Vicky Bashara dan Sherina Dharmawangsa, kedua orang ini sudah dipastikan akan menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka berdua dilangsungkan hanya berjarak 3 hari setelah pertemuan pertama. Meskipun Sherina merasa ini terlalu cepat, dia tak punya wewenang untuk menawar.
Hari-hari setelah pertemuan itu sungguh menjadi hari-hari yang dipenuhi oleh kesibukan. Sherina kira Vicky hanya akan asal-asalan dalam mempersiapkan pernikahan, namun nyatanya Vicky juga turun tangan langsung dalam mengatur persiapan pernikahan.
Mulai dari mengurus surat-surat yang bersifat hukum, memilih desain pakaian pengantin yang akan mereka pakai, dekorasi acara ketika resepsi, souvenir yang akan diberikan kepada para tamu, hingga sepasang cincin pernikahan mereka. Semuanya dibiayai dan secara khusus dipilih oleh Vicky.
Hingga tibalah hari pernikahan mereka, upacara pemberkatan pernikahan Sherina dan Vicky diselenggarakan di gereja. Dan upacara itu dilakukan dengan sederhana, tak mengundang banyak orang, yang terpenting upacara pemberkatan pernikahan ini berjalan dengan lancar dan khidmat.
"Saudara Vicky Bashara, apakah saudara bersedia mengakui di hadapan Tuhan bahwa saudara menerima saudari Sherina Dharmawangsa, sebagai istri dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?" tanya Pendeta.
"Saya bersedia," jawab Vicky sedikit gugup.
Pendeta lantas beralih menatap ke arah Sherina. "Saudari Sherina Dharmawangsa, apakah saudari bersedia mengakui di hadapan Tuhan bahwa saudari menerima saudara Vicky Bashara, sebagai suami dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?"
"Saya bersedia," jawab Sherina dengan nada datar. Baginya, pernikahan yang tidak didasari cinta dan kasih tak terlalu buruk baginya. Pernikahan yang sebelumnya saja berakhir dengan mengenaskan. Lagi pula ini adalah pernikahan kedua, jadi dia tak terlalu gugup melakukan prosesi yang sudah pernah dia lakukan.
Setelah pendeta selesai bertanya pada Vicky dan Sherina, dia beralih menatap ke seluruh orang yang hadir. "Kepada seluruh hadirin yang menyaksikan dan mendengar janji-janji suci ini, saya bertanya. Apakah para hadirin sekalian mendukung dan mendoakan kedua insan ini dalam hidup nikah mereka? Jika ada yang keberatan silakan bicara, atau diamlah selamanya!" ucapnya dengan lantang.
Hening, dari seluruh tamu yang hadir tak ada satu pun yang menunjukkan keberatan mereka. Meskipun di antara tamu-tamu itu terdapat Cleo yang merupakan kekasih hati Vicky, dia juga diam dan hanya tersenyum. Seakan merestui pernikahan ini.
"Baik, karena tidak ada yang keberatan maka akan saya lanjutkan! Selanjutnya adalah pengucapan janji setia suami istri, silakan untuk kedua mempelai berpegangan tangan!" seru Pendeta.
Vicky dan Sherina lantas berpegangan tangan seperti yang diminta pendeta. Tangan Vicky cukup gemetar, dia gugup sekaligus merasakan sedikit sakit hati lantaran tangan wanita yang dia sentuh saat ini bukanlah tangan Cleo.
"Hm?" Sherina menyadari hal itu, dia lantas memegang tangan Vicky lebih erat. Juga tersenyum tipis di balik kerudung pengantinnya, bermaksud untuk memberitahu Vicky supaya jangan terlalu gugup.
"...." Vicky terdiam, lalu mengangguk pelan untuk merespons Sherina.
"Saudara Vicky Bashara, ucapkanlah janji pernikahan dengan sungguh-sungguh. Dengan kebebasan dan tanpa paksaan!" pinta Pendeta.
