Mari Kita Coba

Telat Nikah BAB 5

Oleh Sept

Lia tidak pernah tahu, bahwa ia akan dipertemukan lagi dengan orang dari masa lalu. Saat dia mencoba melupakan segalanya dan mulai terbiasa menerima luka masa lalunya. Tiba-tiba pria itu hadir kembali, menghubungi Lia. Keduanya pun berjanji akan bertemu ketika Lia sudah kembali.

Sampai hari yang dijanjikan, di mana kala itu Lia sedang off kerja. Di sebuah kota di pulau Kalimantan. Keduanya berjanji bertemu, Lia tidak tahu kalau Andis, mantan tunangannya itu ada di pulau yang sama. Mereka bertemu di minggu siang di salah satu cafe.

Yang tiba duluan adalah Lia, dan dia kelihatan nervous sekali. Lama hilang kabar, sebenarnya dia penasaran juga. Meskipun menyimpan rasa kecewa yang begitu besar pada laki-laki itu.

Mata Lia melihat sekeliling, belum ada tanda-tanda keberadaan laki-laki yang dia tunggu, sampai akhirnya dia berkaca pada ponsel. Ia bercermin, dan melihat penampilan wajahnya. Make up masih on, belum luntur. Bahkan dia kelihatan jauh lebih glowing daripada beberapa tahun yang lalu.

"Apa dia bohong?" gumam Lia sambil gelisah menatap jam di tangannya.

Sudah seperempat jam dia menunggu, dan mantannya itu tak kunjung datang.

Hampir menyerah, mungkin laki-laki itu mengerjainya. Akhirnya Lia pun pasrah. Dia pesan minuman lagi, dia aduk-aduk dengan sedotan, untuk mengusir rasa bosan.

***

"Fix ... dia benar-benar gak berubah!" gerutu Lia yang merasa jengkel karena merasa ditipu.

Saat dia beranjak, tiba-tiba dari jauh dilihatnya seorang laki-laki yang dirindukan. Sosok pria yang sudah lama menjadi sumber deritanya.

Lia pun kembali duduk, bersikap tenang. Walau hatinya sudah carut marut. Ini adalah pertemuan pertama setelah sekian lama berpisah.

"Tetap tenang, Lia!" gumamnya ketika melihat sosok pria yang datang mendekat.

Laki-laki berbadan tegap, wajah bersih dan kacamata yang digantung di saku bajunya. Dari jauh dia berjalan dengan percaya diri. Bagaimana dia tidak jatuh hati? Andis Hermansyah memang mampu membuatnya terpesona.

"Maaf, tadi di jalan ada accident," ucap Andis kemudian duduk.

Lai mengangguk.

Andis kemudian memanggil pelayan, ia pesan minuman sendiri, karena Lia tidak memesankan minum.

Setelah pelayan pergi, dia kemudian mengatakan maksud hatinya, tapi sebelumnya basa-basi dulu, bertanya kabar.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik," jawab Lia singkat.

"Syukurlah," kata Andis lalu mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tas.

Pria itu kemudian mengeluarkan pulpennya, dan mulai berbicara serius.

"Aku mencarimu sejak lama, dari tahun kemarin. Aku dengar kamu masih di Kalimantan, ini aku ngajuin cuti untuk ketemu sama kamu," ucap Andis dengan ekspresi datar, bukan seperti mantan kekasih yang lama berteman kemudian tumbuh benih-benih kerinduan. Dia kelihatan formal dan sedikit acuh.

Hal itu membuat Lia kesal, ternyata waktu banyak sekali merubah segalanya, cinta yang dulu tumbuh subur seolah hilang, gersang tidak bersisa.

"Apa ini?"

"Tolong tanda tangan di sini, aku butuh tandatangan kamu."

Lia melihat berkas tersebut.

"Ini apa?" tanya Lia sekali lagi karena tiba-tiba suruh tandatangan. Dia kan bukan artis.

Andis menghela napas dalam-dalam, kemudian mulai menjelaskan.

"Ini surat kuasa, kamu ingat kan dulu saat kita masih pacaran? Ini tentang rumah yang akan kita tempati jika kita sudah menikah, aku memang yang beli dan yang bayar, tapi dulu aku beli atas nama kamu. Sekarang aku ingin jual, aku harap kamu mau tandatangan."

Dahi Lia seketika mengkerut. Dia baru tahu tentang hal itu. Lia masih tertegun, dia dikejar sampai Kalimantan hanya untuk surat-surat ini? Bukan untuk hal lain?

"Apa-apaan ini, Ndis?" tanya Lia yang protes. Bukan karena ingin hak rumah itu, bukan. Dia hanya ingin dihargai. Dan minta kejelasan, kenapa pernikahan mereka batal?

"Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin menjualnya, setelah anakku lahir. Kami akan pindah," ucap Andis tanpa beban.

Perih sekali mata Lia, jawaban Andis sepertinya pedang yang menusukk langsung ke ulu hatinya.

Emosi, Lia langsung tanda tangan. Kemudian beranjak.

Puas sekali Andis mendapat tandatangan, karena selama ini sertifikat bukan atas namanya, dan itu membuat istrinya cemburu. Sampai ia mencari Lia ke mana-mana.

Sementara itu, Lia langsung mengemudi dengan perasaan yang kalut. Kenyataan Andis sudah melupakan semuanya, bahkan akan memiliki anak, cukup membuatnya terlempar dari kenyataan.

Beberapa hari kemudian.

Dunia Lia terasa jauh lebih suram, lebih baik dia tidak tahu kabar mantan yang sudah bahagia, daripada sekarang kembali terpuruk dan gagal move on.

