Mereka bertiga seperti anak bebek, berlenggok mengikuti bapak bebek yang berjalan terburu di depannya. Murniati mencubit kecil pinggang Oqtissa dan Vinola di kanan kirinya. Melampiaskan rasa yang tidak menentu seperti saat sedang disidang.
Ossa dan Nola menggeliat sambil terus berjalan, tidak berani bersuara sekecil pun. Membalas cubitan Murni dengan menarik pelan rambutnya yang dikuncir asal-asalan. Murni berjalan sempoyongan berusaha mengibas tangan-tangan dari memegangi rambutnya. Mereka benar-benar sangat sibuk tanpa menimbulkan sedikit pun suara.
"Lihat,,!!" seru lelaki itu. Suara yang senantiasa datar, kini seperti teguran yang keras. Masih bagus juga bukan bentakan.
Mereka bertiga cepat-cepat bersikap siaga, memandangi wastafel yang penuh piring dan panci kotor, bahkan hingga menggunung. Ini seperti cubitan keras bagi mereka.
Lelaki itu kembali berjalan, mereka bertiga saling berpandangan. Murni menunjuk lelaki itu dengan dagunya. Mereka paham dan bergegas menyusul mengikuti di belakang.
"Lihat!!" serunya lagi dengan arti nada yang sama. Menunjuk pada meja makan dengan kursi berantakan. Belum lagi di atas meja makan. Semua makanan kemarin sore itu masih memenuhi meja makan, dan tentu saja dalam kondisi yang sudah membusuk. Ini seperti sebuah pukulan keras bagi mereka.
Lelaki itu berjalan lagi meninggalkan mereka. Dan kembali diikuti ketiga pembantu di belakangnya.
"Lihat,,!" seru lelaki itu kembali. Menunjuk ruang tivi sekaligus ruang keluarga yang penuh dengan mainan berserakan. Snack-snack yang masih berisi dan yang kosong pun bertebaran memenuhi karpet dan sofa. Dan ini serupa tendangan bebas bagi mereka bertiga.
Lelaki itu duduk di sofa yang terpilih. Tidak ada mainan atau bungkus snack di sana. Sempat mengibas sofa dengan tangan sebelum duduk menghentak di atasnya. Seolah sangat takut jika ada sebutir debu pun yang menempel di pantatnya yang seksi.
"Maju giliran ke sini,," ucap lelaki itu. Menatap ketiga pembantu dengan matanya yang semakin tajam saja terasa. Meski ada kacamata super tebal berbingkai gelap hitam yang dikenakan di matanya.
Sekali lagi Murniati yang merasa jika di dahinya sudah tertempel logo ketua geng kroco dengan yakin maju ke depan. Memandang sebentar dan buru-buru menunduk dalam kembali.
"Siapa nama kamu?" suara berat lelaki itu terdengar. Suara manusia lelaki yang seksi, bukan suara datar yang justru terdengar menakutkan.
"Murni, Murniati, pak,," jawab Murni dengan cepat. Rasa tegar kembali merasuki jiwanya.
"Kenapa rumah berantakan?" tanya lelaki itu dengan pelan.
"Maaf, pak. Kami lambat bangun," jawab Murni.
"Kenapa lambat bangun?" tanya lelaki itu kembali. Sambil mengangkat sebelah kaki dan dinaikkan ke sebelah pahanya. Khas duduk para lelaki.
"Semalam kami lambat tidur," jawab Murni. Yang sekarang sudah berani memandang lurus ke wajah lelaki yang duduk tenang di sofa. Tampan...
"Bagaimana bisa lambat tidur?" tanya lelaki itu dengan datar. Sabar sekali..
"Kami bergadang, pak," jawab Murni.
"Asalku dari kota Semarang,," ucap lelaki itu tanpa disangka. Dan sangat tidak berhubungan dengan isi tanya jawab pembahasan.
"Iya, pak. Saya tahu,," ucap Murni dengan cepat. Sangat ingat jika bos lama mereka, pak Arzaki, berasal dari kota Semarang. Sedang sudah dikatakan jika boss penggantinya adalah sang adik.
Lelaki itu pun terdiam. Memandang Murni seksama.
"Pergilah, bersihkan rumah seperti biasanya," ucap lelaki itu kemudian. Menurunkan kembali kakinya. Menyandarkan punggung ke sofa dengan santai.
"Next,," lanjut ucapnya. Memandang datar pada Ossa dan Nola.
Nola yang lebih tua dari Ossa pun merasa wajib memberi contoh yang baik pada Ossa. Dan telah maju ke depan mendekati si lelaki yang kemungkinan besar memang boss baru mereka.
Bos baru kembali melempar pertanyaan yang sama persis dengan apa yang telah ditanyakannya pada Murni barusan. Yang dijawab oleh Nola satu persatu juga dengan cepat. Dengan jawaban sama persis seperti yang dilemparkan oleh Murni. Hanya menambahkan dengan menonton drama korea semalaman di kamar Murniati.
"Aku lahir di Semarang,," kata lelaki itu lagi pada Nola.
"Iya, pak. Kita satu propinsi. Saya dari Sragen," jawab Nola bersemangat. Boss baru menaikkan sebelah alisnya.
"Pergilah,," ucapnya datar pada Nola.
Pandangannya bergeser pada Ossa. Rambut berserabut yang diikat asal jadi satu itu sama sekali tidak rapi, benar-benar membuatnya sangat risih. Untung saja rambut Ossa sangat lurus dan tebal. Jika tidak, penampilannya pasti lebih berantakan.