Vicky mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Aku, Vicky Bashara. Menerima engkau, Sherina Dharmawangsa, menjadi istri dalam pernikahan yang sah. Untuk dimiliki dan dipertahankan, mulai hari ini dan seterusnya, dalam suka maupun duka, dalam kelimpahan atau kekurangan, untuk dikasihi serta dihargai, sampai maut memisahkan kita. Di hadapan Tuhan dan para saksi, inilah janji setiaku padamu," ucap Vicky dengan suara lantang. Tak mudah baginya mengucapkan kata-kata ini, bahkan supaya lancar, dia terus membayangkan jika sosok yang berada di depannya saat ini adalah Cleo, bukan Sherina.
Pendeta lalu berganti melihat ke arah Sherina. "Saudari Sherina Dharmawangsa, sekarang ucapkan janji pernikahan dengan sungguh-sungguh. Dengan kebebasan dan tanpa paksaan."
"Aku, Sherina Dharmawangsa. Menerima engkau, Vicky Bashara, menjadi suami dalam pernikahan yang sah. Untuk dimiliki dan dipertahankan, mulai hari ini dan seterusnya, dalam suka maupun duka, dalam kelimpahan atau kekurangan, untuk dikasihi serta dihormati, sampai kematian memisahkan kita. Di hadapan Tuhan dan para saksi, kuucapkan janji setiaku padamu," ucap Sherina dengan mudahnya. Tanpa rasa gugup dan takut, berpikir jika janji tetaplah sebatas janji, bisa saja suatu saat nanti diingkari seperti apa yang telah dia alami.
Janji suci telah diucapkan, Vicky dan Sherina telah sah menjadi pasangan suami istri, baik itu secara agama maupun hukum. Sekarang hanya tinggal satu langkah lagi, dan itu adalah langkah yang mempunyai makna simbolik dalam pernikahan.
"Saudara Vicky, inilah saudari Sherina. Wanita yang telah Tuhan berikan kepadamu sebagai penolong yang sepadan, terimalah dengan rasa syukur dan ketulusan. Untuk itu, bukalah kerudungnya dan berikan dia ciuman!" pinta Pendeta yang membuat kedua mata Vicky membulat sempurna.
"Saudari Sherina, inilah saudara Vicky. Pria yang Tuhan berikan kepadamu sebagai pendamping yang setia, terimalah dengan rasa syukur dan ketulusan. Untuk itu, berikan dia ciuman yang tulus!" pinta Pendeta pada Sherina.
Vicky perlahan membuka kerudung yang menutupi wajah Sherina. Wajah yang telah didandani dengan begitu cantik, inilah mempelai wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya. Pendeta telah memintanya untuk mencium Sherina, tentu saja hal wajar untuk dia lakukan. Hanya saja, Vicky merasa berat hati, masih merasa ragu untuk mencium wanita lain tepat di hadapan kekasihnya saat ini.
"Cleo ..." gumam Vicky seraya melirik ke arah Cleo yang duduk di barisan tepat belakang ibunya. Pikirnya, Cleo akan cemburu ketika melihatnya mencium seseorang selain dia. Namun, kenyataannya Cleo justru masih bisa tersenyum, seakan-akan menantikan Vicky menyelesaikan prosesi terakhir ini. Ekspresi Vicky langsung berubah masam. Dia teramat kecewa dengan sikap acuh tak acuh yang Cleo tunjukkan.
Di satu sisi Sherina merasa kesal, kenapa Vicky masih tak kunjung menciumnya? Bahkan Sherina sampai berpikir apakah Vicky ini terlalu polos sampai tidak mengerti caranya berciuman. Hingga, tiba-tiba saja Sherina mengambil inisiatif. Mendadak merangkul leher Vicky dan dengan cepat memberikan ciuman di bibirnya.
"Uhmm ...?!" Vicky terkesiap. Dia tak siap menerima ciuman mendadak dari Sherina. Meskipun begitu, dia tak menolak dan hanya pasrah saja. Ciuman itu tak berlangsung lama. Sherina melepaskannya setelah menghitung waktu 3 detik telah berlalu.
PROK PROK PROK!
