"Ayo, Bunda! Kita main 𝘣𝘢𝘳𝘣𝘪𝘦 di kamar Asa," ajak gadis kecil itu sambil menyeret tangan Julia yang masih bengong, mendengar panggilan Asa pada dirinya.
Dokter Arman dan juga sang ibu yang masih berada di sana, saling pandang.
Julia mengikuti langkah kecil putri Dokter Arman dengan perasaan tidak nyaman, khawatir jika bocah kecil itu menganggapnya lebih dari sekadar pengasuh.
Dia juga khawatir, jika ayah si bocah keberatan dan kemudian tidak jadi menerima dirinya bekerja sebagai pengasuh. Sedangkan saat ini, Julia sangat membutuhkan pekerjaan yang gajinya dijanjikan besar tersebut.
Putri kecil Dokter Arman membawa Julia menuju kamarnya yang luas dengan dekorasi kamar didominasi warna pink, kesukaan Asa.
"Kita main di sini saja ya, Bunda." Asa menuntun Julia agar duduk di lantai yang dialasi karpet bulu empuk, gadis kecil itu kemudian menurunkan koleksi barbie-nya dari almari penyimpanan mainan.
Julia hanya bisa menurut dan memperhatikan apa yang bocah kecil itu lakukan. Gadis berambut panjang bergelombang tersebut ingin mengenali, bagaimana kebiasaan calon anak asuhnya.
"Ayo, Bunda! Bunda yang cerita, ya?" pinta Asa, setelah semua koleksi barbie-nya diturunkan.
Julia yang paham maksud dari gadis kecil itu, langsung tanggap dan segera memainkan barbie sambil bercerita.
Gadis itu menceritakan tentang seorang putri kecil yang baik hati dari sebuah kerajaan, dia bercerita dengan sangat lancar sambil menirukan suara anak kecil, membuat Asa ikut larut dalam cerita Julia yang dipanggilnya Bunda.
Sesekali Asa mengerutkan dahi yang terlihat lucu dan menggemaskan sambil bertanya, terkadang gadis kecil itu tertawa terkikik sambil menutup mulutnya sendiri.
'Alhamdulillah, sepertinya anak kecil ini suka sama aku. Semoga saja Pak Dokter mau menerimaku,' bisik Julia dalam hati.
Tanpa Julia sadari, ada dua pasang mata yang terus memperhatikan interaksi Julia dan Asa dari balik pintu yang tidak tertutup rapat.
"Asa sepertinya sangat menyukai gadis itu, Arman. Apa kamu mau menerima dia menjadi pengasuhnya?" tanya wanita berusia senja, pada sang putra.
"Kita lihat nanti, Ma. Ini masih sangat awal untuk bisa menilai," balas Dokter Arman seraya melirik jam mahal di pergelangan tangan kanannya.
Dokter bertubuh atletis itu kemudian masuk ke dalam kamar sang putri, untuk berpamitan kembali. "Asa, Sayang. Ayah berangkat kerja dulu, ya," pamitnya seraya merentangkan kedua tangan, siap menyambut tubuh mungil sang putri.
Gadis kecil itu langsung menghambur ke dalam pelukan sang ayah dan tubuh mungil Asa tenggelam dalam dekapan ayahnya.
"Ayah hati-hati ya, di jalan. Yang semangat kerjanya, jangan lupa segera pulang kalau pekerjaan Ayah sudah selesai karena Asa pasti akan sangat merindukan Ayah," ucap Asa setelah melepaskan diri, menirukan apa yang diajarkan sang nenek jika Dokter Arman berpamitan.
Netra kelam dokter yang wajahnya dipenuhi bulu-bulu kasar yang dicukur rapi itu, berkaca-kaca mendengar ucapan sang putri yang selalu mengingatkan dirinya pada mendiang sang istri.
Ya, mendiang istrinya itu juga akan selalu mengingatkannya untuk segera pulang dan membelenggu hati Dokter Arman dengan kata-kata rindu, sehingga ayah satu anak itu tak pernah bisa lama berjauhan dengan almarhumah yang meninggal dua tahun lalu dalam sebuah kecelakaan tunggal.
Meskipun saat ini Dokter Arman telah memiliki kekasih, tepatnya kembali pada cinta pertamanya, tetapi cinta ayah satu anak itu pada mendiang bundanya Asa masih terpatri di hati.
"Jika hari ini Asa tidak rewel, maka kamu saya terima bekerja menjadi pengasuhnya," ucap Dokter Arman pada Julia dengan dingin, setelah putrinya kembali bermain.
Dokter spesialis kandungan itu segera berlalu hendak berangkat ke rumah sakit.
"Maaf, Dok," panggil Julia, menghentikan langkah Dokter Arman.
"Ada apa?" tanya ayah Asa tersebut, tanpa menoleh ke belakang.
"Maaf, ini mengenai gaji yang ditawarkan oleh ...."
"Itu benar, jika kamu berhasil membuktikan bahwa kamu bisa menjadi pengasuh putriku, maka aku akan memberimu gaji dua kali lipat," sergahnya yang dapat menebak arah pembicaraan gadis lugu tersebut.
Dokter Arman kembali meneruskan langkah, tanpa menoleh kembali.
