Meminta Bantuan Josh

Selang beberapa hari, ikatan di tangan Mia memang sudah dilepaskan oleh Finn. Namun tetap saja, dia tidak boleh keluar dari kamar itu. Hal ini membuatnya bosan. Selain itu, Mia kini memiliki hobi baru, yakni, berteriak.

"Finn Jelek! Keluarkan aku!" pekiknya. Dengan kedua tangannya yang bebas, dia menggedor-gedor pintu saat bosan atau mencengkram sisi jendela luar kemudian dia mengambil napas dalam-dalam, setelah itu dia berteriak kencang. "Finn Walter, keluarkan aku!"

Para pelayan yang bergantian menjaga Mia, sudah biasa dengan tingkah laku gadis muda itu. Terkadang dia mengajak para pelayan itu untuk bermain atau hanya sekedar bercerita.

"Dulu di desaku, aku suka memetik buah di tempat Paman Rufus. Dia berbadan besar, dengan janggut lebat, dan suaranya seram. Tapi dia baik. Dia selalu memberikan sekeranjang buah atau uang tambahan," cerita Mia di suatu hari.

Pelayan-pelayan itu biasanya tersenyum saat mendengarkan cerita Mia. "Tapi, karena orang tuaku berhutang kepada James Arthur Sialan itu, nasibku jadi begini. Padahal aku masih memiliki mimpi dan cita-cita." katanya muram.

"Tuan Walter bukan orang jahat, Nona. Dia cukup baik, tapi jika dikhianati, tidak akan ada ampun untuk si pengkhianat. Mungkin Tuan Walter punya rencana untuk Nona. Tunggu dan bersabarlah," jawab pelayan itu.

Suatu hari, Finn masuk ke dalam kamar Mia dan melihat kondisi gadis itu. Biasanya, para pelayan yang berjaga di dalam selalu menyampaikan laporan berkala kepada Finn.

Namun hari itu, Finn ingin melihat Mia. Menurut para pelayan, Mia merupakan gadis yang pintar dan ceria. Saat Finn masuk hari itu, Mia sedang tertidur.

"Loh, masih tidur? Sudah makan?" tanya Finn kepada pelayan yang berjaga.

Pelayan wanita itu mengangguk. "Sudah, Tuan. Nona sempat bercerita kalau tadi malam dia bermimpi buruk dan tidak bisa tidur,"

Finn mengibaskan tangannya kepada pelayan itu dan menyuruhnya untuk pergi. Selepas pelayan itu pergi, Finn naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Mia.

Pria itu memandang wajah Mia dalam-dalam. Entah apa yang ada di pikirkan Finn saat itu, tetapi dia terus memandangi Mia, seolah-olah Mia sebuah objek yang sanggup memanjakan indera penglihatannya.

Tiba-tiba saja, Mia membuka matanya. "Aarrgghh! Apa yang kau lakukan! Pantas saja tidurku tak nyenyak, ternyata, ...!" Gadis itu menutupi tubuhnya dengan selimut sampai batas leher dan dia memandang ketakutan ke arah Finn.

Finn menahan senyumnya. "Aku tidak melakukan apa pun kepadamu. Lihat saja, tanganku tetap berada di sisi tubuhku bukan di sisi tubuhmu! Kecuali, kalau kau berubah pikiran dan mau melayaniku maka aku akan membebaskanmu dan mengizinkannya untuk keluar. Bagaimana?"

Mia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak! Aku tetap pada pendirianku dan aku tidak mau melayanimu sampai kapan pun!" ucap Mia sambil memalingkan wajahnya.

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu. Aku akan bertanya kepadamu sekali lagi, apakah kamu bersedia melayaniku?" tanya Finn lagi. Sedari awal, pria itu tidak pernah menjelaskan pengertian dari kata-kata melayani yang sering dia gunakan.

Namun, Mia selalu mengartikan itu sebagai hubungan suami istri. Apalagi mengingat mereka sudah menikah dan Finn sudah membayar sejumlah uang kepada Finn untuk melepas kehormatannya.

"Cih! Seenaknya sendiri! Tapi, kalau aku melayaninya sebagai pelayan, apa boleh?" tanya Mia bermonolog.

Beberapa hari kemudian, pelayan Mia memberikan kabar kepada Finn kalau Mia sedang tidak enak badan. Suhu tubuhnya tinggi dan dia menolak untuk makan ataupun minum.

"Benarkah? Selama ini makannya bagus, 'kan?" tanya Finn mendetail kepada pelayan yang berjaga di kamar Mia.

Pelayan itu mengangguk ketakutan. "Bagus, Tuan. Nona memakan segala yang Tuan berikan kepadanya dan dia juga menuruti semua perintah Tuan,"

"Kau sedang tidak membohongiku, 'kan?" tanya Finn penuh selidik.

