Pengantin penganti
05
Atika menatap seluruh penjuru kamar mewah yang kini dia tempati. Kamar yang jauh lebih besar dari kamarnya yang ada di rumah. Ranjang kinsize yang terdapat kelopak bunga mawar yang di bentuk seperti gambar hati. Sangat cantik bahkan sampai membuat Atika berdecak kagum.
Atika menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sebelum itu Atika sudah mengambil satu stell piyama dari dalam lemari. Ntah punya siapa piyama itu, tapi Atika tidak punya pilihan lain karena dirinya yang tidak memiliki baju selain baju pengantin yang dirinya pakai.
Dalam waktu 15 menit akhirnya Atika sudah selesai mandi. Tak lupa handuk kecil yang bertengger indah di kepalanya. Kaki jenjang Atika melangkah menuju meja dirias dan mencari hydayer untuk mengeringkan rambutnya.
Ceklek!!!
Atika membalikkan tubuhnya mentap laki-laki yang beberapa jam lalu sudah menjadi suaminya. Laki-laki yang seharusnya menjadi suami kakak sepupunya tapi malah berujung dirinya yang menjadi istri dan yang paling buruknya lagi malah menjadi istri penganti.
"Kau mau kemana?" Suara maskulin itu membuat langkah Atika terhenti di depan pintu.
"Keluar Mas, bukankah Mas mau berganti pakaian?" jawabnya sambil menunduk.
"Lalu buat apa kau keluar jika saya hanya berganti pakaian? Bukankah kita sudah suami istri yang sah-sah saja untuk melihat atau bahkan lebih dari itu?" Dada Atika berdetak dengan kencang. Atika sedikit paham apa yang di masuk suaminya.
Tanpa menjawab ucapan suaminya, Atika melangkah menuju ranjang. Mendudukkan tubuhnya pada ranjang empuk itu tanpa melihat pergerakan yang dilakukan suaminya. Rasa grogi tiba-tiba saja menghampiri Atika. Ini pertama kalinya Atika berada di dalam kamar yang sama dengan laki-laki. Bahkan sebelum itu dirinya juga belum pernah berpacaran meski sudah beberapa kali laki-laki berbeda mengutarakan isi hatinya. Dengan alasan ingin sukses Atika menolak mereka semua. Memang itu tujuan Atika kala itu namun, kini sudah berbeda. Dirinya sudah menyandang status seorang istri yang lebih tepatnya istri penganti.
"Kau tahu bukan, jika kita menikah bukan di landaskan cinta? Bahkan bertemu pun ini kali pertamanya bagi kita berdua," Ragil, suami Atika kini sudah duduk di ranjang yang sama dengan Atika. Namun dengan jarak yang cukup jauh.
Atika mengangguk. "Iya, kamu benar Mas. Ini kali pertamanya kita bertemu," jawab Atika membenarkan. Bahkan selama ini Atika tidak tau siapa calon suami Kakak sepupunya, dan Atika juga tidak terlalu kepo dengan kakak sepupunya. Bahkan dengan sepupunya yang lain pun Atika tidak peduli. Apalagi itu menyangkut urusan asmara.
"Meskipun kita tidak saling mencintai tapi kau harus melaksanakan tugas sebagai seorang istri. Apa kau mengerti apa yang saya maksud?" Ragil menatap gadis cantik yang berjajar sekitar 8 jengkal dari dirinya. Jujur saja istrinya itu memang lebih cantik dari Savia. Apalagi wajah teduh istrinya membuat Ragil sulit untuk berpaling.
"Apakah melayani Mas di atas ranjang juga termasuk? Emmm makasi aku, nafkan batin?"
Ragil mengangguk membuat jantung Atika berdisco dengan kerasnya. "Benar, tidak mungkin saya akan jajan di luar padahal saya punya seorang istri yang tentunya bisa memberikan saya nafkah batin, bukankah itu salah satu tugas istri? Bahkan itu juga wajib di berikan jika seorang suami menginginkannya?"
"Tapi Mas, kita tid---"
"Jika kau ingin mengatakan kita tidak saling cinta itu bukan suatu masalah yang sulit. Bukankah di luaran sana juga banyak orang-tua yang menjodohkan anaknya dengan laki-laki yang tidak dia tahu? Bahkan laki-laki yang tidak mengenal wanitanya? Samal gaknya denga kita berdua. Intinya cinta bukan menjadi tolak ukur untuk kita tidak melakukan hubungan suami istri." jelas Ragil membuat Atika terdiam.
"Apa tidak bisa hingga cinta itu tumbuh dulu di hati kita masing-masing Mas? Dan saat itu tiba maka kita bisa melakukan itu dengan penuh cinta," Jujur saja Atika tidak suka dengan ucapan Ragil. Sedari dulu dirinya hanya ingin memberikan kehormatannya kepada suaminya kelak, bukan suami dadakan seperti ini namun suami yang mencintainya juga sebaliknya.
"Tidak semudah itu untuk menghapus rasa cinta itu untuk Savia, bahkan perasaan yang masih begitu besar di dalam diri saja untuk satu wanita, Savia. Waktu yang di butuhkan tidak hanya satu minggu atau bahkan 1 bulan karena saya sangat mencintai dia. Dan sudah saya jelaskan jika tidak mungkin saya jajan di luar karana saya memiliki istri, tempat saya mencari pahala dalam meneguk manisnya surga dunia."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments