"Itu sih urusanmu."
Linda mematung mendengar jawaban Erik. Sungguh suaminya itu orang yang sangat pelit dan tidak punya perasaan. Dia sama sekali tidak ingin membahagiakan orang-orang di sekitarnya. Yang dia pikirkan hanya dirinya sendiri.
Bahkan kepada Aruna, putrinya sendiri pun dia tega. Sejak Aruna masih bayi, Erik tidak pernah membelikan kebutuhan Aruna. Baju baru hanya sesekali dibelikan, selebihnya hanya menggunakan baju hasil jahitan Linda atau baju bekas dari Tika, anak Mbak Sari.
Bahkan dia punya sepeda pun itu karena mbak Sari yang membelikan karena Erik tidak pernah memikirkan kebutuhan orang lain selain dirinya. Sekarang Aruna hanya ingin pergi ke taman hiburan pun Erik tidak mengabulkannya.
Erik masih menikmati sarapannya tanpa memikirkan Linda. "Ambilkan lagi! aku mau nambah," perintah Erik dengan santainya.
Linda pun menurutinya. Dia kembali mengambilkan nasi dan daging untuk Erik.
"Sering-seringlah masak seperti ini. Aku suka," ucap Erik ketika dia menerima piring kedua dari Linda.
"Nanti kalau ada uang lebih Mas," jawab Linda. "Aku mau menjahit." Linda meninggalkan Erik di ruang makan. Dia ingin menyembunyikan kekecewaannya kepada Erik.
Daging yang tadi Linda beli di pasar tidak banyak dan sekarang sudah habis dalam sekali makan oleh Erik. Dia bahkan tidak menanyakan apakah Linda sudah makan atau belum.
Dulu saat Erik masih kaya, mereka bisa makan apa saja yang mereka inginkan. Tetapi sekarang makan daging adalah sesuatu yang langka bagi mereka.
Linda kembali ke ruang menjahitnya. Jahitan kemarin belum juga diambil oleh pemiliknya, semoga hari ini diambil. Linda lanjut menjahit agar bisa menyelesaikan pesanan tetangganya. Jika hari ini jahitannya selesai dan langsung di ambil, maka dia akan mendapatkan uang.
Keesokan harinya...
Linda dan Aruna sudah bersiap-siap. Mereka berdua akan pergi ke taman hiburan tanpa Erik.
"Ibu sudah bilang sama ayah kita akan pergi?" Aruna gembira tetapi juga sedikit takut. Dia takut ayahnya akan marah jika nanti dia bangun tidur tidak ada orang di rumah.
"Sudah." Linda mengangguk.
"Apa tidak kita tunggu sampai ayah bangun? Nanti ayah mencari kita Bu? Siapa tahu ayah ingin ikut?"
"Ayah sudah bilang dia tidak ingin ikut. Jadi kita pergi berdua saja. Lagian kalau menunggu ayahmu bangun kita bisa kesiangan nanti."
"Ayah nggak mau ngantar kita pakai mobil ya Bu?"
"Mobilnya kan buat narik penumpang Sayang ... Kita bisa naik motor ibu." Sakit sekali hati Linda ketika mengatakan ini. Putrinya ingin naik mobil saja terdengar hanya seperti angan-angan.
Linda berjongkok sambil membenarkan jaket Aruna. Setelah selesai dia menatap mata Aruna lekat-lekat.
"Runa sayang, ibu tidak punya banyak uang. Jadi nanti Runa pilih wahana yang paling Runa inginkan saja ya, tidak semuanya dinaiki," ucap Linda sambil menahan air matanya.
"Kalau Runa ingin beli es krim boleh Bu?"
"Iya, boleh." Linda segera berdiri dan menyeka sudut matanya sebelum Aruna menyadarinya.
"Kita berangkat sekarang?"
Aruna mengangguk semangat.
Lalu mereka berdua berangkat ke taman hiburan menaiki sepeda motor butut Linda. Bermodal uang dua ratus ribu, sisa uang belanja lima puluh ditambah uang hasil menjahit seratus lima puluh, Linda membawa Aruna ke taman hiburan.
Untuk membayar tiket masuk dua orang seratus ribu, tinggallah seratus ribu. Dan seratus ribu ini nantinya untuk membeli tiket wahana permainan dan juga jajan.
*
Linda dan Aruna pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Aruna sangat gembira karena akhirnya dia pergi ke taman hiburan untuk yang pertama kalinya.
"Bu, besok kita pergi ke sana lagi ya," ucap Aruna sambil melepas helmnya.
"Iya, besok kalau ibu ada uang lagi kita ke sana. Yuk kita masuk."
