Telat Nikah BAB 2
oleh Sept
“Maaf, cari siapa ya, Mas?” tanya Lia ragu, karena ia bahkan tidak mengenal sosok pria yang tiba-tiba sok akrab dengannya itu. Begitu turun dari mobil, pri itu langsung mengumbar senyum padanya. Sepertinya bukan pria baik-baik, eh Lia malah jadi suudzon pada tamunya.
“Ibu, ada?” Pria itu malah bertanya balik, tentunya senyum tak luntur dari parasnya yang tampan. Matanya berbinar saat menatap Lia Hapsari, katanya usianya kepala tiga, tapi kalau jadi anak SMA, sepertinya masih cocok. Cantik! Rupanya dia adalah Arman, dan sepertinya sudah melihat foto Lia sebelumnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan bu Damri, ibunya Lia sendiri.
“Sebentar, saya panggil ibu dulu,” pamit Lia kemudian masuk ke dalam rumah, tentunya dengan perasaan penuh tanya. Siapa gerangan pria tersebut, lalu mengapa mencari ibunya? Ada kepentingan apa sebenarnya, sampai ibunya dicari-cari pria yang mungkin masih muda setengah matang tersebut. Sambil jalan dan mencari ibunya, ia menggeleng sendiri.
“Mikir apa sih kamu, Lia?” gerutunya pada diri sendiri.
...
“Buk ... Ibuk.”
Lia berjalan ke dapur, aroma harum langsung menusuk hidung. Dilihatnya bu Damri sama Asih sedang mengoreng donat. Bu Darmi bagian yang mengoreng, sedang Asih bagian menghias, dikasih ceres, choco cip, atau dibalut coklat yang meleleh kemudian diberikan taburan keju, benar-benar nyummy. Lia malah memperhatikan Asih, lupa sama tujuannya ke dapur. Gara-gara memperhatikan si Asih, Asih ini sudah seperti adiknya, sekarang sedang kuliah semester akhir. Makanya ibunya ketar ketir, nanti kebalap sama Asih.
“Eh sampai lupa. Buk, ada tamu.” Lia kemudian ganti menghampiri ibunya.
“Nah ... pasti itu dia sudah datang.” Bu Darmi berbinar-binar, ia seolah tahu siapa yang bertamu itu.
“Memangnya siapa, Buk? Orang bank?” tanya Lia tapi dengan nada meledek.
“Ish ... sana, ganti baju. Nak Arman sudah datang!” kata bu Darmi kemudian bergegas keluar. Sebelumnya ia setengah berteriak pada Asih. “Asih, siapkan minuman.”
“Iya, Buk.” Asih lantas pergi ke kulkas, sedangkan Lia, ia menghela napas panjang.
‘Apalagi ini Tuhan? Macam Siti Nurbaya!’ gerutunya, tapi tetap melakukan perintah ibunya, yaitu ganti pakain.
***
Tap tap tap
Lia muncul dari dalam rumah.
“Nah ini Lia, anak ibuk!” Dengan bangga, bu Darmi memperkenalkan putri kebanggaannya yang cantik, yang sukses itu, pada pria yang sedang menyesap kopi. Sikap ibu tersebut, sedikit membuat Lia tidak enak dan merasa tidak nyaman di sana.
Pria itu mendongak sebentar, Arman kemudian meletakkan cangkir kopinya, ia lalu berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Arman,” ucap sosok tersebut sambil mengulurkan tangan diikuti seulas senyum yang khas dan ramah.
“Lia,” Lia menyambut jabatan tangan tersebut. Tentunya tanpa senyum sedikitpun. Wajahnya biasa saja, tidak ada senyum yang terlihat. Padahal, Lia ini kesehariannya humble, ramah pada siapa saja, bahkan pada Ob di tempatnya bekerja pun, dia sangat murah senyum. Entah mengapa, belum apa-apa Lia sudah ilfil. Senyumnya mendadak mahal saat di depan Arman, pria pilihan ibunya.
“Ya sudah, kalian ngobrol di sini dulu, ibu mau ke dalam.” Bu Damri sepertinya sengaja meninggalkan keduanya agar bisa ngobrol empat mata dan lebih leluasa.
‘Lah ... Buk! Main pergi saja!’ teriak Lia dalam hati saat ibunya beranjak dan masuk ke dalam meninggalkan dia dan Arman hanya berduaan saja. Saat bu Damri sudah masuk ke dalam, suasana jadi hening. Arman yang pertama membuka pembicaraan, pria itu lebih aktif dari pada Lia yang hanya diam saja.
