"Putriku butuh sosok seorang ibu yang bisa menyayanginya dengan tulus seperti kamu," lanjut Dokter Arman, seraya menatap Julia.
Pengasuh Asa itu mengerutkan dahi, belum dapat menebak kemana arah pembicaraan Dokter Arman.
"Apa kamu mau, menjadi ibunya Asa, Juli?" pinta dokter kandungan tersebut penuh harap, demi menuruti keinginan sang putri.
Bukan hanya itu sebenarnya tujuan Dokter Arman. Sebab, setelah dibicarakan pada Renata, kekasihnya itu pun mendukung keinginan mama dan putrinya sang kekasih yang menyuruh dokter kandungan tersebut menikahi Julia.
Alasannya, jika Asa ada pengasuh yang bisa menjaganya seperti Julia yang telah mengasuh putri Dokter Arman tersebut selama enam bulan terakhir, maka ayah Asa tersebut jadi memiliki banyak waktu untuk Renata.
Jadi, ini semua dilakukan Dokter Arman bukan hanya demi sang putri, tetapi juga demi kelancaran hubungannya dengan sang kekasihnya itu.
Julia nampak sangat terkejut mendengar permintaan ayah dari anak asuhnya. "Maaf, Dok. A-apa saya, tidak salah dengar?" tanya Julia.
Selama ini, sikap Dokter Arman begitu dingin padanya, tetapi kini tiba-tiba dia memintanya untuk menjadi ibu dari anak dokter kandungan yang duduk di hadapannya. Tentu saja Julia tidak mempercayai begitu saja, apa yang barusan dia dengar.
"Aku serius, Juli," balas Dokter Arman sungguh-sungguh, seraya menatap Julia dengan tatapan dalam.
Julia menunduk. "Maaf, Dokter. Saya memang sangat menyayangi Asa, tetapi saya tidak bisa menjadi ibunya," balas Julia pelan tetapi tegas.
Dokter Arman menghela napas panjang. "Aku akan memberimu uang belanja lebih setiap bulannya, jika kamu mau menerima tawaranku ini, Juli," ucap Dokter Arman yang masih mencoba untuk membujuk pengasuh putrinya tersebut.
"Maaf, Dokter. Saya tidak bisa karena saya akan melanjutkan kuliah saya kembali. Tetapi saya janji, saya akan luangkan waktu untuk mengunjungi Asa sampai dokter menemukan pengasuh baru untuk putri Dokter," balas Julia yang kekeuh menolak.
"Oke," ucap Dokter Arman singkat, tetapi terdengar sangat kecewa. Dia kemudian mengisyaratkan pada Julia dengan tangan kanan, agar pengasuh Asa tersebut segera meninggalkan ruang kerjanya.
Julia segera beranjak dan berlalu dari hadapan Dokter Arman. Menyisakan laki-laki berwajah tegas itu seorang diri yang terduduk lesu.
"Nak Julia, duduklah sebentar," pinta Bu Ratna, seraya menepuk bangku kosong di sebelahnya.
"Asa, Asa main dulu sama Bibi ya, Nak," lanjutnya menyuruh sang cucu seraya memberikan isyarat pada bibi asisten yang berada di sana.
"Ayo, Non Asa! Kita main di halaman belakang," ajak bibi.
"Bunda Uli jangan pergi dulu, ya. Bunda tunggu Asa di sini," pintanya dengan mimik yang menggemaskan.
"Iya, Sayang," balas Julia, trenyuh.
Bibi asisten segera menggandeng tangan mungil Asa, meninggalkan ruang keluarga yang luas untuk menuju halaman belakang.
"Nak Juli, bagaimana jawaban kamu atas permintaan Arman? Apa kamu bersedia menjadi istrinya?" tanya Bu Ratna yang langsung pada intinya.
Wanita berusia senja tersebut telah mengetahui dari sang putra tadi, sewaktu membangunkan putranya tersebut. Bahwa sebelum Julia pulang, Dokter Arman akan berbicara pada pengasuh Asa.
"Maaf, Bu. Juli memang sayang sama Asa, tetapi Juli ... Juli sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Dokter Arman, Bu. Maaf," balas gadis bermata bulat itu dengan sejujurnya.
"Lagipula, bukankah Dokter Arman sudah memiliki kekasih, Bu? Juli tidak mau, jika dianggap sebagai perusak hubungan orang," lanjutnya.
Bu Ratna menggeleng. "Ibu tidak menyukai wanita itu, Nak Juli. Renata tidak pernah bisa menyayangi Asa. Dia itu hanya mau sama Arman," balas Bu Ratna yang terdengar sangat kesal pada kekasih Dokter Arman.
"Maafkan Juli, Bu," ucap Julia sekali lagi.
"Tidak apa-apa, Nak Juli. Kami juga tidak dapat memaksakan kehendak, tetapi satu permintaan Ibu jika Nak Juli tidak keberatan." Bu Ratna menatap pengasuh cucunya tersebut dengan tatapan hangat.
"Apa, Bu?" tanya Julia, penasaran.
"Jika Nak Julia memiliki waktu luang, mainlah kemari. Asa pasti akan sangat senang, jika Nak Juli bersedia mengunjunginya," pinta Bu Ratna, dengan penuh harap.