Dari luar suasana rumah mereka tampak sepi. Ini sudah jam dua siang. Linda pikir mungkin Erik sudah pergi menarik orderan jadi dia akan aman dari kemarahan Erik.
Linda segera mengajak Aruna masuk ke dalam rumah. Betapa terkejut Linda melihat Erik berada di ruang tengah sambil menonton televisi. Hati Linda berdebar tidak karuan. Ternyata Erik tidak pergi. Linda tidak melihat mobil Erik masih di dalam garasi. Dan melihat penampilan Erik yang masih acak-acakan sepertinya dia belum lama bangun.
Erik pasti memarahinya karena tadi pagi dia tidak meninggalkan sarapan untuknya. Dia memang sengaja tidak memasak karena sisa uang belanjanya dia gunakan untuk pergi ke taman bermain.
"Ayah ... Ayah tidak pergi bekerja?" sapa Runa.
"Tidak, ini kan hari Minggu? Ayah libur dong. Kamu baru pulang?" jawab Erik santai.
Aruna mengangguk.
"Gimana suka nggak di taman bermain?"
"Suka, Runa ingin pergi ke sana lagi. Besok ayah ikut ya?"
"Boleh."
"Pakai mobil ayah?"
"Iya, boleh." Sudah berkali-kali Erik berjanji akan mengajak Aruna jalan-jalan dengan mobilnya tetapi sampai saat ini dia belum pernah menepatinya.
"Horeee ... " Aruna bersorak kegirangan padahal itu hanyalah janji semu dari ayahnya.
"Sana Runa istirahat di kamar. Capek kan habis bermain?"
"Baik ayah." Aruna pergi meninggalkan ayah dan ibunya. Sementara Linda mematung karena tahu apa yang akan dia hadapi.
"Kamu nggak masak Lin?" tanya Erik setelah kepergian Aruna.
"Tidak Mas," jawab Linda lirih.
"Bisa ya pergi keluar rumah tidak menyiapkan makanan tidak pamit juga sama suaminya lebih dulu?!"
"Kamu kan biasanya marah kalau sedang tidur dibangunkan Mas. Lagi pula kamu sudah menyuruh aku berangkat berdua dengan Aruna." Linda mulai ketakutan.
"Terus kenapa tidak menyiapkan sarapan?"
"Aku buru-buru tadi Mas, takut kesiangan kasihan Runa."
Tidak mungkin Linda menjawab kalau dia sengaja tidak memasak karena uang untuk membeli sayuran dia gunakan di taman bermain tadi.
"Lain kali kalau kamu mau pergi tugasmu di rumah itu di selesaikan dulu! Sekarang kamu masak sana! Aku sudah kelaparan dari tadi!"
Linda bernafas lega. Erik tidak begitu memarahinya. Bergegas dia ke dapur dan memasak dengan bahan seadanya di kulkas.
"Sudah siap Mas ... Kamu mau makan sekarang?" Linda menghampiri Erik di ruang tengah setelah selesai masak.
"Iya! Sana ambilkan, tidak pakai lama!"
Linda segera kembali ke dapur mengambilkan makanan untuk Erik lalu kembali ke ruang tengah. Sebenarnya Linda sendiri merasa lapar karena dia tidak makan apa-apa selama di taman bermain. Ketika Aruna membeli makanan pun Linda cukup melihat. Dia rela menahan lapar asal anaknya bahagia.
"Sebenarnya tadi kamu bisa membeli makanan di warung makan kalau aku tidak masak."
"Sejak kapan aku beli makanan sendiri?! Tidak ada dalam sejarah aku membeli makan atau memasak makananku sendiri. Sudah berapa lama kamu jadi istriku?! Aku terbiasa dilayani!!! Gitu aja nggak ngerti!!!"
Linda tertunduk. Dia tidak menyangka kata-katanya akan menyulut emosi Erik. Padahal Linda merasa tidak ada yang salah dengan kalimatnya.
"Buat apa aku punya istri kalau aku harus melakukan apa-apa sendiri?!!"
Linda semakin menundukkan kepalanya.
"Sana ...!!! Pergi ...!!! Kamu membuat selera makanku hilang!" Erik mengusir Linda dari hadapannya. Betapa sakit hati Linda mendengar kalimat Erik. Linda berbalik dan meninggalkan Erik sendirian. Tidak ada tempat lain yang dituju Linda selain ruang menjahitnya.
Linda duduk di depan mesin jahitnya. Air mata mengalir tak terbendung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Tri Soen
Diiiih tuker aja sama kerupuk tuch suami kayak gitu ...ngidupin anak istri aja gak tapi bikin susah aja 😔🙄 ditunggu Up selanjutnya ya
2023-02-03
0