dia berhasil mengembalikan kesadaran nya, sedangkan Wilmar dia berjalan menuju salah satu lemari dia antar banyak nya pintu yang terjejer rapi di sana, dia membuka lemari yang kemarin kosong itu, tapi kini penampakan nya sangat jauh berbeda.

"Pakai itu, aku membelikan nya untuk mu, jadi mulai sekarang pakai apa yang aku berikan" ucap nya tanpa ekspresi apa pun, dan di angguki oleh Valerie.

"Mandi lah, aku tidak suka mengulang apa yang aku katakan"

Valerie langsung mengambil baju tidur beserta penutup aset nya, yang dia pilih dengan warna yang berbeda, dia bahkan mengecek nya satu persatu di depan mata Wilmar yang mengeryit saat melihat triangle yang di bentang oleh Valerie.

Entah apa tujuan nya, tapi yang jelas itu berhasil memancing sesuatu yang terpendam dalam diri nya selama tiga puluh tahun itu, dia beranjak dari tempat nya berdiri, kalau tidak dia tidak bisa berjanji akan jadi seperti apa wanita yang berani-beraninya menggoda nya secara terang-terangan.

Sedangkan Valerie yang tidak menyadari itu pun mereka tidak ada yang salah dengan apa yang dia lakukan, tapi akal sehat nya tiba-tiba bekerja dengan baik saat Wilmar tiba-tiba beranjak dari sana, pipi nya bersemu merah saat menyadari apa yang dia lakukan itu pasti membuat suaminya berpikir negatif pada nya.

Dia merutuki kebodohan yang terkesan murahan meski di hadapan suaminya sendiri, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan campur aduk, antara malu dan juga berkesan seperti wanita murahan dia sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!