Erik keluar dari kamar dan sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Linda senang melihatnya karena itu artinya Erik mau pergi bekerja, setidaknya dia mau berusaha.
"Aku pergi dulu," pamit Erik sambil berlalu.
"Hati-hati Mas," balas Linda tetapi diabaikan oleh Erik. Linda tidak marah karena itu sudah biasa baginya.
Erik lalu menghidupkan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan rumah. Belum sampai sepuluh menit Erik pergi, Aruna pulang dari sekolah. Dia langsung masuk sambil berteriak memanggil ibunya.
"Ibu ... Runa sudah pulang," teriak gadis kecil itu. Linda langsung berlari menghampiri anaknya begitu mendengar suaranya.
"Kamu sudah pulang?" tanya Linda sambil menyambutnya dengan pelukan.
"Apa ayah sudah pergi lagi?"
"Iya, ayahmu baru saja pergi. Kenapa? Runa kangen ayah?"
"Mmmm ... Tidak, Runa hanya ingin bicara sama ayah. Runa mau mengajak ayah ke taman hiburan. Menurut ibu, apakah ayah mau mengantarkan kita?" tanya Aruna ragu. Bahkan anaknya sendiri takut kepada Erik.
Linda tidak bisa menjawab karena kemungkinan besar Erik tidak mau mengantarkan mereka. Pasti dia akan beralasan tidak punya uang.
"Tadi di sekolah teman-teman Runa bilang kalau mereka pergi ke taman hiburan bersama ayah ibu mereka liburan kemarin. Runa juga ingin pergi ke taman hiburan seperti teman-teman Runa."
"Kita lihat nanti ya Runa, nanti kalau ayahmu pulang lebih cepat kamu bisa bicara sendiri sama ayah. Kalau tidak ya nanti ibu yang akan menanyakannya pada ayah."
Erik sering pulang malam akhir-akhir ini jadi Linda sadar sepertinya putrinya tidak ada harapan akan diantar ke taman hiburan oleh Erik.
Aruna hanya mengangguk.
"Ya sudah, ganti bajumu lalu kita makan siang." Aruna kembali mengangguk.
Linda hanya bisa menatap sendu kepergian anaknya. Erik jarang sekali mengabulkan keinginan anaknya. Bahkan sekedar membeli es krim pun dia kelihatan tidak rela. Kalau sudah begitu pasti Linda tidak tega dan menuruti keinginan Aruna.
Tetapi Linda memberi batasan-batasan tertentu mana yang harus dituruti mana yang tidak. Selain karena dia tidak punya uang untuk memenuhi seluruh keinginan Runa, dia juga tidak ingin Aruna tumbuh menjadi anak manja seperti ayahnya.
Malam harinya...
Erik pulang ke rumah belum begitu larut. Aruna belum tidur karena dia sengaja menunggu ayahnya pulang. Dia ingin menyampaikan keinginannya kepada sang ayah secara langsung.
"Ayah sudah pulang?" sambut Aruna begitu melihat ayahnya memasuki rumah.
"Iya, ayah baru pulang jadi ayah capek. Runa jangan ganggu ya ... ayah mau tidur." Begitu jawaban Erik kepada putrinya. Meskipun kata-kata tidak kasar tetap saja itu tidak enak di dengar.
Mendengar jawaban sang ayah, wajah Aruna nampak sangat kecewa. Tetapi Erik tidak mempedulikan itu. Dia berlalu begitu saja tanpa memperhatikan perubahan raut wajah Aruna.
Linda yang melihat itu pun hanya bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia lalu menghampiri Aruna.
"Sabar ya Runa ... Nanti ibu akan coba bicara sama ayah kalau ayah sudah tidak capek."
Aruna mengangguk.
"Mau tidur sekarang?" tanya Linda. "Mau ibu temani sampai kamu tertidur?" Aruna kembali menganggukkan kepalanya.
Linda menggandeng tangan Aruna dan mengajaknya ke kamar tidur sang anak.
"Ibu temani sebentar, setelah itu ibu tinggal ya? Ibu masih harus menyelesaikan jahitan." Aruna mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Sepertinya dia sudah kehilangan suaranya karena kecewa dengan sikap ayahnya.
Tak berselang lama Aruna terlelap. Linda bergerak perlahan turun dari tempat tidur agar tidak membangunkannya. Linda tidak pergi ke kamarnya untuk menemui Erik, dia justru kembali ke mesin jahitnya.
