Hanya Sekadar Pengasuh
"Ayolah, Sayang ... hanya makan siang dan paling juga cuma sebentar. Masak kamu tidak bisa, sih!" rajuk seorang wanita berpenampilan seksi pada seorang pria yang memakai jas putih, di ruang praktek dokter obgyn.
"Masalahnya aku sudah janji sama putriku untuk menemaninya makan siang, Ta. Maafkan aku, ya. Aku janji, akan menggantinya dengan mengajak kamu makan malam di lain waktu," rayu pria tersebut.
Wanita itu mengerucutkan bibir. "Kamu selalu saja berjanji, Arman, tapi aku yang harus selalu kamu kalahkan!" ketusnya sambil beranjak hendak pergi.
"Ayolah, Ta, mengertilah posisiku. Asa butuh aku karena sampai saat ini, belum ada satu pengasuh pun yang bisa bertahan lama dan mampu mengambil hati anakku." Arman memeluk sang kekasih dari belakang, meminta pengertiannya.
"Huh ...." Renata membuang kasar napasnya. "Baiklah, tapi kamu harus segera mencari pengasuh baru untuk anakmu," pintanya sambil berbalik, menghadap Dokter Arman.
"Aku mencintaimu, Arman, sangat mencintaimu." Wanita seksi itu kemudian menyatukan wajahnya dengan sang kekasih tanpa rasa malu, meski di dalam ruangan tersebut masih ada seorang suster dan seorang pasien yang ditemani oleh putrinya, sedang menunggu resep obat.
Suara dering ponsel dari kantong jas Dokter Arman, mengurai kemesraan mereka berdua.
"Halo, Ma," sapa dokter obgyn tersebut pada mamanya yang berada di seberang telepon.
"Arman, cepat pulang! Asa histeris lagi dan kami semua tidak bisa mengatasinya," pinta sang mama, yang terdengar panik.
"Iya, Ma. Arman pulang sekarang," balas dokter berwajah tegas tersebut.
"Ta, aku harus pulang sekarang." Dokter Arman segera membereskan meja kerjanya.
"Kenapa buru-buru? Apa Asa ngamuk lagi?" tebak Renata bertanya yang terdengar tidak suka dengan putri kekasihnya itu.
"Bukan ngamuk, Ta. Biasalah anak kecil, paling cuma rewel," balas Dokter Arman yang tidak suka jika ada yang menjelek-jelekkan putri semata wayangnya. "Apa kamu mau ikut?" tawarnya kemudian. Bermaksud untuk mendekatkan sang kekasih dan putrinya.
Renata menggeleng tegas. "Tidak, Arman. Aku sibuk."
Dokter Arman yang sudah dapat menebak jawaban Renata, hanya mengedikkan bahu.
"Baiklah, Sayang. Jangan sampai telat makan siang, ya," pamitnya seraya mencium pipi sang kekasih.
Dokter yang memiliki postur tubuh tinggi tegap itu segera meninggalkan ruang prakteknya, tanpa diikuti oleh Renata yang biasanya selalu menempel kemanapun dokter obgyn terhebat di rumah sakit tersebut, pergi.
"Maria, apa kamu sudah mendapatkan pengasuh untuk anaknya Dokter Arman?" tanya Renata pada suster yang bekerja membantu Dokter Arman, setelah punggung sang kekasih menghilang di balik pintu.
"Maaf, Bu. Belum," balas suster tersebut, takut-takut.
"Kalau ada yang bersedia, katakan padanya bahwa kami akan memberi gaji dua kali lipat dari gaji pengasuh pada umumnya." Setelah mengatakan demikian, wanita seksi yang merupakan manager sekaligus putri pemilik rumah sakit besar tersebut segera berlalu meninggalkan ruang praktek Dokter Arman, dengan wajah angkuh.
Sementara putri pasien yang sedari tadi duduk terdiam sambil menunggu suster tersebut menuliskan resep dari Dokter Arman untuk ibunya, memberanikan diri membuka suara.
"Maaf, Sus. Apakah saya boleh ikut mendaftar menjadi pengasuh?" tanya gadis tersebut.
"Juli," panggil sang ibu dengan tatapan tidak setuju.
Gadis itu tersenyum pada ibunya. "Hanya satu semester, Bu. Juli janji, setelah uangnya terkumpul, Juli akan melanjutkan kuliah Juli," bujuk Julia pada sang ibu.
"Apa Mbak bersedia?" tanya suster dengan tersenyum senang. "Tapi anaknya suka rewel, Mbak. Sudah beberapa kali ganti pengasuh dan semuanya hanya mampu bertahan dalam hitungan minggu," lanjut suster berwajah chabi tersebut menjelaskan.
Julia mengangguk pasti. "Saya mau, Sus. InsyaAllah saya bisa mengatasi anak itu," ucapnya yakin.
"Baiklah, Mbak bisa datang ke alamat ini." Suster Maria memberikan sebuah kartu nama pada Julia.
