Kriiing...!! Kriiing...!! Kriiing...!! Kriiing...!!
Tiga orang pembantu yang merasa sebagai penguasa dunia untuk sesaat, sedang bersantai dalam tidur mereka pagi itu. Sangat terkejut dengan dering telepon rumah yang beruntun dan bising.
Murniati yang selalu sadar jika dirinyalah ketua geng pembantu, merasa wajib bersiaga setiap waktu. Dikibasnya kaki Oqtissa yang menumpang di paha, serta tangan Vinola yang menjulur di dadanya. Mereka berdua benar-benar bertingkah semena-mena saat tidur. Murniati menggelengkan kepala dengan keliaran tidur Ossa dan Nola.
"Hellooo,, selamat pagiij,, assalamu'alaikum,,,!" sapa Murni pada orang di seberang. Terdiam, menyimak, mendengarkan. Dan terkaget..
"Apa, boss,,???!!" mata Murni sangat melebar dan nampak seperti akan terloncat.
"Iya, siap. Akan saya buka sekarang juga, pak. Mohon maaf,," ucap Murni terlihat salah tingkah. Menyimak sebentar dan meletak kembali gagang telepon ke sandaran. Telepon rumah itu berada di meja teras luar kamar.
Murni tergesa menuju rumah utama dan menerobos pintu rumah. Keluar di teras dan tergesa berjalan ke pagar. Membuka cepat lebar-lebar daun pagar. Telah menunggu sebuah mobil sedan yang berhenti tepat di depan pagar. Murni membungkuk dalam-dalam pada mobil merah yang tak nampak wujud sopirnya. Kaca sedan itu sangat gelap.
Sedan merah berlalu meninggalkan murni yang sedang termangu. Seketika sadar dengan bahaya yang sedang mengancam.
"Gawat, dua krocoku masih ngorok,,!" seru Murni berbicara sendiri. Dengan cepat menutup pintu pagar dan kembali meluncur masuk ke dalam rumah. Menembusi ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Membelok keluar menuju deretan kamar-kamar yang dibuat khusus untuk para pembantu di rumah pak Arzaki.
"Ossa,,,!! Nollaaa!!" seru Murni dengan mengguncang keras kaki- kaki mulus mereka yang berserakan di kasur busa.
"Duh, makk!! Bisiiing,,!! Masih ngantuk laaah," sahut Vinola dengan sebal. Mengambil bantal dan ditutupkan ke wajahnya.
"Kenapa, maak!?! Hebohnyaa,,," keluh Oqtissa. Perlahan bangun dengan malas. Menatap Murniati dengan mata yang sebagian menutup.
"Kalian cepat rapikan diri. Boss pengganti sudah datang. Dorurot,,! Siaga satu untuk kita!! Lekas, nak,,!" Murniati berseru. Menyambar sebuah bra dengan kaki dan diulurkan ke tangan Vinola. Perempuan itu sudah terduduk dengan mata yang terasa menempel. Kepalanya sangat pening sekali.
"Betulkah, mbak,,!!" seru Oqtissa ke mode normalnya. Segera berdiri dan menggenggam erat bra tanpa busa di tangannya. Keluar tergesa dari kamar Murni, dan berniat akan menuju kamar mandi di luar.
Blak,,!!!
Oqtissa kembali masuk ke kamar Murni dengan wajah pucat pasi, dengan masih mencengkeram bra yang menggantung di tangan.
"Ada apa, Os,,?" tanya Murni dengan dada berdegub. Menduga ada apa di luar sana hingga Oqtissa memilih kembali ke dalam kamarnya.
"Ada orang, mak,,! Dia akan menghampiriku, aku lari!" jawab Oqtissa agak gugup.
Dok,,! Dok,,! Dok,,!
Tak perlu dijabarkan lagi. Suara gedor di pintu ini membuat Oqtissa dan Vinola bergerak aktif dan laju. Memakai bra pengaman dada mereka di dalam kamar mbak Murni. Tingkah keduanya sudah seperti kurcaci dipanggang saja cepatnya. Murniati menggelengkan kepala.
"Kalian sudah siap?" tanya Murni. Bersiap membuka pintu dengan tangan yang mencengkeram kusen pintu dengan erat.
"Bentar, mak. Celanaku kayak gini,," keluh Vinola. Menunjuk celana pendeknya yang sebatas pangkal paha.
"Kamu harus belajar berbaju sopan, Nol. Emang mau anak gadismu kelak niruin gaya kamu?! Sembarangan kamu ini, Nol,," protes Murniati pada kevulgaran baju kegemaran Vinola. Dengan cepat menyambar celana selutut miliknya dari almari dan melemparkan pada Vinola.
"Cepat, Noll ??!?" seru Murniati. Merasa geram dengan tingkah kedua kroconya.
Beberapa detik berlalu. Murni kembali memantau kesiagaan anggotanya.
Ossa dan Nola justru sedang bersantai ria menyisir rambut menggunakan jari-jarinya. Tidak merasa jika mereka sedang terkejar oleh seseorang yang sedang memerinci kehidupan mereka di luar.
Kamar itu tidak kedap suara, sebab memang dicipta khusus untuk pembantu. Yang segala percakapan jelas terdengar dari luar. Mereka tidak menyadarinya.
Ceklerk,,!
Sudah seperti yang dibayangkan, percakapan itu menggambarkan bagaimana penampilan mereka. Tiga makhluk berantakan nampak menyembul satu persatu dari dalam kamar yang dipastikan sangat sempit dan,, amburadul...
"Kalian siapa,,?" tanya seorang lelaki yang berdiri menjulang di teras. Memicing tajam seperti sedang ingin menguliti jijik pada mereka.
"Kami pekerja di sini," jawab Murniati yang sekali lagi merasa sebagai ketua geng pembantu.
"Kerja? Kerja apa saja?" tanya lelaki itu lagi dengan nada yang dingin.
"Bersih-bersih,," jawab Murniati lagi. Kini wajahnya menunduk, tidak berani menatap lurus pada orang di depannya. Mulai sadar dengan kesalahan jawaban yang diucapakn.
"Masak,,?" tanya datar lelaki itu.
"Iiiiyya,, masak juga,," jawab Murniati terbata.
"Mulai pukul berapa kerja kalian?" sambung lelaki itu menyelidik.
"Pagi-pagi,," Murniati kembali memberi jawaban dengan tetap menunduk, bahkan semakin dalam saja kepala itu ia tekuk. Tak ubahnya dengan Vinola dan Oqtisaa yang sedari awal sudah menekuk dalam kepalanya. Seolah mereka adalah pembantu paling beradap sejagad raya.
"Pukul berapa pagi itu,, bukankah sekarang sudah pagi? Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian tidur bersama dalam kamar yang sempit itu?"
"Empat kamar tidur di sebelah itu, tidak kalian pakai?" tanya lelaki itu dengan datar. Suaranya tidak marah atau membentak. Hanya picing mata sadisnya saja yang tidak melunak.
Murniati tidak lagi menjawab. Pertanyaan beruntun yang banyak sekali itu seperti tidak membutuhkan jawaban. Hanya ingin menambah daftar kesalahan untuk mereka bertiga saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
eta kurang d pake heula atuh neng...di jinjing Bae kamana" aih...era atuh
2023-03-08
1
Yulie_82
aku hadir untukmu... hehehe
2023-02-06
1