Pria Pilihan Ibu BAB 4
Oleh Sept
Seminggu sudah berlalu, waktunya Lia Hapsari balik ke perantauan. Sementara itu, Bu Damri kelihatan belum ikhlas, karena harus pisah lagi dengan anak semata wayangnya itu.
Padahal anaknya cerdas, masa tidak ada perusahaan di Jakarta yang membuka lowongan untuk putrinya itu. Harusnya Lia kerja saja di dekat sini, sudah anak semata wayang, malah pergi di perantauan.
Kalau ayah Lia masih hidup, mungkin Lia tidak akan nekat merantau. Tidak perduli dengan mengejar karir, toh di Jakarta masih banyak perusahaan dan kantor bagus-bagus, pikir Bu Damri.
"Ya ... Lia ... kenapa gak pindah saja? Cari kerja di sini? Kamu itu cari apa sih di sana? Ibu juga sudah tua," kata Bu Damri yang kelihatan sedih karena harus pisah lagi.
Lia yang kala itu sedang berkemas, ia pun meninggalkan aktifitasnya. Kemudian duduk di sebelah ibunya.
"Nanti kalau Ibu kangen, bisa video call. Sekarang kan jaman sudah canggih, Bu."
Wanita tua itu langsung menghela napas dalam-dalam. Karena bukan itu maksudnya. Di hari tuanya, dia ingin bersama putrinya. Tapi Lia sepertinya terlanjur asik dengan kerirnya tersebut, sampai kebablasan. Sampai tidak mau pulang lagi ke tanah kelahirannya.
Padahal, memang kesempatan kerja tidak cuma datang berkali-kali. Mumpung mendapatkan karir bagus dan kerja dengan perusahaan asing, dibayar banyak. Entah mengapa, untuk saat ini Lia ingin fokus cuan dan cuan. Capek ngejar jodoh, seperti ia akan fokus dalam pekerjaan saja.
"Kamu gak sayang Ibu to Lia?" Bu Damri mulai merajuk. Mengeluarkan jurus melas agar putrinya iba.
"Ibukkk ..." desis Lia kemudian memeluk tubuh ibunya semakin erat.
"Lia sayang Ibu, sayang banget malahan."
Bu Damri hanya mencebik, kemudian bibirnya mengerucut seolah mengejek. Dan Lia pun hanya terkekeh sambil membujuk ibunya agar tidak sedih lagi.
"Nanti Lia pulang lagi, Bu. Lia usahakan di manten anaknya Tante Sarah. Kan tiga bulan lagi kan?"
Bu Damri langsung menunjukan muka sedihnya, semua anak adik-adiknya sudah menikah semua, tinggal Lia. Padahal Lia yang paling tua sendiri, ini yang nikah tiga bulan lagi ada sodara sepupu, dan usianya baru 22 tahun.
Baru lulus kuliah sudah ada yang melamar, gampang banget jodoh anak orang, sedangkan anaknya susah sekali. Membuat Bu Damri galau, punya anak gadis yang dicap perawan tua.
"Lalu kapan kamu Lia? Masa datang ke kondangan orang terus?" protes Bu Damri spontan.
"Nanti kalau ada jodohnya juga langsung nikah, Bu."
"Sudah ada, tapi kamu pilih-pilih. Kurang apa itu di Arman. Ganteng, pekerjaan terjamin. Kamu gak akan memikirkan masa tua. Sebenarnya cari laki-laki model bagaimana? Apa jangan-jangan kamu masih memikirkan pria itu?"
Seketika suasana langsung hening, kalau membahas laki-laki di masa lalu Lia, keduanya memang langsung diam. Karena ada kenangan buruk akibat gagal menikah. Sementara itu, Bu Damri merasa menyesal. Karena sudah membuka lama luka anaknya. Merasa tidak tega, Bu Damri kemudian meninggalkan Lia seorang diri.
Wanita paruh baya itu justru ke dapur, pura-pura masak, padahal menyembunyikan kesedihannya. Mengusap matanya yang tiba-tiba terasa perih.
***
Selang beberapa jam.
Mobil jemputan datang, Lia pesan taksi online. Bu Damri ikut mengantar ke Bandara bersama Asih juga. Sebenarnya kemarin Arman sempat telpon, menawarkan diri. Akan tetapi Lia tidak mau. Lagian hari kerja, pasti Arman juga di Puskesmas.
