Geng pembantu telah berpecah dan melesat menuju kamar masing-masing. Sadar diri jika penampilan sedang begitu mengecewakan. Makhlum, mereka bertiga memang belum terjamah sabun sedari bangun. Hanya sempat mencuci muka saja sebelum melakukan house keeping sebagaimana boss pengganti menitahkan.
Ossa bersenandung sambil mengguyur badan di kamar mandi. Kamar pribadi Ossa adalah satu-satunya yang memiliki kamar mandi di dalam. Entah bagaimana dulu ceritanya, hingga Nola dan mak Murni yang sudah jauh lebih senior, merelakan kamar itu menjadi miliknya. Secara mereka lebih dulu tinggal di sana. Dan sampai sekarang kamar mereka tanpa ada kamar mandi. Ossa hanya merasa bersyukur memiliki kamar itu.
Seragam abu-abu tua yang suram, telah lebih matching dengan penampilan Ossa sekarang. Rambut sepunggung dan tebalnya telah diikat rapi dengan pita berhias stroberi warna merah. Wajah halusnya sangat bersih dan cerah dengan pelembab dan bedak tipis yang sedikit disapukan. Bibir pink pucat alaminya menjadi berkilat dengan lip balm leci yang segar. Adanya boss yang mengawasi, penyebab semangat itu datang lagi.
Ceklerk..!
Ceklerk..!
Ceklerk,,!
Ketiga pintu kamar pembantu hampir bersamaan dibuka. Penghuni ketiga kamar nampak muncul keluar beruntun. Ternyata bukan hanya Ossa saja yang telah bermutasi, Nola bahkan jauh lebih ngejreng riasannya. Begitu juga dengan mak Murni, lipstiknya sungguh merah menyala.
Bagus sekali mereka mengenakan baju seragam sama persis, masih adalah jejak dan pertanda bahwa mereka sebagai pekerja di rumah itu. Andai baju mereka berlainan, mereka akan lebih terlihat sebagai personil grup shopping dan arisan.
Bukan sebab mereka adalah pembantu yang genit dan kegatalan cari perhatian. Memang begitulah peraturan yang sudah diterapkan sebelumnya oleh pak Arzaki dan bu Arzaki. Makhlum, tugas mereka bukan hanya dalam rumah. Tapi juga ikut mengurus dan melayani para tamu di penginapan secara langsung.
Mereka bertiga tiba di meja makan tepat saat dua puluh menit jatuh tempo. Sudah ada boss pengganti yang baru duduk di salah satu kursi dan sekarang sedang memandangi geng pembantu.
Meski penampilan Murni nampak mencolok dengan bibir merah menyala, namun sesuai juga dengan fitur wajah dan usianya. Boss baru melewati wajah murni tanpa apapun komentar yang keluar.
Vinola,, hebat sekali. Dalam waktu dua puluh menit, telah membuat begitu hitam dan lentik bulu matanya, sehingga aura cantik di wajahnya lebih cetar mempesona. Juga sempat mencatok rambutnya. Rambut yang tadi kusut berombak, kini lurus kaku dan menghitam.
Selalu sebagai subjek pandang yang terakhir, dialah Oqtissa. Tidak ada make up berarti yang mampu mengubah apapun bentuk di wajah. Namun dengan rambut yang diikat tinggi dan rapi, wajah halus dan cerahnya semakin terpancar. Bahkan kening mulus berkilat yang tadi tertutup rambut berserabut, menjadi dasar pesonanya. Mata yang polos namun berbinar, menatap jujur dan nampak sedang malu.
Sebetulnya bukan hanya Ossa sendiri saja yang sedang tersipu. Namun Nola dan Murni tentu saja sudah begitu berpengalaman. Mereka mampu memanipulasi ekspresi di wajah mereka dengan mudah. Rasa kikuk dan salah tingkah sebab dipandang terang-terangan oleh boss baru, begitu gampang disamarkan.
Lain lagi dengan ekspresi Oqtissa, wajahnya merona jelas dengan sesekali nampak gugup dan menunduk. Makhlum, mereka yang biasa berhadapan dengan pak Arzaki yang sudah berumur dan beruban, serta bu Arzaki yang sangat baik dan lembut, kini dipandang seksama oleh lelaki muda dengan tampan maksimal. Mereka merasa seperti sedang dikuliti.
"Kalian merapikan diri sangat bagus. Apa begini penampilan kalian saat melayani tamu di penginapan?" tanya boss pengganti. Memandang geng pembantu bergantian.