“Ngomong-ngomong, kamu sudah tahu kan tujuan saja kemari?” tanya Arman tanpa basa-basi. Pri itu sangat terus terang langsung to the point.
Lia mendongak, menatap mata pria di depannya. Untuk sesaat ia hampir terlena, Arman memang tampan. Apalagi, duduk satu meter dari Arman, sudah pasti mabuk. Ya, wanginya super harum. Baju rapi, wangi, ganteng, tidak bisa ditepis, kalau Arman memang calon suami good looking.
“Memang tujuan Mas Arman ke sini apa ya? Saya kok gak paham,” kata Lia, dia langsung berakting, padahal sudah tahu dari ibunya. Sepertinya Lia mau mengerjai sosok anak pak lurah tersebut.
“Apa bu Damri belum cerita?” tanya Arman sambil mengerutkan dahi serta alis. Masak sih bu Drami gak cerita pada putrinya?
“Cerita apa?” sela Lia yang keterusan mengerjai Arman. Membuat Arman terlihat sedikit bingung dan kikuk.
“Masalah perjodohan.” Akhirnya Arman mengatakan tujuannya ke rumah itu. Yaitu perjodohan antara mereka yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka.
“Oh!” Lia tetap bersikap datar. Seakan tidak terpengaruh oleh jawaban pria tersebut. Ia masih stay cool, hingga membuat Arman bingung sendiri.
“Bisahkan kita mengenal lebih dekat?” tanya Arman lagi. Ia mungkin sudah kepincut dengan paras cantik Lia. Ditambah lagi background Lia yang sangat cocok dijadikan istri idaman. Gelar S2, serta gadis mandiri dan matang, awet muda pula, laki-laki mana yang menolak dijodohkan dengan Lia Hapsari. Hanya pria bodoh yang menolak menikahi gadis cantik seperti Lia tersebut.
‘Baru ketemu pertama, pria ini langsung terus terang tanpa basa basi,’ batin Lia sembari memperhatikan wajah Arman.
“Bisa minta nomer WA nya?” tanya Arman karena Lia malah diam seperti ragu.
“Oh, iya.” Tidak mungkin menolak, bisa-bisa ibunya mengomel sepanjang tahun. Lia pun memberikan nomor WA nya pada Arman.
Dengan semangat, Arman memasukkan nomer ponsel Lia. Lalu mencoba mengubungi, setelah tersambung, ia simpan nomor dengan nama Lia tersebut.
“Terima kasih,” kata Arman masih dengan senyumnya yang rama dan khas.
“Sama-sama.” Sedangkan Lia, ia sama sekali tidak membalas senyuaman tersebut.
Suasana kembali mendadak hening, sampai bu Damri masuk membawa sepiring donat yang membuat suana kembali mencair.
“Ayo dicoba, ibuk yang bikin sama Asih,” kata bu Damri kemudian meletakkan donat itu di atas meja.
Arman mengangguk, kemudian mengambil kue donat bertabur keju tersebut. Rasanya lumayan enak, terlihat dari ekpresi Arman yang manggut-manggut.
“Ibu jago bikin kue ya?” komentar Arman.
“Bukan jago, ya cuma bisa saja,” bu Damri merendah. Padahal beliau memang jago bikin kue. Kadang melayani pesanan kalau ada yang order. Tapi setelah gaji Lia sangat besar, ia melarang ibunya capek. Alhasil, membuat kue atau masak-masak kini tinggal hobby bu Damri.
“Kalau Lia bisa masak?” tanya Arman setelah selesai menggigit donat terakhirnya.
“Lisa ini jago apa saja, masak, dandan, cari uang, bisa semua anak ibuk ini!” jawab bu Damri dengan bangga yang berlebihan, membuat Lia malu.
“Pokoknya sudah siap lahir batin,” tambah bu Darmi yang membuat pipi Lia seperti kepiting rebus karena malu. Sedangkan Arman, ia menahan senyum.
“Sama, Bu. Saya juga sudah siap lahir batin,” sela Arman. Seketika Lia ingin menghilang dari tempat itu.
BERSAMBUNG
FB SEPT SEPTEMBER
IG SEPT_SEPTEMBER2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
mrsdohkyungsoo
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
2024-01-27
1
gaby
Najis, amit2, ko gw jadi malu jg y?? Ka sept emang paling hebat kalo bikin novel, cm kekurangannya cm satu, kadang suka jarang upnya, bahkan kaya hiatus. Makanya aq baca yg dah tamat aja skrg😁😁
2023-12-29
0
Nurjannah Rajja
Bu Damri apa bu Darmi yak?
2023-07-31
0