Selama seharian menemani putri kecil Dokter Arman, Julia memperhatikan calon anak asuhnya itu dan mencoba memahami apa yang diinginkan Asa. Perhatian dan kasih sayang dari wanita dewasa yang dipanggilnya Bunda, begitulah kesimpulan Julia saat ini.
"Terimakasih ya, Nak Julia. Sepertinya, Asa nyaman bersama kamu," tutur Bu Ratna, neneknya Asa, ketika Julia baru saja selesai mendandani cucu kecilnya tersebut usai mandi sore.
"Sebentar lagi ayahnya Asa pulang, kita bisa membicarakan tentang kelanjutan tugasmu nantinya," sambungnya.
Tepat disaat Bu Ratna selesai berbicara, Dokter Arman muncul dari balik pintu.
"Selamat sore, Bu," sapa Dokter Arman yang baru saja pulang, sambil menyalami sang ibu dan mencium punggung tangan keriput ibunya.
"Duduklah dulu, Arman. Nak Julia mau pamit," titah sang ibu, seraya menepuk bangku kosong di sebelahnya.
"Arman lelah, Bu. Ibu saja yang bicara padanya dan menyampaikan apa yang kita bicarakan tadi di telepon," balas Dokter Arman tanpa melirik sedikitpun pada Julia.
"Hem, baiklah."
Bu Ratna kemudian menjelaskan apa saja tugas dan kewajiban Julia sebagai pengasuh Asa.
Gadis itu diwajibkan tinggal di kediaman dokter kandungan tersebut dan hanya diberi libur satu kali dalam sebulan.
*****
Waktu terus bergulir, hampir enam bulan Julia bekerja menjadi pengasuh Asa. Putri kecil Dokter Arman itu pun semakin lengket pada sang pengasuh.
Mamanya Dokter Arman pun sangat senang dengan kehadiran Julia yang santun dan ramah, pengasuh Asa itu juga memperlakukan sang cucu dengan penuh kasih.
"Arman, apa kamu belum berpikir untuk mencari ibu untuk putrimu?" tanya Bu Ratna ketika Dokter Arman baru saja dari kamar putrinya, untuk mengucapkan selamat tidur seperti kebiasaannya selama ini.
"Renata belum siap untuk menikah, Ma," balas Dokter Arman.
"Wanita itu lagi! Kamu benar-benar kembali menjalin hubungan dengan dia, Arman?" tanya Bu Ratna, terkejut.
Ayahnya Asa itu mengangguk ragu, dia tahu betul bahwa sang mama pasti akan menentang karena kekecewaan mamanya itu tujuh tahun silam pada Renata.
Bu Ratna menggeleng-gelengkan kepala, tak mengerti dengan jalan pikiran sang putra. "Apa yang kamu harapkan dari wanita seperti Renata itu, Arman?"
"Dia itu sama sekali tidak memiliki rasa kasih terhadap anak kecil. Sampai kapanpun, dia tidak akan pernah siap untuk menikah. Kalaupun dia menikah, pasti dia tidak akan mau direpotkan dengan urusan anak!"
"Apa kamu mau, menikah dengan wanita yang tidak menyayangi Asa?" Bu Ratna menatap tajam pada sang putra.
Dokter Arman menghela napas panjang.
Hening, sejenak menyapa ruang keluarga tersebut.
"Tidakkah kamu melihat bagaimana Julia, Arman?" tanya Bu Ratna mengurai keheningan.
"Maksud, Mama?" Dokter Arman mengerutkan dahi.
"Tidakkah kamu tertarik dengan gadis itu?" tegas Bu Ratna, bertanya. "Dia cantik Arman, Julia juga berpendidikan meski kuliahnya belum selesai."
Dokter Arman melengos karena memang selama ini dia tidak pernah melihat Julia, sikapnya bahkan selalu dingin pada pengasuh putrinya tersebut.
"Nikahi Julia, Arman. Dia gadis yang baik dan sangat menyayangi putrimu," titah sang ibu tanpa di duga, membuat dokter spesialis kandungan itu terkejut.
"Tidak, Bu! Arman sudah memiliki Renata, dia yang akan menjadi ibu sambung bagi Asa, bukan pengasuh itu!" tolak Arman dengan ketus.
Tiba-tiba saja Asa muncul ke ruangan tersebut. "Asa mau bunda Uli, Ayah, bukan aunty Tata!" jerit Asa yang langsung menangis histeris.
🌹🌹🌹🌹🌹 bersambung ...
Jangan lupa, subscribe dan kasih bintang ⭐ lima, di kotak warna orange, yah 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
sherly
denger tu pak dokter, anaknya maunya sama bundanya bukan sama kekasihmu tu..
2023-11-14
1
ꪶꫝAaliyah Salsabilaꪶꫝ
Baru ketemu aja udah sreg, emang anak kecil itu masih bersih dia bisa tau mana yg bener2 tulus&baik mana yg hanya berpura2!
Percaya sama feeling anakmu Arman, carilah istri yg bener2 menyayangi anakmu baru mencintaimu bukan yg mencintaimu tanpa menyayangi anakmu, jangan sampe aja keluar lagu "ibu tiri hanya cinta kepada ayah ku saja" 🤭🤭🤭🤭
2023-04-07
1
Memyr 67
istri dokter arman meninggal, kecelakaan tunggal? hmm curiga, ada keterlibatan renata
2023-04-03
1