Sampai suatu hari, atasan Lia memanggil. Karena pekerjaan Lia sangat buruk. Lia yang profesional mendadak pekerjanya kacau balau, sampai dia dimarahi atasannya.

Pulang kerja dia langsung ke rumah, tanpa mandi, tanpa makan, langsung naik ke atas ranjang. Hingga pukul 9 malam, ponselnya berdering. Kali ini panggilan telepon, bukan video call seperti biasanya.

"Ya."

"Sedang apa?" tanya pria yang ada di seberang telpon. Siapa lagi kalau bukan mas PNS.

"Mau tidur," jawab Lia datar.

"Oh ... oke maaf ganggu."

"Hemm."

Telpon pun diputus oleh Lia, karena sekarang sedang galau.

Begitulah sikap Lia selama ini, di PDKT in sama Arman selalu mental. Hingga tiba hari di mana dia harus kembali pulang untuk acara manten anak pamannya.

Rasanya dia berdoa, semoga dia sakit hari itu agar tidak bisa pulang. Namun, tubuhnya ternyata sehat wal Afiat, mau tidak mau, dia pulang hari itu.

***

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Lia tiba di Bandara.

Katanya Asih yang menjemput, tapi dia sangat kaget, karena yang datang malah sosok laki-laki yang suka caper padanya selama ini.

"Lia!" panggil laki-laki tersebut. Dan Lia terpaksa tersenyum dengan paksa.

"Pasti ibu yang nyuruh!" rutuk Lia dalam hati.

"Sini, aku bawakan!" pria itu langsung merebut koper dari tangan Lia.

"Gak usah, Mas."

"Gak apa-apa, kamu pasti capek," ucap laki-laki yang memakai seragam coklat tersebut.

"Gak kerja, Mas?"

"Ijin sebentar," ucapnya.

"Ijin?"

"Iya, kerjaan sudah beres. Minta gantiin teman sebentar. Kasian kamu gak ada yang jemput," ucapnya ramah.

"Astaga ... pria ini ... baik sih, ganteng, tapi kenapa gak masuk ke hati sama sekali?" gerutu Lia yang masih belum ada chemistry dengan sosok pria yang dijodohkan oleh ibunya tersebut.

Sampai di perjalanan pun, Arman nyerocos panjang lebar, dan Lia hanya menjawab ham hem saja.

***

Kediaman orang tua Lia.

Bu Damri langsung heboh sendiri, apalagi di sana pas kebetulan ada keluarga besar mampir di rumah.

"Nah, itu Lia pulang."

"Sama siapa?" celetuk tante-tante Lia yang selama ini kepo. Punya keponakan kok gak nikah-nikah.

"Sama anaknya pak lurah," ucap Bu Damri sedikit bangga. Atau sedikit sombong.

"Masa?"

Semuanya tidak percaya, tapi setelah Arman turun dan membawakan koper Lia masuk ke dalam rumah, Arman langsung jadi pusat perhatian. Padahal yang keponakan mereka dan baru saja tiba adalah Lia, tapi gadis itu malah diacuhkan.

"Pacarannya Lia?" celetuk tantenya Lia.

Lia langsung melotot, sedangkan Arman hanya melempar senyum ramah.

"Doain saja, Tante," ucap Arman.

"Aduh, pasti dong ... pasti kami doakan. Sudah jangan ditunda-tunda. Langsung saja, nunggu apa lagi. Nanti kalau terlalu tua, punya anak juga resiko," celetuk Tante Lia yang paling julid, dan membuat Lia masam.

Sementara itu, Arman malah senyum-senyum.

"Ya, Tante ... mohon doanya saja."

Arman semakin menjadi, membuat Lia mendengus kesal.

Tidak mau mendengarkan mereka bicara yang tidak-tidak, Lia permisi ke belakang, di dalam Bu Damri mengikuti. Dan Lia langsung protes pada ibunya.

"Bu ... semuanya jadi salah paham!"

Bu Damri mlengos, ia pura-pura menyiapkan minum.

"Kami gak ada hubungan apapun, Bu."

"Sst! Nanti semuanya dengar."

"Bu ..." protes Lia.

"Sudahlah, Lia. Nak Arman kurang apa lagi? Kamu mau cari model suami yang bagaimana?"

Ganti Lia yang membuang muka.

"Jangan paksa Lia menikah, Bu."

"Lalu kamu mau jadi perawan tua selamanya?"

Lia mau menangis saat ibunya berkata seperti itu. Tidak mau berdebat, ia langsung keluar, dan berpapasan dengan Armad.

Pria itu menyadari ada yang tidak beres, kemudian mengikuti Lia sampai depan pintu kamarnya.

"Lia ..."

Di dalam kamarnya Lia menghela napas dalam-dalam, kemudian mengusap wajahnya.

KLEK

Dia membuka pintu, lalu menatap Arman dalam-dalam.

"Mas suka sama Lia? Tapi Lia gak suka sama Mas," ucap Lia kasar.

Arman menelan ludah, kemudian mencoba tersenyum, meskipun kelihatan hambar.

"Saya tahu," kata Arman tenang.

Lia tertegun, kemudian mendongak menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi daripada dirinya.

"Tapi ... mari kita coba!" ucap Arman lagi.

Entahlah, saat menatap Lia pertama kalinya, sepertinya dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama.

Terpopuler

Comments

nurul jannah

nurul jannah

gilaaa....nih orang GK adakbar berita datang 2 minta TTD

2024-02-01

0

𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀

𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀

klu mau di hargai belajarlah menghargai orang terlebih dulu

2024-01-31

1

Puspa Andriati

Puspa Andriati

kamu terlalu memikirkan mantan Lia... Jadi siapapun yang ingin mendekatimu mundur teratur... Ayoooo Move on lia👍👍

2023-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!