Julia mengangguk. "Akan Juli usahakan, Bu."
"Ya, sudah. Kamu pamitan dulu sama Asa, ya. Takutnya kalau Nak Juli tiba-tiba tidak ada, nanti dia mencari-cari," titah Bu Ratna.
Julia bergegas menyusul Asa ke halaman belakang, untuk berpamitan.
Setelah berpamitan dengan Asa dan juga Bu Ratna, Julia segera meninggalkan kediaman Dokter Arman tanpa menoleh ke belakang. Sebab, Julia tak mau melihat air mata Asa yang terus berlinang, yang akan memberatkan langkahnya untuk meninggalkan anak kecil tersebut.
'Maaf, Sayang. Tapi kita harus berpisah,' gumam Julia sambil terus berjalan menuju jalan raya yang berjarak dua ratus meter dari kediaman Dokter Arman.
Julia menghentikan langkah tepat di halte bus, berharap ada angkot ataupun taksi yang akan segera membawanya pulang.
Cukup lama Julia duduk di halte bus. Gadis itu merenung, memikirkan permintaan Dokter Arman yang tiba-tiba dan membuat Julia keheranan.
'Bukankah, hubungan Pak Dokter dan Bu Renata baik-baik saja selama ini? Kemarin, Bu Renata juga baru dari rumah dan membelikan mainan banyak untuk Asa. Semalam, kata bibi dia juga kembali datang berkunjung, tapi kenapa tiba-tiba Dokter Arman malah memintaku untuk menjadi ibunya Asa?' batin Julia bertanya-tanya.
Ya, Dokter Arman memang gencar mendekatkan Renata dengan putrinya. Setiap kali dokter kandungan tersebut mengajak kekasihnya untuk menemui sang putri, ayahnya Asa tersebut selalu membelikan mainan yang banyak untuk sang putri dan mengatakan bahwa mainan tersebut dari Mami Tata.
Julia masih asyik melamun, hingga gadis itu melewatkan angkot dan beberapa taksi kosong yang melintas di depannya.
"Kenapa lama sekali, angkotnya?" gumam Julia bertanya. "Mana mau hujan lagi."
Pagi yang tadinya cerah, kini tiba-tiba menjadi muram. Awan hitam nampak bergelayut manja di atas cakrawala dan siap menerjunkan titik-titik air hujan yang akan membasahi bumi seisinya.
Julia memutar leher ke arah kanan, untuk melihat apakah ada angkot di kejauhan sana. Sementara titik-titik air hujan mulai berjatuhan disertai dengan tiupan angin yang cukup kencang.
Baru saja Julia berdiri hendak memberhentikan angkot yang dilihatnya di kejauhan, sebuah mobil yang sangat dia kenali, berhenti tepat di depan Julia.
"Masuk!" titah sang pengemudi setelah membuka kaca jendela mobilnya.
Julia nampak ragu, tetapi tatapan dingin laki-laki yang duduk di belakang mobil tersebut, yang mengisyaratkan bahwa dia tidak mau dibantah, membuat gadis berbulu mata lentik itu memberanikan diri mendekat.
'"Maaf, tidak perlu repot-repot. Saya akan naik angkot di belakang saja," tolak Julia seraya menunjuk angkot yang sudah semakin dekat. Titik-titik air hujan, mulai membasahi rambut dan wajah gadis itu.
"Masuk, cepat! Hujannya semakin deras!" titah laki-laki pengendara mobil tersebut. "Kamu mau, begitu sampai di rumah jatuh sakit?"
"Ba-baik," balas Julia, gugup. Gadis itu kemudian segera membuka pintu bagian belakang.
"Siapa yang menyuruh kamu duduk di bangku belakang? Duduk di depan!" titahnya sebelum Julia sempat naik ke bangku belakang. "Saya bukan sopir taksi!" imbuhnya.
Julia menutup kembali pintu mobil bagian belakang dan kemudian membuka pintu bagian depan. "Maaf, apa tidak apa-apa saya duduk di sini?" tanyanya memastikan, sebelum masuk ke dalam mobil.
"Masuk saja dan tidak perlu banyak bertanya!" jawabnya yang terdengar ketus.
'Sabar, Juli,' bisik Julia dalam hati.
Setelah Julia duduk dengan nyaman, mobil sedan berwarna hitam metalik tersebut, segera melaju membelah jalanan ibukota, meninggalkan halte bus menuju kediaman orang tua Julia.
Sepanjang perjalanan, Julia tidak berani membuka suara. Pandangannya terus tertuju ke arah jendela kaca di sebelah kirinya.
"Jangan berpikir macam-macam, kenapa saya mengantarmu pulang!"
🌹🌹🌹🌹🌹 bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
sherly
ternyata pak dokter kelakuannya minus banget, gaya berpacarannya dah kebablasan emang sih duda tp ngk gt juga kali sampai mesti mainnya di rumah yg ada ibumu dan anakmu.. dih ngk banget deh dijodohin Ama juli
2023-11-14
1
Erlinda
jangan mau ULI walau pun dokter Arman kaya tapi dia barang bekas yg sudah sering celup celup sama Renata..kamu hanya akan di jadikan pengasuh anak nya
2023-09-04
1
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-03-24
2