"Siapa nama kamu?" tanya bos baru dengan pelan.
"Oqtissa, pak."
"Pak, saya dan teman-teman sekali lagi minta. Sangat lancang membiarkan rumah ini tetap berantakan. Jujur, kami mengira jika bapak lama lagi akan datang. Jadi kami berfikir untuk istirahat sejenak, dua puluh empat jam saja. Kami tidak ke mana-mana. Hanya di kamar, menonton drama Thailand yang kebetulan sedang viral. Minta maaf. Kami akan bersih-bersih seperti biasa kembali, pak," ucap Ossa dengan panjang tanpa diminta.
Bos baru nampak terkejut. Menegakkan duduk dan menunduk sebentar.
"Kamu nonton drama Korea apa Thailand?" terheran dia bertanya.
"Saya suka drama Thailand. Teman yang tadi suka drama Korea. Kami melihatnya di ponsel masing-masing, pak. Hanya di kamar yang sama saja," jelas Ossa bersemangat. Boss baru sepertinya seorang yang humble.
"Yang satu tadi, siapa? Marni? Ngapain?" tanya boss baru kembali.
"Oh, Murni,,, Murniati, pak. Dia nonton film horor Thailand," ralat Ossa membenarkan. Boss itu mengangguk sekali.
"Aku lahir dan besar di Semarang," ucap lelaki itu kembali, mengulang keterangan yang sama pada Ossa. Gadis itu berkernyit sebentar.
"Saya dari Rembang, pak," sahut Ossa. Juga menyebut tempat kelahirannya.
"Bapak masih muda, lebih suka disebut mas, atau pak saja?" tanya Ossa dengan berani. Menebak apa maksud dari pemberitaan berulang yang diucapkan lelaki itu.
"Aku memang tidak suka dipanggil pak. Kamu boleh pergi," ucap bos baru ambigu. Ossa mengangguk dan tersenyum.
"Permisi, mas." Ossa menyebut bos baru dengan sebutan barunya. Telinganya meradar tegak, tidak ada hardik dan teguran. Bisa jadi bos baru memang berharap dipanggil mas. Ah,, mas,, massalah...
🕸🕸🕸
Memang sudah jadi makanan sehari-hari. Pekerjaan yang nampak sangat berat telah selesai dan beres dalam waktu dua jam saja. Apalagi tanpa adanya tiga anak kecil yang harus diasuh seperti biasa. Jadi sangat mudah sekali bagi mereka.
"Nol, sudah beres kamu?" tanya Murni. Nola bertugas membersihkan bagian depan rumah di luar. Juga menyapu serta mengepel dalam rumah sekalian.
"Beres, mak!" jawab Nola sambil mencuci tangan di wastafel.
"Os,,?" tanya Murni memandang pada Ossa. Yang dipandang pun mengangguk.
"Siap juga, mbak. Lapor saja pada, mas boss,," ucap Ossa tersenyum. Dirinya bertugas merapikan rumah, membuang sampah dan mencuci perabotan busuk di wastafel.
"Heishh, mass boss?? Ossa, jangan genit. Memalukan. Jaga harga diri kita sebagai kroco bermartabat. Panggil pak, Ossa,," tugur Murni dengan tegas. Ossa pun mengangguk-angguk banyak kali.
"Baik, makk,,!" sahut Ossa sadar diri. Benar juga ucapan sang ketua geng kali ini. Ossa mendadak jadi merasa malu sendiri.
Plek,,! Plek,,! Plek,,!
"Ehemm,,!!" Suara langkah dengan bersandal jepit dalam rumah itu berakhir dengan sebuah deheman yang berat dan empuk. Siapa lagi peluncur dehem jika bukan boss pengganti.
Ketiganya berbalik dan menatap dengan khidmat.
"Pak, jika anda ingin makan, makanan baru sudah siap. Serba panas dan segar," ucap Murniati promosi. Mencipta berbagai makanan lezat di atas meja makan adalah tugas utamanya.
"Hemm. Kalian pergilah ke kamar masing-masing. Mandi dan bersihkan diri kalian sebersih-bersihnya. Kembalilah ke sini. Kuberi waktu dua puluh menit," tegas si boss pada mereka. Ketiganya saling pandang dengan resah.
"Siap, pak boss,,,!" jawab kompak mereka bertiga. Dan berundur dengan jalan mereka yang gontai. Bertanya-tanya apa lagi yang akan dibincangkan oleh boss baru mereka nantinya.
"Ossa,,!" seru boss mengejutkan.
Ossa mengerem cakram kakinya. Berbalik dan menatap heran pada bossnya. Begitu pun dengan Nola dan Murni. Meski sadar nama tak diseru, tapi susah senang harus ditanggung bersama.
"Rambutmu, ikat yang rapi. Kalian tiga orang jangan menemuiku jika masih berantakan seperti itu!" tegur si boss dengan keras. Memandang Ossa lekat dan bergeser pandang juga pada Murni dan Nola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
ealah si emak noll oss tak gabung jadi nolos....
2023-03-08
1
orchid
dapat notif novel barunya kamiya langsung cus baca. gak pernah bosen, selalu berhasil rangkaian tulisan dan kalimat nya. enak bener bacanya 🥰
2023-02-04
1
hania putri
mas,,alah
wkwk...
bisa aja ngelawak nya nih ossa
2023-02-04
1