Pada saat itu juga orang-orang langsung memberikan tepuk tangan yang meriah. Terlebih lagi Ariana dan Cleo, mereka berdua bertepuk tangan paling keras. Mereka berdua sama-sama puas lantaran Sherina sudah resmi menjadi tumbal yang kapan saja bisa menerima kutukan.
Di tengah meriahnya tepuk tangan itu, masih tertinggal kekecewaan jauh di lubuk hati Vicky. Hatinya merasa hancur ketika melihat kekasihnya yang justru bahagia menyaksikan pernikahan dirinya dengan orang lain.
Sedangkan Sherina, dia masih bersikap datar ala kadarnya. Suasana pernikahan ini sudah tidak terlalu asing. Dan dia bersyukur lantaran berkat pernikahan ini dia tidak perlu lagi melihat keluarga yang kejam itu setiap hari. Bahkan, di upacara pernikahan ini pun, tak ada satu pun keluarga Sherina yang hadir.
***
Malam harinya di kediaman utama keluarga Bashara. Sebuah pesta pernikahan digelar dengan meriah. Meskipun pernikahan ini hanya sebagai penangkal kutukan, penyambutan menantu pertama keluarga Bashara tidak bisa disepelekan. Terlebih lagi dengan status sosial yang keluarga ini punya, tentu saja Vicky membuat pesta yang meriah demi menjaga nama baik keluarga.
Tamu-tamu yang hadir di acara pesta ini berasal dari berbagai kalangan. Banyak di antara mereka yang merupakan rekan bisnis Vicky, para wartawan, para pemimpin perusahaan, teman-teman sosialita Ariana, dan bahkan teman-teman Cleo.
Ya, walaupun ini adalah pesta pernikahan Vicky dan Sherina, orang yang justru paling berbahagia adalah Cleo. Ini semua karena rumor soal kutukan itu telah tersebar ke mana-mana. Alhasil, para tamu semuanya lebih memilih mengucapkan selamat kepada Cleo dan Vicky ketimbang pada Sherina yang hanya dijadikan sebagai pengganti.
"Huff ...." Sherina menghela napas setelah meneguk beberapa gelas wine di meja paling pojok. Di acara pesta ini dia merasa diasingkan, dan yang paling membuatnya kesal, dia justru menerima tatapan kasihan dari semua orang.
Sial, ini sudah keterlaluan! Orang-orang ini semuanya bodoh! Mereka berpikir setelah aku menikah maka aku akan segera mati karena kutukan itu!
Lalu apa pula suami baruku itu? Dia malah bersama pacarnya dan menyambut para tamu. Sedangkan aku, istri sahnya malah diabaikan seperti ini. Padahal sudah jelas-jelas ini pesta dibuat karena aku. Haiss ... kukira Vicky itu cerdas, ternyata dia juga budak cinta.
"Wah wah ... siapa ini?" tanya seseorang yang suaranya terdengar tidak asing di telinga Sherina.
Seketika Sherina menoleh, dan benar saja jika dia melihat Sofia yang saat ini sedang bergandengan tangan dengan mantan suaminya, yaitu Satya.
"Kasihan sekali, langsung dicampakkan di malam pertama setelah pernikahan," ucap Sofia dengan nada menyindir.
"Ck," Sherina berdecak kesal, memalingkan muka dari kedua orang itu. Dia mengambil segelas wine lagi lalu meneguknya sedikit.
"Kau! Berani-beraninya mengabaikan aku!" gertak Sofia yang marah.
"Anjing sedang menggonggong, tidak perlu diladeni!" ucap Sherina dengan seringai sinis.
"A-apa?! Barusan kau menyebutku anjing?!" Sofia makin marah. Dia tak menyangka jika akan diperlakukan seperti ini. Rencananya untuk membuat Sherina kesal dengan memamerkan kemesraan dengan Satya telah gagal.
"Ya, anjing liar!" Cecar Sherina lagi. Tiba-tiba Sherina melangkah mendekati Sofia, dan secara sengaja menumpahkan wine yang dia bawa pada gaun mahal milik Sofia. "Upss ... maaf, tanganku licin~"
"K-kau pikir aku bodoh?! Kau melakukannya dengan sengaja! Apa kau tidak tahu harga gaunku ini berapa?!"
