"Bos, saya hanya ingin memberitahukan kabar non_"
"Masuk." sela Keenan cepat, membuat Dave bergegas masuk kemudian mendekati Keenan yang masih berdiri ditempat semula.
"Katakan!"
"Kabar nona Aruna baik tuan, tetapi_" Dave menunduk menjeda ucapannya.
"Ada apa?"
"Dia ingin bertemu dengan anda tuan."
"Katakan padanya aku sibuk!"
"Maaf tuan, tapi nona Aruna bilang dia sangat merindukan anda, dan nona Aruna bilang tuan tidak harus datang untuk menemuinya, tetapi nona Aruna sendirilah yang akan menemui anda."
"Lagi pula bukankah anda sudah hampir tiga tahun ini tidak menemuinya tuan, nona Aruna sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang sangat disukai banyak pria." sambung Dave, membuat Keenan berpikir sejenak.
"Aku tidak banyak waktu untuk menemuinya."
"Maaf tuan, bukannya saya ingin berbuat lancang, tetapi nona Aruna benar-benar memohon agar di pertemukan dengan anda."
Keenan berdecak dengan sentakan napas kasar menatap kearah Dave dengan tatapan kesal.
"Baiklah, kosongkan jadwalku besok." jawabnya datar.
"Itu berarti tuan setuju untuk menemui nona Aruna."
"Hmmm."
"Nona pasti akan merasa sangat senang dengan kedatangan anda."
"Jangan Coba-coba memberi tahu dia jika aku akan datang."
"Baik tuan." Dave menunduk hormat, meski Keenan tak melihatnya, karena posisinya yang kembali membelakangi Dave, masih memandangi foto dihadapannya.
"Lalu bagaimana dengan Yosep?"
"Tuan tenang saja, kami bisa pastikan bahwa tidak lama lagi dia akan tertangkap."
"Berikan hukuman setimpal saat dia tertangkap, dan pastikan bahwa dia memohon untuk mati dibandingkan memohon untuk bertahan hidup."
"Baik tuan, ada lagi yang ingin anda sampaikan?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu saya permisi tuan."
"Hmmm."
Setelah kepergian Dave, Keenan pun membalikan tubuhnya berjalan menuju sofa yang terletak dipojok ruangan, kemudian menjatuhkan tubuhnya disana, sebelah tangannya terulur meraih sebuah album besar yang dimana didalamnya terdapat beberapa foto orang-orang yang menjadi target berikutnya.
Plukkk!
Selembar foto jatuh mengenai kakinya, kemudian ia mengambilnya kembali, tersenyum miring menatap benda tipis dengan gambar dirinya dan Aruna, sebuah foto yang sempat diambilnya tujuh tahun lalu, ketika ia memutuskan untuk berpisah rumah dengan Aruna.
Ya, sejak Keenan mulai tumbuh menjadi sosok laki-laki dewasa dan mulai terjun kedunia gelapnya, ia memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama Aruna.
Bahkan hampir tiga tahun terakhir ini ia tak pernah menemui Aruna, meski gadis itu berkali-kali memintanya bertemu lewat Dave, selain itu Keenan tidak mengijinkan siapapun memberikan nomor telponnya pada Aruna, dengan alasan Aruna terlalu berisik dan banyak bicara.
Selain karena takut ia semakin menyayangi adik sambungnya itu, ia pun tak ingin jika sewaktu-waktu ada penyerangan besar ke mansionnya, yang kemungkinan akan menjadikan Aruna sebagai pancingan untuk musuhnya.
Itu semua tidak boleh terjadi, karena Aruna adalah satu-satunya alat untuknya membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya.
Dan sebaliknya meski Keenan menganggap Aruna sebagai senjata balas dendamnya, ia sama sekali tidak membiarkan gadis itu kekurangan suatu hal apapun, Keenan memberikan apapun yang gadis itu butuhkan, seperti tempat tinggal yang cukup mewah, disekolahkan disekolah yang terkenal cukup elit, begitupun dengan kampus tempat nya berkuliah saat ini.
Namun ada satu hal yang tidak Keenan berikan, yaitu sebuah kebebasan.
Keenan melarang keras Aruna kemanapun, termasuk untuk sekedar shopping atau main-main diluar, karena semua kebutuhannya selalu disediakan oleh beberapa anak buahnya.
*
Pagi itu Keenan tampak sudah rapi mengenakan setelan formalnya seperti biasa saat ia hendak pergi ke kantor.
Sesuai rencana yang ditetapkan, pagi ini Keenan ditemani Dave dan beberapa pengawal lainnya berangkat menuju sebuah rumah yang saat ini menjadi tempat tinggal Aruna.
"Apakah dia masih suka jajan sembarangan?" tanya Keenan, ketika kini berada di sebuah mobil mewah miliknya yang melaju menuju tempat dimana Aruna tinggal.
Suasana hening didalam mobil yang sejak tadi tercipta pun mendadak mencair, Dave menoleh dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
"Maksud anda nona Aruna?"
"Apa perlu aku jelaskan lagi!" sentak Keenan dengan wajah datarnya.
"Baik tuan saya mengerti! jika hal itu tertuju pada nona Aruna, tidak tuan! sesuai yang tuan perintahkan, tidak ada yang berani lagi membelikan makanan yang diinginkan nona Aruna."
"Kerja bagus!"
*
Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hingga empat puluh lima menit lamanya itu, akhirnya Keenan dan Dave sampai di sebuah rumah mewah berlantai dua yang letaknya berdampingan dengan hutan yang ditumbuhi pohon cendana.
"Kenapa tuan, apakah ada yang salah?" ujar Dave saat menyadari bahwa sejak tadi sang bos tak henti-hentinya memperhatikan sekitar.
