Verse-4

Kengerian menyergap seluruh alun-alun. Semua orang membeku dalam ketakutan.

"Apakah kau akan mengikuti ajaran dewa yang sudah mati ketimbang mendengarkan kami yang masih hidup?"

"Tentu saja tidak, Tetua Mu!" seseorang—tetua desa yang tak lain adalah paman Hua Zu mencoba membela anak laki-laki itu.

Tapi ketika Tuoli menghujamkan tatapan tajam padanya, serta-merta pria itu membelokkan maksudnya. "Anak itu hanya bicara tidak pada tempatnya. Lagi pula dia hanya anak-anak."

"Yah, benar sekali. Dia masih anak-anak," tanggap Tuoli sambil memaksakan senyum. "Kemarilah, Nak!" bujuknya dengan suara yang diperlembut.

Hua Zu tidak bergerak.

"Jangan takut," kata Tuoli.

Hua Zu tetap bergeming.

Tuoli melangkah perlahan ke arah Hua Zu, lalu berhenti selangkah di depan anak laki-laki itu dan membungkuk sedikit, mencondongkan tubuhnya ke arah Hua Zu.

Anak laki-laki itu beringsut mundur selangkah ke belakang. Bola matanya bergerak-gerak gelisah penuh waspada.

Tuoli meluruskan tubuhnya sambil terkekeh, lalu menoleh ke arah barisan pengawal, "Tangkap Nefilim itu!" perintahnya dengan suara menggelegar.

Nefilim adalah istilah untuk menyebutkan ras campuran dewa dan manusia. Sebut saja, manusia setengah dewa. Keturunan campuran dari perkawinan silang antara perempuan manusia dengan pria dari ras dewa.

Meski kepercayaan tentang dewa cahaya telah dihapuskan, cerita tentang peperangan di surga antara dewa-dewa cahaya melawan dewa-dewa kegelapan sudah tercatat dalam sejarah, dan masih terus diceritakan dari generasi ke generasi secara turun-temurun.

Cerita tentang tentara langit yang dibuang ke bumi telah diketahui semua orang. Beberapa dari mereka menikahi anak-anak perempuan dari ras manusia dan melahirkan manusia setengah dewa yang disebut Nefilim.

Tapi tentu saja hal itu dianggap sebagai kekejian karena ras fallen—ras dewa yang dibuang ke bumi adalah para pemberontak dan pengkhianat yang disebut ras iblis.

Setiap anak dengan tanda lahir dari ras dewa dianggap iblis dan dihukum mati---tanpa terkecuali.

Dua orang serdadu menyergap Hua Zu dan menyeretnya ke tengah alun-alun.

Bersamaan dengan itu, An Nio baru saja sampai di barisan depan kerumunan. "Tidak—Hua Zu!" Perempuan itu tak bisa menahan dirinya untuk tidak menjerit.

Para serdadu serentak menoleh pada An Nio, begitu pun Ma Tuoli.

Para wanita di kiri-kanannya segera menyergap An Nio dan menahannya.

"Tidak! lepaskan!" An Nio mencoba memberontak, hingga dua orang pria akhirnya mengambil alih dan menyeretnya ke belakang.

An Nio meronta-ronta. "Hua Zu!"

Dua orang serdadu menghampiri An Nio dan menggelandangnya pula.

Sekarang keduanya sudah berada di antara hidup dan mati. Pedang serdadu telah terhunus di leher keduanya.

"Tunggu!" Lim Shin Wu menginterupsi ketika serdadu mulai menekankan mata pedangnya di leher Hua Zu.

Semua mata sekarang tertuju pada Shin Wu dengan tatapan terkejut.

Seorang panglima menyambar bahu anak itu dan menahannya. Panglima itu adalah guru pedang Shin Wu di balai pangeran. Namanya Ong Zixin. "Apa kau sedang cari mati," bisiknya memperingatkan.

"Biar aku saja yang melakukan pengorbanan!" Shin Wu mengajukan diri pada Tuoli. Lalu bergegas ke arah Tuoli.

Panglima itu spontan memucat, "Tidak!" katanya pada Tuoli sambil menyergap Shin Wu sekali lagi dan menariknya menjauh dari Tuoli. "Aku tidak percaya!"

Tuoli sekarang menatap Shin Wu dengan mata terpicing, melontarkan pandangan skeptis.

Panglima itu membungkuk mendekatkan mulutnya ke telinga Shin Wu. "Dengar, Tuan Muda Lim," bisiknya dengan tajam. "Kau mungkin putra panglima tertinggi di kerajaan, tapi kau hanya anak haram. Tidak lebih! Kalau berani mendekat ke arah Tetua Ma selangkah saja, aku benar-benar akan membunuhmu," ancamnya.