Begitu tiba di Bandara. Bu Damri kembali larut dalam kesedihan. Apalagi saat perpisahan, dan mengantarkan Lia pergi. Saat-saat melihat anaknya menarik koper, di sana hatinya semakin sedih. Anak sebatang kara, merantau jauh ke pulau seberang.
Lia tak mampu menatap ibunya lama-lama. Makanya langsung masuk saja untuk boarding pass. Kalau lama-lama di Bandara, bawaannya pengen nangis. Bahkan ia pun tidak berbalik, takut hatinya tidak kuat. Sampai akhirnya, dia duduk di dalam pesawat dan menatap jendela.
Kota kelahiran tampak dari atas, di sanalah cintanya hilang. Ingin pergi jauh, menyembuhkan hatinya yang terlanjur patah.
***
Setelah penerbangan beberapa jam, akhirnya sampai juga. Lia tidak langsung kerja, dia ke rumah dulu karena masih ada sisa dua hari cutinya. Sambil membersihkan rumah, karena dia tinggal beberapa hari untuk pulang kampung. Saat sedang asik bersih-bersih, sore itu ada panggilan masuk.
"Lah? Ngapain dia VC segala? Gak ada kerjaan apa?" omel Lia.
Akhirnya Lia abaikan saja, lagian dia juga sibuk beres-beres. Sampai menjelang malam, saat dia santai habis makan malam. Sambil lihat drakorr di lapy, Lia pun nyemil. Sungguh nikmat Tuhan mana yang dia dustakan, meski gak punya suami di usianya yang kepala tiga, Lia nyatanya tetap bahagia.
Drett ... drett
Ia menghela napas panjang.
"Orang ini kenapa sih?"
Akhirnya dia angkat dan paling tidak suka harus VC. Karena membuatnya harus memperlihatkan wajahnya.
"Iya ada apa?" tanya Lia biasa saja.
Di layar ponselnya, ada sosok laki-laki ganteng, tapi entah mengapa hatinya sama sekali tidak bergetar. Padahal Arman ini mendekati pria sempurna, cowok idaman. Dambaan seluruh kaum Hawa. Tapi sepertinya dewa amor belum meluncurkan panah asmaranya ke jantung Lia Hapsari.
"Lagi sibuk?" tanya sosok laki-laki yang memiliki mata teduh, alis tajam, dan wajah tampan tersebut.
"Gak," jawab Lia yang terkesan jual mahal. Dan agak terdengar acuh.
"Aku ganggu ya?" tanya Arman lagi.
"Gak."
Karena Lia terkesan dingin, akhirnya Arman pun hanya basa-basi saja. Hanya tanya kabar dan tanya hal receh lainnya.
"Ya sudah, kabar-kabar kalau pulang lagi," kata Arman yang tidak enak, karena diajak bicara saja Lia sepertinya malas sekali. Seolah Lia ini wanita paling cantik se Indonesia raya.
"Hemm."
Setelah selesai telepon, Lia kemudian meletakkan ponselnya di atas nakas. Kembali melihat laptop, melanjutkan dramanya yang terjeda. Begitulah dia mengisi hari-harinya kalau tidak sedang bekerja.
***
Di Kantor.
Hari ini Lia sangat sibuk, sampai jam istirahat dia masih berkutat dengan laptop.
"Lia! Makan siang dulu!" ajak Rinjani, rekan kerjanya.
"Tanggung, kamu dulu aja, Rin."
"Ish, jangan suka nunda waktu makan. Aku bawakan sekalian? Mau?"
Lia langsung menatap dengan senyum merekah.
"Makasih ya, Bestiii!"
"Idih." Rinjani hanya mencebik kemudian meninggalkan Lia di dalam ruangan.
Lia kemudian fokus pada pekerjaan lagi, sampai ponselnya berdering.
"Siapa lagi ini?"
Lia pun melihat ponselnya, dan cukup kaget saat melihat siapa yang menelpon. Dia yang lama menghilang, tiba-tiba nomornya muncul di panggilan masuk.
Wajah Lia pun tegang, tapi dia sungguh penasaran dengan telepon. Akhirnya dia angkat saja, daripada mati penasaran.
"Hallo?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
tdk ada salahnya menghormati orang lain walaupun kita tdk suka ,kita hidup di Indonesia di mn budaya dan adat paling di puja
2024-01-31
2
Tuwi Lestari
tvhrc.
2023-10-08
0
Cherry🍒
jangan buka hati lagi lah ke dia lia
2023-05-19
2