Liontin

"Kenapa ibu tidak masuk? Siapa yang ibu lihat?" tanya Shine ikut keluar melihat sekeliling rumah yang tampak gelap, tanda ada lampu teras, karena sudah dua hari ini putus. Gadis itu tidak menemukan siapapun di sana, lalu kembali melihat ke arah ibunya. Ada yang aneh pada sikap ibunya, tapi Shine tidak ingin membuat ibu semakin susah dengan menjawab setiap pertanyaannya.

"Tidak ada. Kita masuk," jawab Lara mengajak Shine masuk, sekilas di ke arah belakang, pria itu masih ada di sana.

Oh, Tuhan, benarkah dia orang suruhanmu untuk mengambil nyawaku?"

"Minum dulu, Bu." Shine menawarkan segelas air hangat yang baru dia ambil dari dapur.

"Shine, ibu mau pergi, mungkin dalam waktu yang lama, kau harus bisa mengurus dirimu sendiri ya, Nak. Jaga kesehatanmu," ucap Lara mengusap rambut Shine dengan air mata yang menggenang.

Tentu saja anak itu menatap dengan heran, tidak mengerti mengapa ibunya bicara seperti itu. Apa ibunya juga akan meninggalkannya seperti ayah yang tidak sempat dia kenal? Mengapa semua orang begitu tega padanya? Apa dia memang anak pembawa sial hingga tidak layak untuk di kasihi?

"Ibu bicara apa? Memang nya Ibu mau kemana? Jangan tinggalkan aku, Bu," pinta Shine yang mencoba menahan tangisnya. Dia duduk di depan ibunya, tanpa suara menghapus air mata Lara yang sudah berhasil mendarat dengan mulus di pipinya.

Lara hanya bisa menatap dengan hati yang hancur ke pada Shine. Anaknya itu begitu tegar, bahkan tidak sesuai dengan umurnya yang masih bocah. Tidak seperti anak lain yang diberitahu akan ditinggal orang tuanya, anak-anak itu akan menangis, minta ikut dan bertanya kemana pergi.

Berbeda dengan Shine, dalam pikirannya, mungkin ibunya sudah lelah menjaganya dan ingin meninggalkannya seperti ayahnya. Lalu dia bisa apa? Menahan ibunya? Tangannya saja kecil, bagaimana mungkin bisa melawan tenaga ibunya jika dia memang memilih untuk pergi.

"Ibu... akan pergi kemana?" Akhirnya Shine berhasil menemukan lidahnya untuk bertanya.

"Bekerja, ke tempat yang jauh," jawab Lara lirih, masih menangis dan menunduk. sejak tadi tidak mau melepaskan genggaman tangannya pada tangan Shine.

Saat itulah pintu terbuka dan sesosok pria Tinggai besar masuk ke dalam rumah, tanpa mengatakan apapun. "Waktumu sudah habis!"

Shine yang menatap mata pria itu, merah dan api menyala di sana, tapi Shine tidak takut, di terus mengamati wajah pria itu, dalam hatinya bertanya siapa pria itu yang berani masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam dan berpenampilan aneh.

Darker, sang malaikat kematian itu ikut menatap Shine. Anak itu begitu unik, tidak memiliki rasa takut padanya, padahal tampangnya sangat menyeramkan.

Anak-anak di negerinya bahkan lari terbirit-birit ketika berhadapan dengan Darker. Mengapa anak manusia ini justru dengan berani melihat ke arahnya tanpa berkedip bahkan setelah mendapati wajah Darker yang begitu menyeramkan, dia tidak memalingkan pandangannya justru terus mengamati pria itu.

"Kau bisa melihatku?" tanya Darker ingin memperjelas apakah gadis itu memang melihat sosoknya atau justru hanya melihat bayangannya.

"Tentu saja. Kau aneh!" jawab Shine tanpa rasa takut.

Darker ingin buka suara, tapi liontin di leher anak itu membuatnya kembali menarik niatnya. Lama diamatinya. Sementara Lara yang mengira bahwa Darker akan mencelakai putrinya, bergegas memeluk kaki Darker.

"Jangan ganggu dia, Bawa aku saja. Bukankah aku yang kau cari?"

Darker akhirnya mengalihkan tatapannya dari liontin yang ada di leher wanita itu ke arah wajah Lara.