"Aku harus belajar melakukan pengorbanan untuk melatih mentalku," Shin Wu beralasan. "Bagaimanapun aku adalah calon tentara abadi," katanya. "Aku akan dituntut melakukannya suatu hari!"

"Pemikiran yang bagus!" Tuoli akhirnya tersenyum dan bertepuk tangan. "Kemarilah!" titahnya.

Ong Zixin menelan ludah. Lalu melonggarkan cengkeramannya di pundak Shin Wu.

Shin Wu mengedikkan bahunya dan melepaskan diri, lalu berjalan ke arah Tuoli.

Pria itu memberikan sebilah pisau belati yang diambil sendiri dari kantong senjata pribadinya. "Perlihatkan pada kami dedikasimu, Prajurit!" tantangnya. "Tunjukkan nilaimu pada kami. Kau adalah bajingan Luoji!"

"Hmh!" Shin Wu mengangguk dengan semangat, lalu mengambil pisau itu dari tangan Tuoli dan mendekat ke arah Hua Zu.

"Nah!" Tuoli bertepuk tangan dengan antusias. "Sekarang kalian sudah mendapatkan pengorbanan kalian. Dewa Roh Agung akan mengampuni kalian."

"Tidak!" jerit An Nio ketika Shin Wu akhirnya berdiri di belakang Hua Zu dan mengalungkan belatinya di leher anak laki-laki itu. "Kumohon jangan dia!" ratapnya pada Tuoli.

Tuoli tersenyum sinis pada An Nio, lalu mengedar pandang ke arah semua orang. "Kalian lihat anak laki-laki itu?"

Semua orang hanya tertunduk. Tidak satu pun berani bereaksi.

"Anak laki-laki itu memiliki tanda dari Legion!" Tuoli menegaskan. "Sekarang kalian tahu kenapa tanah kalian terkena kutuk!"

Beberapa orang menggumam setuju. Tapi tidak berani berterus terang karena memandang segan Zhu Jiangwu. Tetua desa mereka.

Paman Hua Zu!

Pria itu membeku dalam kebisuan yang mengerikan. Matanya memandang nanar ke arah An Nio dan Hua Zu.

"Apa di antara kalian masih ada yang mau memuja dewa pengkhianat seperti Jian dan Jiyou?" Tuoli mulai melancarkan retorikanya. "Ingat! Jian dan Jiyou tidak ada bedanya dengan semua ras dewa yang dicampakkan ke bumi. Mereka juga sudah terusir selamanya dari surga. Mereka semua adalah iblis! Daripada itu, bukankah lebih baik mengikuti dewa yang sudah jelas? Dewa Roh Agung adalah dewa tertinggi yang bertahta di surga tertinggi sampai saat ini! Tidak ada dewa yang lebih layak untuk disembah selain dari padanya yang masih bertahta. Pikirmu siapa yang membuang mereka para dewa pengkhianat itu ke bumi?"

"Benar!" kata semua orang.

"Nefilim adalah kekejian nyata para dewa cahaya!" Tuoli menambahkan. "Di antara kalian, masih adakah yang mengikuti dewa cahaya?"

Khalayak langsung terdiam. Beberapa di antaranya masih memuja dewa cahaya dengan diam-diam. Tapi tentu saja mengakuinya sekarang tidak ada bedanya dengan menyerahkan dirinya untuk disembelih.

"Jika kalian setuju bahwa Nefilim adalah bukti kekejian, apakah di antara kalian masih ada yang keberatan jika Nefilim ini dikorbankan sebagai persembahan bagi dewa roh agung?" Tuoli bertanya lagi.

Para penduduk itu hanya mengangguk. Beberapa menggumam dengan suara tercekat.

"Lakukan, prajurit!" Tuoli memberi aba-aba pada Shin Wu.

"Tidak!" An Nio menjerit lagi, mencoba memberontak namun dua bilah pedang yang bersilangan di depan lehernya membuat wanita itu hanya membeku meski mulutnya terus menjerit.

Shin Wu melingkarkan sebelah lengannya di bahu Hua Zu. Sementara ia mengalungkan pisau di leher Hua Zu, mulutnya berbisik di telinga anak itu, "Gigit tanganku!"

Hua Zu langsung mengerti. Tanpa pikir panjang, ia pun mengikuti gagasan Shin Wu.

Terpopuler

Comments

Antasena~

Antasena~

baiklah ternyata begitu 🙃

2023-02-09

0

Neng ickha

Neng ickha

periiii hadiiiiirrrrrrrrrrr thoooorrrr🤘

2023-02-07

0

ₚᵤₜᵣₐ ₖᵤₘbₐᵣₐ

ₚᵤₜᵣₐ ₖᵤₘbₐᵣₐ

gw masih penasaran kyk mana itu dewa roh agung

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!