Membiasakan diri

Tidak ada jawaban yang keluar dari orang yang mengetuk pintu, dia langsung masuk begitu saja dan merebahkan tubuh nya di ranjang yang ada di sana, bahkan dia langsung tertidur saat kepala nya menyentuh bantal.

Fattah mendesah kesal dengan ulah kakak angkat sekaligus atasan nya itu, bagaimana bisa dia tidur di sini, sedangkan ini adalah malam pengantin nya, kenapa justru dia malah memilih tidur disini bersama nya, dari pada melakukan kegiatan membajak lahan sempit itu.

Fattah yang tidak ingin ambil pusing pun merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di sana, dia tidak ingin ada penggerebekan yang membuat kesalahpahaman, dia masih sangat normal meski dia masih belum pernah melakukan nya.

Sedangkan di dalam kamar pengantin Valerie mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, mencari seseorang yang sejak tadi pagi menjadi suami nya, dia juga berjalan menuju balkon yang ada di sana, namun hasil nya nihil, suaminya itu tidak ada di sana.

Tidak ada ekspresi apa pun yang di tunjukan oleh Valerie saat itu, mengingat mereka menikah bukan karena cinta tapi karena keadaan yang sama-sama saling membutuhkan satu sama lain, jadi dia juga tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang terjadi.

Dia memilih mengering rambut nya dengan hairdryer, lalu menyelami mimpi indah nya yang jauh dari kenyataan itu, dia harus istirahat karena besok dia harus bekerja, sama sekali dia tidak mengambil cuti karena acara yang mendadak dan jadwal nya tidak bisa di undur lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dua pasangan pengantin baru itu kini telah bersiap di meja makan di restoran yang berada di dalam hotel tersebut, mereka berlakon apa ada nya karena memang tidak ada yang terjadi di antara mereka, dan salah satu saksi nya juga ada di sana yang tengah menyantap sarapan pagi nya.

Tama yang turun paling akhir pun mengerutkan dahi nya saat melihat baju yang di gunakan oleh anak dan juga menantu nya, jangan bilang kalau mereka akan tetap bekerja di hari setelah pernikahan mereka.

"Kalian mau kemana?" tanya Tama memastikan bahwa dugaan itu salah.

"Ke kantor?" jawab Wilmar singkat.

Tama yang mendengar itu menatap tajam Fattah yang langsung tersedak saat tahu dia tengah di perhatikan oleh Tuan besar nya itu, dia menelan bulat-bulat makanan nya yang kini tersangkut di tenggorokan kan nya.

"Apa saja pekerjaan mu Fattah, apa kamu tidak tahu kalau Tuan mu baru saja menikah, kamu malah meminta nya untuk bekerja"

"Maaf Tuan, tapi Tuan Wil sendiri yang meminta nya" seru nya membela diri.

"Handel semua pekerjaan nya, biarkan dia menikmati hari baru nya, atau nanti saat kamu menikah aku akan menyuruh mu bekerja saat kamu akan melakukan malam pertama"

Glug.

Dia menatap pada Wilmar yang menghela nafas nya, Fattah meminta bantuan lewat tatapan mata nya itu.

"Meeting ini tidak boleh di wakilkan, lagi pula dia juga harus bertemu dengan salah satu kolega nya yang menjadi investor perusahaan nya jadi kita sama-sama tidak bisa menunda pekerjaan yang sudah terjadwal"

"Maka nya kalau mau menikah itu jangan terburu buru"

Terdengar dengusan nafas dari Wilmar, papa nya itu selalu saja seperti itu, dia menikah salah tidak cepat menikah juga salah, jadi apa yang harus dia lakukan.

"Nanti malam aku tunggu kalian berdua di rumah, kalian harus tinggal di sana, aku tidak menerima bantahan sedikit pun" ucap Tama tak terbantahkan.

"Terserah papa saja, aku mau ke kantor dulu" pamit nya yang juga di ikuti oleh Valerie di belakang nya, yang terlebih dulu berpamitan pada mertuanya, sedangkan orang tua nya jangan di tanya lagi, mereka sudah terbang kembali ke Singapura untuk menjaga adik nya yang akan segera melakukan operasi.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan restoran tersebut, kedua nya tampak serasi di mana Wilmar yang memiliki tinggi seratus delapan puluh sentimeter yang di imbangi dengan Valerie yang mempunyai tinggi lebih rendah dua puluh senti dari Tama.

Memiliki paras yang rupawan kedua nya dengan mudah mengalihkan perhatian lawan jenis nya, itu membuat setiap orang yang berpapasan dengan mereka menatap iri.

Mereka pun berpisah di parkiran, dan masuk ke dalam mobil mereka masing-masing, tentu nya tanpa sepatah kata pun.

Tidak ada yang berbeda dari kuedua pasang pengantin baru itu, mereka melakukan jadwal mereka seperti tidak terjadi apa pun di hari kemarin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siang berganti sore, sore berganti malam, kini saat nya mereka kembali ke kediaman keluarga Wiratama seperti apa yang di minta oleh sang pemilik rumah.

Mereka sampai di sana, dengan waktu yang hampir bersamaan dengan mobil yang berbeda, Wilmar melenggang begitu saja, tanpa menghiraukan Valerie yang tampak begitu canggung memasuki rumah besar itu.

Untung saja, dia di sambut oleh seorang pelayan berusia lima puluh tahunan itu, dia dia antar menuju tempat di mana Tuan nya itu sedang menunggu nya.

"Selamat malam tuu...."

"Panggil aku Papa, kamu sudah aku anggap sebagai anak ku sendiri, jadi jangan sungkan pada ku anggap aku seperti Haidar" pinta nya pada Valerie yang tersenyum simpul mendengar papa mertua nya itu yang mencoba mengakrabkan diri dengan nya.

Wilmar hanya menatap sekilas lalu mengalihkan pandangan pada ponsel genggam nya, dia menoleh pada papa nya saat di ingatkan tentang peraturan di meja makan yang tidak memperbolehkan ponsel di saat makan.

Wilmar menyimpan ponselnya di saku celananya dari pada papa nya itu akan terus menceramahi nya di depan wanita yang kini menjadi istrinya.

"Ambilkan makanan untuk suami mu, biar kan dia merasa bagaimana di layani oleh istrinya"

"Eehh"

Valerie langsung gugup saat di minta melakukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan itu, kata menikah masih jatuh dari angan nya, di masih ingin meniti karir nya tanpa memikirkan laki-laki, tapi agak nya takdir memang berkuasa pada semesta dan seluruh yang ada di dalam nya.

Dia pun melakukan perintah papa mertua nya itu, tanpa membantah sedikit, mungkin mulai saat ini dia harus belajar membiasakan diri untuk melakukan tugas nya sebagai seorang istri.

Dia mengambil piring yang ada di depan Wilmar lalu mengisi nya dengan nasi dan beberapa lauk pauk yang ada di sana.

"Apa ini cukup?" perdana nya dia bertanya pada suami yang di jawab anggukkan kepala oleh Wilmar, Valerie memang terlihat biasa saja, dia cukup pintar menutup detak jantung yang bertalu-talu saat tatapan mata mereka bertemu, cukup lama mereka saling menatap satu sama lain sampai Tama membuyarkan lamunan pasangan suami istri yang masih terlihat malu-malu.

"Makan dulu, kalian bisa melanjutkan nya nanti di kamar"

Gubrak..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!