"Tidak, aku hanya merasa tempat ini masih sama persis seperti saat terakhir aku meninggalkannya tiga tahun yang lalu."
"Tentu saja tidak ada yang berbeda tuan, karena kami selalu berusaha merawatnya sebaik mungkin," jawab Dave, yang tentu mendapat pembenaran dari Keenan, bukan hanya bentuk dan kondisi rumahnya yang tidak berubah, namun tataan tamannya pun masih sama persis seperti yang ia ingin kan beberapa tahun yang lalu.
"Kau betul, dan aku menyukai cara kerja kalian."
"Terimakasih tuan."
"Tidak perlu berterimakasih karena aku sedang tidak memujimu." ucapnya datar, dan hal tersebut tentu sangat di maklumi oleh Dave, 10 tahun menemani perjalanan hidupnya, tentu Dave sangat hafal karakter bos nya seperti apa.
"Iya tuan."
Keduanya pun melangkah menuju teras rumah tersebut yang langsung disambut penuh penghormatan oleh beberapa pengawal yang berjaga disana.
"Dimana dia?" tanya Keenan datar, ketika berpapasan dengan salah satu wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu.
"A_"
"Maksud tuan muda, nona Aruna Bi." sela Dave, seolah mengerti dengan kebingungan wanita tersebut.
"Oh nona, nona ada tuan, dia sedang ada dikamarnya."
"Bisa bibi panggilkan dia agar turun?" lanjut Dave, yang terdengar sopan dan lembut.
"Tentu tu_"
"Tidak perlu, biar aku sendiri yang menemuinya." potong Keenan cepat.
"B-baik tuan, ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Seperti nya tidak ada bi, silahkan kembali." jawab Dave, yang membuat wanita itu bergegas untuk berpamitan.
Sedangkan Keenan melanjutkan langkahnya menuju kamar Aruna yang berada dilantai atas, dan diikuti oleh Dave dibelakangnya.
Dave memang sudah seperti ekor Keenan, kemanapun ia pergi Dave akan selalu mengikutinya.
Keenan mengetuk pintu kamar Aruna beberapa kali, hingga gadis itu keluar dan menyembul dibalik pintu.
Deg!
Baik Keenan, maupun Dave, tertegun melihat penampilan Aruna yang berantakan, namun terkesan se ksi, bisa mereka tebak bahwa gadis itu baru saja bangun dari tidur siangnya.
"Balikan badanmu."
Dengan sigap Dave pun membalikan tubuhnya membelakangi mereka.
"K-kak Keenan." pekiknya, dan memeluk laki-laki yang sudah ia anggap sebagai kakak kandung sekaligus pelindungnya tersebut.
"Kau tak kuijinkan memelukku." ujar Keenan sembari mendorong tubuh Aruna, dan pergi begitu saja, kembali kelantai bawah menuruni satu persatu anak tangga dengan wajah datarnya.
"Maaf tuan, kenapa anda pergi begitu saja,?" tanya Dave takut-takut ketika tuan nya kini sudah duduk disofa yang terletak diruang tamu.
"Masih perlu penjelasan?"
"Tapi tu_"
"Kau terlalu banyak bicara Dave, kau tidak melihatnya tadi, bisa-bisanya gadis itu menemuiku dalam keadaan belum mandi, apakah memang seperti itu kebiasaannya akhir-akhir ini." jelas Keenan panjang lebar, membuat Dave tertegun selama beberapa detik, karena tidak biasanya sang bos berbicara sebanyak itu.
"Oh itu, mungkin karena nona tidak tahu jika anda akan datang menemuinya hari ini tuan."
"Ck! tapi setidaknya dia sudah mandi, lihatlah betapa pemalas nya gadis itu."
*
"Kak?" sebuah suara yang khas dan lembut membuat kedua laki-laki satu generasi itu sontak menoleh kearah suara, terlihat Aruna yang sudah rapi mengenakan pakaian rumahannya seraya tersenyum menghampiri keduanya.
Gadis itu tampak begitu cantik dengan gaya sederhananya, begitupun dengan wajah putih natural yang tanpa polesan make up membuat nya terlihat begitu cantik alami.
"Kenapa tidak bilang-bilang jika mau datang?" ungkapnya dengan raut wajah berseri-seri seolah merasa begitu sangat bahagia karena pada akhirnya sang kakak mau menemuinya setelah tiga tahun lamanya tidak saling bertatap muka.
"Aku tidak perlu izinmu untuk datang kesini kapanpun aku mau." jawab Keenan yang lagi-lagi memasang wajah datarnya, membuat Aruna mendesah kasar, namun sejurus kemudian gadis itu mengangguk membenarkan.
Keenan benar, dia tak butuh izinnya kapanpun ia mau datang, karena rumah itu adalah rumah miliknya.
"Kenapa jam segini kau baru selesai mandi, tidakkah kau merasa bahwa kau adalah seorang gadis pemalas." ucap Keenan sarkas, membuat Aruna tertegun hingga beberapa saat.
Aruna menunduk sedih, beginikah respon dari sang kakak setelah berpisah sekian lama, ia pikir kakaknya sedang melayangkan sebuah candaan, namun saat melihat raut wajah datar dan kaku Keenan membuatnya sadar bahwa laki-laki itu serius dengan perkataannya.
Selanjutnya gadis itu menghela napas, berusaha untuk tetap terlihat tenang, ia sudah terbiasa dengan sikap Keenan yang berubah lebih dingin dan kaku sejak ia duduk dibangku SMA tepatnya empat tahun yang lalu, dan lebih tepatnya di satu tahun sebelum laki-laki itu memutuskan untuk tak menemuinya lagi.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ati Pct
kaya pernah baca dimana yaa🤔🤔
2023-03-20
0