"Tidak, Tuan. Kalau Tuan tidak percaya, silahkan masuk ke dalam kamar Nona. Sepagian ini, Nona hanya berbaring di ranjangnya," jawab pelayan itu.

Finn mengusap-usap dagunya. "Hmm, benar juga. Biasanya gadis itu sudah berceloteh dan berisik. Baiklah, aku akan kesana,"

Finn pun beranjak dari kursi kerjanya dan kemudian bergegas menuju kamar Mia. Benar saja kata pelayan itu, Mia berbaring di ranjang dengan wajah pucat dan mengeluarkan keringat yang cukup banyak.

Finn memegang keningnya dengan hati-hati dan Mia bergidik saat Finn menyentuhnya. Segera saja kulitnya meremang karena kedinginan. "Panggilkan dokter, cepat!"

Pelayan pun segera berlari dan mengambil telepon yang berada di ruang kerja Finn untuk menghubungi dokter. Yak beberapa lama dokter pun datang dan segera memeriksa kondisi Mia.

Sayangnya dokter itu datang tidak sendiri, Josh menemani kedatangan dokter itu karena saat itu pria itulah yang sedang berjaga untuk Finn.

"Apa yang terjadi?" tanya Josh saat dia berada di kamar Mia.

Finn mengacungkan telapak tangannya, meminta Josh untuk berhenti berbicara. Tak beberapa lama, dokter pun telah selesai memeriksa keadaan Mia. "Dia butuh udara segar dan berjemur di bawah sinar matahari. Terlalu lama di dalam kamar membuat tubuhnya lebih rentan terserang bakteri. Jadi saya sarankan Nona Walter untuk berjemur setiap pagi,"

Josh memandang Finn dengan kesal. "Akibat kau membeli anak di bawah umur dan mengurungnya!"

"Dia tidak di bawah umur, Josh! Dia sudah layak menikah!" bantah Finn.

"Hei, wanita-wanita yang selalu singgah disini adalah wanita dewasa dan kau tidak pernah tertarik untuk menikahi mereka. Lalu, mengapa saat gadis ini datang kau segera saja membelinya dan mengajaknya untuk menikah! Apa yang ada di otakmu, Finn!" balas Josh panas. "Kalau kau memang mencintainya maka bebaskanlah dia."

Finn izinkan kedua matanya dan menatap Josh tajam. "Aku sudah membelinya dan itu adalah urusanku. Aku harap kau tidak menjadi pahlawan kesiangan untuknya, Josh! Urus saja apa yang perlu kau urus tanpa harus menggangguku!" setelah berbicara seperti itu Finn pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar Mia.

Berbeda dengan Josh. Laki-laki itu tetap berada di samping Mia sampai gadis itu terbangun dari tidurnya. "Josh?"

"Hei, kau sudah bangun? Bagaimana kondisimu?" tanya Josh.

Tadi sangka-sangka Mia memeluk Josh dengan erat. "Oh, aku senang sekali melihatmu. Bisakah kau menepati janjimu untuk mengeluarkanku dari sini? Aku berjanji aku akan membalas hutang budiku kepadamu,"

Josh membalas pelukan Mia. "Maaf, aku tidak bisa membantu dalam waktu dekat ini, Mia. Tapi kurasa, Finn sudah mengizinkanmu untuk keluar kamar. Apa kau tidak tahu kalau kau sakit?"

Mia menggelengkan kepalanya dan memegang keningnya. "Aku rasa aku baik-baik saja,"

Josh tersenyum. "Mau berjemur di taman?"

Mia mengangguk dan menggandeng tangan Josh yang besar. "Tanganmu hangat sekali. Baru kali ini aku menggenggam tangan orang lain selain tangan orang tuaku,"

Lagi-lagi Josh tersenyum. Namun kali ini, dia mengeratkan genggaman tangan Mia.

Di lain tempat, Finn yang melihat kedekatan antara Josh dan Mia pun terlihat kesal. Entah apa yang menyebabkan dia kesal, dia pun tidak mengerti. Finn menunggu hingga Mia selesai berjemur dan kemudian, dia bergegas keluar menuju taman untuk menghampiri Josh dan juga Mia.

"Josh, ikut aku,! Sekarang!" titah Finn kepada Josh.

Josh membantah, "Aku sedang menemani Mia. Berbicara saja disini,"

"Aku ingin kau menuruti perintahku, Josh! Kutunggu kau di ruanganku dalam lima menit!" ucap Finn berlalu.

Josh berdecak kesal. "Mia, maafkan a-,"

"Apa hubunganmu dengan Finn? Kenapa kau begitu menurut kepadanya?" tanya Mia memotong.

"Itu karena, ..."

"Kau bekerja sama dengannya! Oh, kau menipuku, Josh! Kupikir kau temanku!" tukas Mia dan dia segera berlari meninggalkan Josh yang gusar.

...----------------...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!