"Terimakasih, pak boss. Bu Arzaki lah yang menginginkan dan mengajari kami untuk berpenampilan seperti ini. Jika anda tidak berkenan, kami akan mengubahnya," jawab mak Murni sok bijak. Andai boss baru menyuruh menghapus warna merahnya di bibir, pasti menyumpah serapah jugalah dirinya.
"Sudah kuduga, kalian membawa diri dengan cukup bagus, pasti kakak iparkulah yang mengajari, ha,,ha,," boss baru itu tiba-tiba tertawa. Sungguh sangat meremehkan. Apa maunya..
"Aku menginginkan salah satu dari kalian, bertugas melayani tamu secara langsung. Bertugas menyambut tamu yang mengunjungi penginapan atau resepsionis penginapan."
"Yang paling bagus pendengaran, pemikiran dan pengucapan. Dan sementara tugas kalian serabutan."
"Sambil menunggu tamuku ramai dan mengalir. Akan kucarikan seorang security dan tambahan pekerja untuk kalian." Boss baru telah memberikan janji indah.
Mereka bertiga mengaminkan dalam hati. Mengingat penjaga rumah telah undur diri bersamaan dengan satu pembantu yang keluar kerja kemarin itu.
Pletak!!
Boss baru melempar satu pensil ke meja. Mencabut tiga lembar tisu dan meletak di dekat pensil yang tadi dilemparnya.
"Aku berharap kalian menanyakan satu hal padaku. Tapi kenapa kalian tidak juga menanyakannya? Coba tanyakan padaku sekarang,,," boss baru berbicara membingungkan. Tapi dengan cepat, mereka bertiga telah memiliki bayangan pertanyaan.
"Bertanyalah,,," ulang boss baru meminta.
"Berapa gaji kami dari anda, pak boss?" sekali lagi, Murniatilah yang bertanya.
"Nanti itu kuberi tahu," sahut boss baru. Pandangannya bergeser pada Nola. Perempuan cantik namun diam-diam sedang hamidun itu bersiap bertanya.
"Apa pak boss sudah menikah?" tanya Nola dengan menahan nafasnya di dada.
"Itu lambat laun, kalian akan tahu sendiri. Next,,," jawab boss baru dengan nada yang jengah. Kini pandangannya bergeser pada Oqtissa. Gadis polos itu nampak tersenyum dan segan.
"Siapa nama anda, pak boss,,?" tanya Ossa lembut dengan memberanikan dirinya.
Boss baru terbungkam. Meluruskan duduk dan melepas kaca matanya. Lalu meletak di atas meja makan.
"Namaku Reizoan Azril," jawab boss baru pada pertanyaan Oqtissa dengan lirih dan pelan. Bisa jadi pertanyaan dari Ossa itulah yang sedang diinginkannya.
"Tulis namaku tadi di lembar tisu itu dan lipatlah. Beri padaku," boss baru memberi instruksi.
Meski masih tercengang dengan pesona boss baru saat tanpa kacamata yang bertengger di mata dan hidung, dengan gesit ketiganya menyambar tisu yang masing-masing selembar di tangan. Kali ini Murniati tidak menyambar pencil yang disiapkan. Mungkin memang tidak yakin dengan nama boss baru yang hanya samar terdengar disebut.
Sebab menunggu Murni dan Nola tidak juga menyambar pensil, tangan Ossa perlahan mengambilnya. Menuliskan dengan rasa yang serba setengah. Setengah raguu,,dan juga setengah yakin. Yakin pada apa yang didengar, namun ragu dengan ketepatan ejaan tulisan dan huruf. Tapi jika ragu, tentu saja tidak akan bisa menulis jawabannya.
Ossa telah menyerahkan tissu terlipatnya pada boss baru beberapa detik lalu. Menyusul tissu terlipat dari Nola dan menyusul Murni beberapa detik setelahnya.
Boss baru sedang membuka tiga lipatan tissu bergantian. Tidak ada ekspresi yang terbaca di wajahnya. Juga tidak terduga tissu ke berapa yang terdapat tulisan namanya dengan benar. Geng pembantu terus menelisik dan menunggu dengan debar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Windha Yuritha
langsung otw sini kak,, tunggu hari senen vote ku buat mu kak,,,
2023-02-04
1
Diana Cahyani
hadir author,semoga karya ini sama bagus nya seperti karya sebelumnya.ditunggu up nya 💪💪😘
2023-02-04
1
hania putri
syusyah ngucapin nya reizoan 😭
2023-02-04
1