Bicara dengan Erik tidak akan ada gunanya saat ini. Dia pasti sudah terlelap. Setiap pulang kerja dia selalu mengeluh kecapekan dan itu akan membuatnya semakin mudah marah.
Linda melanjutkan pekerjaannya menjahit pakaian. Hanya itu harapannya saat ini.
Sudah hampir pukul dua belas malam. Linda sudah selesai dengan pekerjaannya dan dia berniat untuk istirahat. Dia segera pergi ke kamarnya. Tepat saat Linda memasuki kamarnya Erik terbangun.
"Kamu sudah selesai menjahit?" tanya Erik. Dia hanya menggunakan celana pendek tanpa memakai atasan sama sekali. Sepertinya tadi dia langsung tidur.
"Iya Mas," jawab Linda lirih.
"Kemarilah ... " Erik menepuk bantal di sampingnya. Linda tahu kode ini. Erik sedang ingin menyalurkan hasratnya.
Linda menuruti keinginan Erik. Dia sangat senang jika Erik memintanya untuk melayaninya. Itu artinya Erik sangat mencintainya dan dia tidak bermain wanita di luar sana.
Pagi harinya...
Seperti biasa, Erik belum bangun dari tidurnya sementara Aruna sudah siap untuk berangkat sekolah.
"Bu, jangan lupa nanti tanyakan kepada ayah!"
"Iya, nanti ibu tanyakan kalau ayahmu sudah bangun." Linda mengerti maksud perkataan anaknya. Dia masih belum lupa keinginan anaknya untuk pergi ke taman hiburan.
"Runa berangkat dulu Bu ... " Aruna berdiri setelah mendengar teman-temannya memanggil namanya. "Itu teman-teman Runa sudah menunggu di depan."
Linda mengangguk. Aruna berjalan keluar ditemani Linda. Benar, di depan rumah sudah berkumpul beberapa anak yang biasa berangkat sekolah bersama. Aruna segera bergabung dengan anak-anak itu.
"Hati-hati ya ... " ucap Linda sambil melambaikan tangannya dan dibalas lambaian tangan oleh anak-anak itu.
"Kami berangkat dulu Tante," ucap Sella. Linda kembali masuk ke dalam rumah setelah anak-anak itu tidak terlihat.
Linda lalu mengeluarkan sepeda motornya. Dia ingin pergi ke pasar untuk membeli daging seperti yang Erik inginkan. Linda ingin memanjakan Erik.
Linda hanya sebentar di pasar lalu pulang. Dia hanya membeli daging karena bahan-bahan yang lain masih ada di rumah.
Waktu sudah menunjukkan jam sembilan ketika Linda selesai masak dan saat itu juga Erik bangun. Dia menyusul Linda ke dapur karena mencium aroma masakan Linda.
"Kamu masak daging? Baunya lezat sekali," ucap Erik yang baru bangun tidur.
"Iya Mas, kamu bilang ingin dimasakkan daging."
"Bagus, aku mau makan sekarang. Tolong ambilkan!"
"Baik." Linda tersenyum lalu mengambilkan makanan untuk Erik. Sepertinya suasana hati Erik sedang bagus pagi ini jadi Rusma akan menyampaikan pesan Aruna.
"Mas ... Besok pagi Runa libur. Dia ingin pergi ke taman hiburan."
"Ya pergi saja," jawab Erik tanpa berpikir.
"Dia ingin kamu yang mengantarkan. Teman-temannya pergi bersama ayah dan ibu mereka."
"Aku nggak ada waktu. Lagian kalau perginya sama aku nanti nambah-nambahin biaya. Kalau kalian pergi berdua kan bisa lebih irit."
"Nanti kamu memberi uang lalu aku dan Runa berangkat berdua begitu Mas?"
"Siapa yang mau memberimu uang?! Yang ingin pergi ke taman hiburan siapa? Kamu kan ... ? Ya pakai uangmu lah!"
"Tetapi aku sudah tidak punya uang. Jahitanku belum di ambil pemiliknya. Uang belanja dari kamu kemarin juga tinggal lima puluh ribu karena sudah aku gunakan untuk membeli daging."
"Itu sih urusanmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Tri Soen
Setega itu ya ucapan Erik ...
2023-02-03
0