"Tidak tahu, tapi sepertinya mahal ... untuk seukuran dompetmu. Tenang saja, kau bisa mengganti gaunmu di ruang ganti. Keluarga Bashara mampu memberikan gaun yang jauh lebih baik dari kain lap yang kau pakai," ucap Sherina lagi yang memang sengaja untuk memancing emosi Sofia.
"Dasar tidak tahu malu! Belum ada 24 jam sejak kau menikah, tapi kau sudah seenaknya menggunakan nama keluarga Bashara! Semua orang di sini juga tahu kalau kau itu cuma dijadikan tumbal! Seorang tumbal tidak pantas berlagak sombong!" hardik Sofia yang sudah kehabisan kesabaran.
"Heh, jika orang sepertiku tidak pantas sombong. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau mau menyombongkan diri sebagai perebut suami kakak tirimu sendiri?" tanya Sherina dengan nada ketus.
"Kau!!" Sofia kehilangan kendali, dia melepaskan gandengan tangan dari Satya dan melangkah mendekat ke Sherina. Bahkan dia juga bersiap melayangkan sebuah tamparan ke pipi Sherina.
HAP!
Sherina menahan tangan adik tirinya tepat sebelum mengenai wajahnya. "Cukup! Aku muak melihatmu, cepat pergi dari sini!" Sherina lantas melepaskan tangan Sofia dengan kasar.
Merasa terhina namun tak terima, Sofia terpikirkan cara lain untuk membuat Sherina dalam masalah. Tiba-tiba saja Sofia menjatuhkan diri sendiri ke lantai. "AAHHH!!" teriaknya sekeras mungkin supaya perhatian tamu-tamu lain tertuju padanya.
"Kenapa kau melakukan ini padaku, Kak?" tanya Sofia dengan wajah yang seakan ingin menangis.
"Apa?" Sherina kebingungan, padahal dia sama sekali tidak melakukan apa-apa.
Dan sialnya, teriakan Sofia tadi benar-benar membuat perhatian para tamu tertuju pada mereka. Meskipun para tamu telah berkerumun, Sofia masih tak kunjung bangkit dan semakin berpura-pura lemah.
"Aku cuma mengatakan pada Kakak kalau Kakak itu adalah istri pengganti sebagai penolak kutukan. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, tak perlu mendorongku sampai seperti ini." Sofia begitu lihai dalam berpura-pura, bahkan dia juga meminta bantuan pada Satya untuk berdiri.
Akting Sofia yang merasa tersakiti telah berhasil menghasut para tamu. Mereka semua menatap Sherina dengan tatapan merendahkan, bahkan ada juga di antara mereka yang mencaci maki Sherina.
"Ada apa ini?" tanya Vicky yang tiba-tiba muncul bersama dengan Cleo. Kerumunan tamu ini berhasil menarik perhatian Vicky.
"Istri barumu itu, Tuan ... dia baru saja membuat keributan. Menyakiti adiknya sendiri di depan umum," sahut salah seorang tamu.
"Tidak, ini bukan seperti yang kau kira. Aku tidak melakukan apa-apa. Sofia yang jatuh sendiri dan memfitnahku!" ucap Sherina mencari pembelaan.
"Kak ... mengaku saja, Kak Satya di sini dan dia juga melihat semuanya," ucap Sofia dengan nada pelan, bertingkah seolah-olah dia memang kesakitan.
"Benar, aku melihat semuanya! Dan memang benar kalau Sherina mendorong Sofia!" celetuk Satya yang jelas-jelas membela Sofia.
"Omong kosong! Kalian berdua bekerja sama untuk memfitnahku!" gertak Sherina yang bersikukuh tak mau mengaku.
"Sherina, minta maaflah. Jangan membuat keributan makin runyam, oke?" pinta Vicky dengan tatapan yang memaksa.
"T-tapi, aku benar-benar tidak mendorongnya ..."
"Dia benar, aku melihat semuanya!" sahut seorang anak laki-laki yang mendadak muncul. Kemunculannya mampu membuat Vicky melotot kaget.
"Kenapa kau di sini?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments