Menjadi Ibunya Asa

"Jangan biarkan Bunda Uli pulang ya, Yah? Suruh Bunda Uli agar tetap di sini," rajuk Asa.

Dokter Arman menghela napas panjang.

"Permintaan konyol apa itu, Arman! Apa kamu yang mengajarinya!" Mendengar suara wanita yang menggelegar tersebut, Asa langsung menutup telinganya.

"Ma-maaf, Dokter. Nona memaksa masuk kemari," ucap bibi asisten, takut-takut.

"Tidak mengapa, Bi. Tolong antar Asa pada pengasuhnya," titah Dokter Arman pada bibi asisten.

"Sayang, sama Bibi Julia dulu, ya. Ayah akan bicara sebentar sama Mama Tata," bujuk laki-laki berwajah tegas tersebut.

"Jangan lama-lama, Ayah," pinta Asa yang kini telah berpindah ke gendongan bibi asisten berusia paruh baya itu.

"Nanti Ayah jemput Asa di kamar Bunda Uli, ya?" lanjutnya dengan penuh harap.

Dokter kandungan itu hanya dapat mengangguk.

Sementara wanita seksi yang baru saja datang tersebut, menekuk wajah tak setuju dengan sikap Dokter Arman yang seolah membiarkan Asa dekat dengan pengasuhnya.

"Kenapa Asa harus diantar pada pengasuhnya, Arman?" tanya Renata. "Nanti anak kamu jadi semakin susah berpisah dengan gadis kampungan itu!" Kekasih Dokter Arman tersebut menatap tajam pada ayah Asa.

"Dia sedang rewel tadi, Ta. Aku sedang membujuknya dan tiba-tiba saja kamu datang," terang Dokter Arman. "Apa kamu mau membujuk Asa?" tanyanya kemudian.

Renata mengedikkan bahu.

"Lagipula, ada yang harus kita bicarakan, Ta," lanjut Dokter Arman seraya berjalan keluar untuk menuju ruang kerjanya.

"Kenapa harus ke sini, sih? Di kamar kamu juga bisa, kan?" tanya Renata yang mengekor langkah laki-laki berbadan tegap di hadapannya, dengan wajah yang terlihat kesal.

"Di ruang kerjaku saja, Ta," balas Dokter Arman tanpa memberikan penjelasan lebih, sambil membuka pintu ruang kerjanya.

"Mau bicara apa, sih?" tanya Renata sedikit ketus, sesaat setelah keduanya duduk dengan berhadapan.

"Mama, Ta. Mama memintaku untuk segera menikah," jawab Dokter Arman seraya menatap kekasihnya.

Renata terdiam. Wanita itu dari dulu memang tidak suka jika sang kekasih membicarakan tentang pernikahan yang dia anggap dapat membelenggu kebebasan dan kemerdekaannya.

"Mama memintaku untuk menikahi pengasuh Asa, begitu pun dengan putriku yang terus merengek agar bisa terus bersama pengasuhnya," lanjut Dokter Arman dengan wajah yang keruh.

Renata masih terdiam.

"Aku hanya ingin menikah denganmu, Ta. Ayo, kita menikah dan belajarlah untuk dekat dengan putriku!" pinta Dokter Arman dengan sungguh-sungguh.

"Untuk saat ini, aku belum siap, Sayang. Kamu tahu, kan, aku sedang mengincar jabatan direktur yang akan diberikan papa pada kakakku?" tolak Renata dengan tegas.

"Kamu benar-benar menginginkan jabatan itu, Ta?" tanya Dokter Arman yang nampak tidak setuju. "Sudahlah, Sayang ... jadi manager saja, tak mengapa. Bahkan aku ingin, jika kita menikah kamu berhenti bekerja, Ta," pintanya kemudian.

"Tidak, Arman! Aku tidak mau hanya berdiam diri di rumah dan mengurus anak! Itu sungguh merepotkan!" tolak Renata, ketus.

Dokter Arman menghela napas panjang.

"Padahal aku akan memperjuangkan kamu kembali di hadapan mama jika kamu setuju, Ta," ucap Dokter Arman yang terdengar tidak bersemangat.

"Sayang, ayolah ... kita masih tetap bisa bersenang-senang meskipun tanpa ikatan pernikahan, bukan?" rayu sang wanita yang kini telah berdiri di samping tempat duduk Dokter Arman.

Wanita itu kemudian duduk di pangkuan sang kekasih tanpa ragu. "Tak mengapa jika untuk saat ini kamu menikahi pengasuh itu, Sayang, tapi kamu tidak boleh menyentuhnya!" bisik Renata penuh penekanan.

Dokter Arman tiba-tiba menarik tengkuk sang kekasih dan kemudian menyatukan wajah, cukup lama mereka saling menikmati sentuhan hangat dan sedikit liar dari bibir pasangannya.

"Aku sudah memilikimu,Ta. Aku tidak butuh wanita lain," tegas Dokter Arman setelah menjauhkan wajah. Deru napas laki-laki bermata tajam tersebut, terdengar masih memburu akibat ciuman panasnya barusan.

"Bagus, Sayang. Jika nanti Asa sudah cukup besar dan bisa mengerti, segera ceraikan gadis kampungan itu!" pinta Renata sambil memainkan bulu-bulu halus di dada sang kekasih, yang telah terbuka kancing piyamanya.

Tak ada lagi percakapan diantara keduanya, yang terdengar kemudian hanyalah suara-suara ******* yang keluar dari mulut dua insan yang menyatu di atas kursi empuk, memenuhi ruang kerja Dokter Arman.

"Hanya aku yang boleh memilikimu, Sayang," bisik Renata sambil terus menggerakkan tubuh polosnya di atas pangkuan sang kekasih.

Ya, setelah kepergian sang istri untuk selama-lamanya, Renata kembali datang di kehidupan Arman dan menawarkan kehangatan pada laki-laki kesepian tersebut.

Tentu saja Dokter Arman menyambut baik tawaran sang mantan kekasih, apalagi perpisahan mereka dulu bukan karena keinginan keduanya.

Dokter Arman yang didesak oleh orang tuanya untuk segera menikah, akhirnya menerima perjodohan karena sang kekasih belum siap untuk menikah dan masih ingin melanjutkan studi S-3 ke luar negeri.

Meski keduanya sempat putus komunikasi selama lebih dari tiga tahun, tetapi pertemuan berikutnya setelah kematian ibunya Asa, merekatkan kembali hubungan mereka berdua.

"Kamu memang luar biasa, Sayang ...," bisik Dokter Arman yang berada di atas tubuh sang kekasih.

Suara lenguhan panjang dari keduanya, mengakhiri pergumulan panjang sesi kedua di atas sofa single, ruang kerja Dokter Arman.

*****

Keesokan harinya. Julia yang sudah bersiap untuk pulang, berpamitan pada Bu Ratna dan juga Asa yang sedang duduk santai di ruang keluarga.

Sementara Dokter Arman, masih berada di dalam kamar mandi karena baru saja terbangun, setelah semalaman laki-laki itu menggempur kekasihnya hingga berkali-kali di ruang kerjanya.

Ayah Asa itu bahkan melupakan untuk menjemput putrinya di kamar Julia, hingga sang putri tertidur di kamar pengasuhnya sampai pagi.

"Bunda beneran enggak mau tinggal sama Asa, lagi?" tanya gadis kecil itu, dengan wajah sendu.

Julia hanya mampu menggeleng seraya tersenyum. Gadis berkulit kuning langsat itu tak mampu berkata-kata karena menahan sesak di dada.

"Asa. Meski Bunda sudah tidak di sini, tapi Asa masih bisa, kok, main sama Bunda. Nanti tiap 𝘸𝘦𝘦𝘬𝘦𝘯𝘥 kita jemput Bunda Uli dan kita ajak jalan-jalan, oke?" bujuk sang nenek.

"Beneran, Nek?" tanya Asa, memastikan. Wajah menggemaskan yang tadinya mendung, kini langsung cerah. Netra bening gadis kecil tersebut, berbinar terang saking bahagianya.

Bu Ratna mengangguk, seraya mengusap puncak kepala sang cucu.

"Hore ... tunggu Asa ya, Bunda. Kami akan jemput Bunda," pintanya pada sang pengasuh. "Tapi ...." Asa kembali cemberut, bahkan netranya mulai berkaca-kaca.

"Tapi kenapa, Sayang?" tanya Julia.

"Asa maunya Bunda di sini terus, menemani Asa, Bunda," pintanya dengan air mata yang mulai mengalir.

Julia terdiam, gadis bermata indah itu menghela napas panjang.

"Bisa kita bicara sebentar." Suara bass Dokter Arman yang tiba-tiba berdiri di dekatnya, mengejutkan Julia.

"Eh, apakah saya, Dok?" tanya Julia memutar leher ke samping, seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kamu. Siapa lagi?" jawab Dokter Arman, dingin. Laki-laki bercambang itu bergegas menuju ruang kerjanya yang masih berantakan, akibat pergumulan panasnya semalam dengan sang kekasih.

Bu Ratna hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat sikap sang putra terhadap Julai yang selalu dingin tersebut.

"Duduk!" titahnya pada Julia.

Gadis berdagu lancip itu kemudian duduk tepat di hadapan Dokter Arman.

"Kamu yakin, 𝘳𝘦𝘴𝘪𝘨𝘯 hari ini?" tanya Dokter Arman.

Julia mengangguk pasti.

"Asa sangat menyayangimu, Julia. Kami pasti akan sangat kesulitan untuk mencari pengasuh baru," tutur Dokter Arman dengan melembutkan suara.

"Putriku butuh sosok seorang ibu yang bisa menyayanginya dengan tulus seperti kamu," lanjutnya, seraya menatap Julia.