"Lepaskan kakiku, wanita manusia!"

"Janji dulu, kalau kau tidak akan membawa anakku! Dia masih kecil, masa depannya masih panjang, bawa aku saja!"

"Aku bilang lepaskan!" Kembali Darker menghardik keras, tapi Lara tidak mau menurut.

"Shine, lari ke rumah Bi Erna, sembunyi di sana," ucap Lara.

Kali ini, Shine yang menolak, sama halnya dengan ibunya keras kepala. Darker yang tidak sanggup lagi disentuh oleh Lara, segera menggunakan sihirnya, menjauhkan Lara dari kakinya.

Sekali menjentikkan jarinya, Lara sudah berpindah, kini wanita itu memeluk Kaki meja makan yang tidak jauh dari sana.

Shine takjub melihat hal itu. Berulang kali melihat ke arah ibunya lalu pada pria itu. Shine sangat suka cerita seputar dunia penyihir, lalu melihat hal ini tentu saja Shine bertambah semangat untuk mendekati Darker.

"Kau bisa sulap? Apa kau kenal Harry Potter?" tanyanya antusias.

"Aku tidak tahu apa yang kau sebutkan itu. Apa itu sejenis kue kering?" Tanya Darker yang berjalan ke arah kursi, lalu mengempaskan tubuhnya di sana.

Lara sudah mendekati mereka lagi. Melihat ke arah keduanya yang tampak berbincang tanpa ada rasa takut pada Shine.

"Dari mana kau mendapatkan liontin itu?" tanya Darker penuh minat. Dia tidak mungkin salah itu liontin yang selama ini bangsanya cari, lantas mengapa ada pada gadis kecil itu.

"Bukan urusan Anda, Pak tua bertampang aneh, yang jelas ini kalungku," jawab Shine penuh kesal. Pasalnya Darker juga tadi cuek menjawab pertanyaan. Padahal dia ingin sekali melihat pria itu kembali melakukan magic nya.

"Boleh aku lihat?" tanya Darker berharap.

Shine mendekat, menunjukkan pada Darker, tapi cahaya yang muncul dari dalam liontin yang hanya bisa dilihat oleh Darker membuat pria itu melemah. Dia tidak berani memegang kalung itu yang artinya liontin itu memang asli milik bangsanya.

"Sudah waktunya pergi!" Tiba-tiba Darker menegakkan tubuhnya, tidak baik bagi dirinya untuk berlama-lama di sini.

"Aku pikir setelah kedekatan kalian kau akan iba pada putriku, dan melepaskan ku. Siapa nanti yang akan menjaga putriku?" ucap Lara kembali sendu, dia pikir dia sudah terbebas dari pria itu.

"Kau akan membawa ibuku? Kemana?" Kini Shine mengerti kalau ibunya tidak ingin pergi, tapi Darker yang memaksa.

"Ke suatu tempat, yang namanya perhentian orang hidup, di sana, ibumu akan diadili sesuai amal perbuatannya, lalu setelah diputuskan tempat yang layak untuk nya," terang Darker.

"Kau tidak bisa membawa ibuku!" pekik Shine. Otaknya terus berpikir. Tadi dia sudah melihat kekuatan pria itu yang memindahkan ibunya ke meja makan, artinya dia punya power yang tidak bisa dilawan manusia biasa, jadi Shine memutuskan tidak jadi berteriak.

Lalu seketika dia ingat, kalau pria itu sempat menanyakan perihal Liontinnya, mungkin ini bisa jadi penawaran setimpal.

Bergegas dia membuka liontin itu, menggenggam dalam telapak tangannya. "Kau mau ini? Aku bisa memberikannya padamu, asal kau melepas ibuku!"

Lama Darker menatap telapak tangan gadis itu yang terbuka di hadapan, di atasnya ada liontin yang sangat ingin dia bawa pulang. Namun, Darker tahu kalau dia tidak akan sanggup membawa liontin itu sendiri.

Dia ingat kisah itu, lalu kembali mengamati Shine seolah ingin menerawang gadis itu. Satu-satunya anak manusia yang bisa melihatnya.

"Baiklah kalau begitu, aku bisa melepaskan ibu dengan memberi penawaran!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!