*****
Keesokan harinya, Julia mendatangi alamat dalam kartu nama yang diberikan oleh Suster Maria.
"Pagi, Pak," sapa Julia dengan ramah pada satpam di kediaman megah milik Dokter Arman.
"Pagi, Mbak. Ada perlu apa, ya?" tanya satpam dengan tatapan menyelidik.
"Saya mau melamar menjadi pengasuh putri Dokter Arman, apakah Pak Dokternya ada?" Julia menatap satpam berwajah sangar itu, penuh harap.
"Ayah! Asa mau ikut Ayah kerja!" Terdengar jerit gadis kecil yang berada dalam gendongan wanita berusia senja, sambil menggapai-gapai sang ayah yang hendak masuk ke dalam mobil.
Julia menoleh ke arah sumber suara.
"Pak, boleh saya masuk ke sana?' ijin Julia pada satpam seraya menunjuk ke arah halaman.
Satpam tersebut mengerutkan dahi.
"Saya akan mencoba untuk menenangkan anak kecil itu, Pak," mohon gadis yang rambutnya dikucir kuda tersebut.
"Baiklah, Mbak." Satpam itu mengijinkan tetapi dia mengikuti langkah Julia karena khawatir, jika sang majikan tidak berkenan.
"Permisi Pak Dokter," sapa Julia dengan ramah.
Dokter Arman yang telah mengambil alih putrinya dari gendongan sang ibu, mengernyit. "Siapa, ya?"
"Saya Julia, Dok. Saya yang kemarin mengantar ibu periksa sama Dokter," jawab Julia mengingatkan.
"Oh, iya. Ada apa?" tanya dokter muda beranak satu tersebut.
"Saya dengar dari Suster Maria, kalau Dokter membutuhkan pengasuh untuk putri Dokter. Apa saya punya kesempatan untuk menjadi pengasuhnya, Dok?" tanya Julia.
"Tapi maaf sebelumnya, jujur saya belum memiliki pengalaman dalam hal pengasuhan anak," lanjutnya
Dokter Arman memindai wajah lugu di hadapannya. "Saya tidak membutuhkan pengalaman, cukup buktikan bahwa kamu bisa menenangkan putri saya ketika dia rewel. Itu saja," balas Dokter Arman.
"Apa kamu sanggup?" tanya dokter berambut ikal itu, dengan tatapan tak yakin.
Julia mengangguk, pasti. "Saya akan buktikan, Dok."
Sementara gadis kecil yang berada dalam gendongan sang ayah, asyik sendiri memainkan kancing baju bagian atas kemeja ayahnya.
"Saya harus buru-buru ke rumah sakit, ibu saya tidak bisa membujuk Asa agar tidak merengek untuk ikut pergi dengan saya. Silahkan buktikan, jika anak saya tidak menangis ketika saya tinggal pergi, maka kamu saya terima," tantang Dokter Arman.
Julia mengangguk, setuju.
"Cantik, ikut sama tante, yuk," bujuk Julia dengan tersenyum lembut. Gadis yang memiliki bola mata indah itu menatap putri Dokter Arman, dengan tulus.
Untuk beberapa saat, Asa hanya berani mencuri-curi pandang pada orang asing yang sedang membujuknya.
"Ayo, anak cantik! Turun dan main sama tante," bujuk Julia. "Em ... enaknya kita main apa, ya?" Julia mengetuk-ketuk kening dengan ibu jarinya, seolah sedang berpikir.
"Kita main 𝘣𝘢𝘳𝘣𝘪𝘦, Bunda," pinta gadis kecil itu sesaat kemudian. Asa langsung merosot minta turun.
"Ayo, Bunda! Kita main 𝘣𝘢𝘳𝘣𝘪𝘦 di kamar Asa," ajak Asa sambil menyeret tangan Julia yang masih bengong, mendengar panggilan Asa pada dirinya.
Dokter Arman dan juga sang ibu yang masih berada di sana, saling pandang.
🌹🌹🌹🌹🌹 bersambung ...
Kejutan pagi 😍
Novel ini slow update, yah 🥰
Halo, Best ... Assalamu'alaikum 🙏
Bertemu lagi kita 🤗
Moga enggak bosan yah, dengan kisah-kisah yang aku buat 🥰
Makasih hadirnya dengan memberi like 👍
Makasih hadiah bunga 🌹dan kopi tubruknya ☕
Makasih bintang ⭐ lima dan favoritnya 😍
Makasih untuk semuanya 😘
Happy reading, Bestie 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
sherly
banyak kisah seperti ini di NT dan hampir smua dah aku baca, selalu gemess dgn kisah duda beranak satu yg anaknya lg nyari seseorang buat jd mamanya...
2023-11-14
2
Soraya
Assalamu'alaikum numpang duduk dl ya kak
2023-09-28
1
Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎
nih Nemu novel bagus lagi ayo mampir mampir
semangat berkarya thor
2023-05-07
3