Pengasuh Asa itu mengerutkan dahi, belum dapat menebak kemana arah pembicaraan Dokter Arman.

"Apa kamu mau, menjadi ibunya Asa, Juli?"

🌹🌹🌹🌹🌹 bersambung ...

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

ya aku kecewa... kirain pak dokternya kuat iman eh ternyata... payahlah bilangnya, ngk rela banget aku dianya nikah Ama juli...

2023-11-14

2

Soraya

Soraya

ada lgi dokter goblok

2023-09-28

1

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

heh pak dokter bahaya tau main celup celup nanti kena penyakit loh...

2023-05-07

1

lihat semua
Episodes
1 Kita Main Barbie, Bunda
2 Bukan Pengasuh Itu!
3 Bunda Uli Tetap di Sini
4 Menjadi Ibunya Asa
5 Jangan Berpikir Macam-macam
6 Ibu Kenapa, Bu?
7 Pulang ke Rumah Kita
8 Asa Mau Ayah Sama Bunda
9 Kebakaran
10 Pengasuh Anak
11 Menjadi Istri ke-Empat
12 Usap Air Matamu
13 Gadis Murahan
14 Pelunasan Hutang
15 Dipeluk Bunda Uli
16 Petir Menggelegar di Siang Bolong
17 Memangnya, Siapa Kamu?
18 Jangan Campuri Urusanku
19 Tidur di Kamar Lain
20 Hampa dan Kosong
21 Aku Mau Menikah Denganmu, Arman
22 Jangan Abaikan Istrimu!
23 Amunisi untuk Lembur
24 Biarkan Aku Memelukmu
25 Terjebak dalam Pernikahan Palsu
26 Kita Hidup Masing-masing
27 Demi Mama dan Putriku
28 Di Kamar Kita
29 Tetap Di sini, Juli
30 Dia Kenapa, ya?
31 Aku Bukan Juli yang Dulu
32 Aku Punya Tugas Untukmu
33 Kecupan Pertama
34 Kecupan Selamat Pagi
35 Aku Tidak Bermimpi, Kan?
36 Polos Sekali Istriku
37 Rekomendasi Novel keren karya author kece badai 'Kiss'
38 Penonton Adegan Live
39 Arman yang Salah
40 Memutuskan Ikatan
41 Membuatku Kecanduan
42 Berduaan Bersamamu
43 Semua Tak Lagi Sama
44 Kamu Tidak Bisa Mengancamku, Arman!
45 Rena Tidak Mau Dipenjara!
46 Nyawa Harus Dibayar dengan Nyawa
47 Membusuk di Penjara
48 Bertahan, Nak
49 Persiapkan Dirimu, Sayang
50 Jangan Menggodaku
51 Membuka Lembaran Baru
52 Bukan Bonchap
53 BonPul bukan BonChap
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Kita Main Barbie, Bunda
2
Bukan Pengasuh Itu!
3
Bunda Uli Tetap di Sini
4
Menjadi Ibunya Asa
5
Jangan Berpikir Macam-macam
6
Ibu Kenapa, Bu?
7
Pulang ke Rumah Kita
8
Asa Mau Ayah Sama Bunda
9
Kebakaran
10
Pengasuh Anak
11
Menjadi Istri ke-Empat
12
Usap Air Matamu
13
Gadis Murahan
14
Pelunasan Hutang
15
Dipeluk Bunda Uli
16
Petir Menggelegar di Siang Bolong
17
Memangnya, Siapa Kamu?
18
Jangan Campuri Urusanku
19
Tidur di Kamar Lain
20
Hampa dan Kosong
21
Aku Mau Menikah Denganmu, Arman
22
Jangan Abaikan Istrimu!
23
Amunisi untuk Lembur
24
Biarkan Aku Memelukmu
25
Terjebak dalam Pernikahan Palsu
26
Kita Hidup Masing-masing
27
Demi Mama dan Putriku
28
Di Kamar Kita
29
Tetap Di sini, Juli
30
Dia Kenapa, ya?
31
Aku Bukan Juli yang Dulu
32
Aku Punya Tugas Untukmu
33
Kecupan Pertama
34
Kecupan Selamat Pagi
35
Aku Tidak Bermimpi, Kan?
36
Polos Sekali Istriku
37
Rekomendasi Novel keren karya author kece badai 'Kiss'
38
Penonton Adegan Live
39
Arman yang Salah
40
Memutuskan Ikatan
41
Membuatku Kecanduan
42
Berduaan Bersamamu
43
Semua Tak Lagi Sama
44
Kamu Tidak Bisa Mengancamku, Arman!
45
Rena Tidak Mau Dipenjara!
46
Nyawa Harus Dibayar dengan Nyawa
47
Membusuk di Penjara
48
Bertahan, Nak
49
Persiapkan Dirimu, Sayang
50
Jangan Menggodaku
51
Membuka Lembaran Baru
52
Bukan Bonchap
53
BonPul bukan BonChap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!