Hari yang di tunggu sudah tiba, Lily dan Bibinya sudah bersiap. Karena hari ini mereka libur bekerja, kesempatan mereka untuk mencari alamat tersebut.
Mereka melangkah menyusuri trotoar, panas teriknya matahari siang ini. Tidak menyulutkan semangat keduanya untuk melangkah, mencari taksi untuk mengantar mereka ke alamat tersebut.
Lily mengusap keringat di dahinya dengan menggunakan lengan bajunya.
Setiba di alamat tersebut, terdapat gang sempit, hanya bisa di lalui oleh motor saja.
“Lily. Kamu yakin ini alamatnya yang di berikan oleh suamimu?” tanya Bibinya.
Lily mengangguk.
Lalu ia melihat dengan teliti lagi alamat yang sudah ia tulis di kertas kecil.
“Kita coba tanya ke warga yang ada di sini,” ujar Bibinya menunjuk ada beberapa orang yang duduk di teras.
“Cari siapa?” tanya seorang pria tua.
“Apa benar ini alamat sini?” tanya Lily menunjukkan alamat tersebut.
“Iya, benar. Mau cari siapa? Kebetulan saya ketua RT disini, siapa tahu membutuhkan bantuan saya,” ujar pria paruh baya itu, yang merupakan ketua RT di tempat tersebut.
“Apa ada yang bernama Angga tinggal di lingkungan ini, Pak?” tanya Lily.
Pria tua itu tampak berpikir, lalu mengangguk.
Ada senyum dari bibirnya, Lily tampak menghela napas lega.
“Mari saya antar,” ujar pak RT tersebut.
Lily dan Bibinya mengangguk, mengikuti langkah pak ketua RT.
“Ini rumahnya. Coba saja ketuk pintunya, semoga saja benar Angga yang Nona maksud memang di tinggal di rumah ini.”
Dengan semangat Lily mengetuk pintu tersebut, tak lama pintu itu terbuka.
Senyum bahagia dari bibir Lily langsung luntur, setelah melihat pria itu bukanlah suaminya.
“Ada apa ini?” tanya pria itu melihat mereka dengan kebingungan.
Lily menatap Bibinya, lalu menggelengkan kepalanya.
“Maaf, kami mengganggu istirahat anda. Kami mencari seseorang, akan tetapi sepertinya alamatnya salah.”
Setelah meminta maaf, Lily dan Bibinya kembali melangkah keluar dari gang kecil tersebut.
“Apa sudah mencatat dengan benar alamat itu?” tanya Bibinya lagi, untuk memastikan Lily.
“Sudah, Bi.” Tampak dari raut wajah Lily yang terlihat kecewa. Tidak habis pikir dengan suaminya, yang memberikan alamat yang salah.
“Sabar, Lily. Kita jangan patah semangat, semoga saja suami kamu baik-baik saja.” Mengusap punggung Lily dengan penuh perhatian, merasa iba dengan nasib Lily.
“Apa Bibi boleh melihat fotonya?” tanyanya, karena kemarin tidak sempat melihat foto itu.
Lily mengusap layar ponselnya, lalu mencari foto dirinya dan suami.
“Ini,” ujar Lily menyerahkan ponsel tersebut.
Saat melihat foto tersebut, mata Bibinya langsung membulat. Foto tersebut sangat mirip dengan wajah majikannya.
“Lily, ini suami kamu?” tanya bibinya, netranya belum pindah dari ponsel tersebut.
Lily mengangguk.
“Kenapa, Bi? Apa Bibi pernah melihatnya, atau bahkan mengenalnya?” tanya Lily penasaran.
Bibinya langsung memberikan ponsel tersebut, lalu menggelengkan kepala walaupun tampak ragu.
Lily menghela napas berat, ke mana lagi ia akan mencari keberadaan suaminya.
Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, karena hanya itu tujuan mereka hari ini.
Di dalam taksi, Lily lebih banyak diam. Ia mengarahkan pandangannya ke luar jendela.
“Apa itu memang benar Tuan Nova? Iya, aku sangat yakin. Tapi, kenapa bisa menjadi suami, Lily? Lalu, kenapa namanya Angga, bukan Nova?” begitu banyak pertanyaan di isi kepala Bibinya, namun bingung harus mengutarakan pertanyaan tersebut kepada siapa.
“Nova Anggara Wiyata,” ujar Bibi dalam hati, menyebut nama lengkap majikannya.
Ia membulatkan matanya, baru menyadari jika nama tersebut di ambil dari nama tengah majikannya.
Bibi sangat yakin, jika Nova adalah suami dari Lily yang memperkenal namanya dengan namanya Angga.
Muncul lagi pertanyaan di benaknya, bagaimana mereka menikah. Apakah Lily tidak mengetahui nama lengkap suaminya? Saat dirinya menyebut nama lengkap majikannya pada Lily waktu itu, ekspresi Lily biasa saja, tanpa mengenali nama tersebut.
“Bi,” panggil Lily sembari menggoyangkan lengan bibinya dengan pelan, karena mereka sudah tiba di depan rumah.
“Hah ... eh iya Lily, maaf.”
Mereka turun dari mobil, setelah membayar ongkos taksi tersebut.
***
Di kantor milik keluarga Wiyata, yang saat ini sedang naik daun. Semua itu berkat kerja sama perusahaan mereka dengan orang tua dari Jessica, yaitu mertuanya sendiri.
Di sela makan siangnya, Nova duduk di sofa yang ada di dalam kantor tersebut.
Ia memikirkan ucapan Andre kemarin, bagaimana jika Lily istrinya datang ke kota dan mencari ke alamat tersebut. Alamat yang sengaja ia berikan dengan alamat palsu.
Nova mengambil ponsel miliknya, yang ia letakkan di lemari besi yang ada di kantor. Beberapa bulan lamanya, ponsel tersebut tidak di sentuh olehnya.
Nova bukan menghindar darinya, hanya saja belum punya keberanian menceritakan sebenarnya yang terjadi.
“Lily, apa kamu akan marah padaku? jika kamu mengetahui semua ini,” gumamnya dalam hati sembari menunggu ponsel itu menyala.
Hampir setengah jam menunggu, ponsel itu tidak kunjung menyala. Karena sudah lama tidak di gunakan, Nova berpikir jika ponsel tersebut pasti kehabisan daya.
Dan benar saja, saat ponsel itu di sambungkan dengan kabel charger, layar ponsel itu menyala masih dalam tahap pengisian daya.
“Huh! Lily tidak mungkin ke kota,” ujarnya kembali bergumam sembari menggelengkan kepalanya pelan.
“Ada apa? Kenapa menggelengkan kepala?” tanya Andre saat di depan pintu ruangan.
Andre baru saja kembali dari makan siang bersama kekasihnya di restoran dekat kantor itu.
“Hah ... tidak.”
Nova Kembali duduk di kursi kebesarannya, mulai memeriksa dokumen yang menumpuk di meja.
“Apa kita akan ke luar kota lagi?” tanyanya pada sahabatnya sekaligus asistennya tersebut.
“Iya. Sore ini, kita ke kota Z,” sahut Andre sembari menyusun berkas yang akan mereka bawa.
Mendengar nama kota itu, Nova langsung teringat dengan desa Lily. Kota tujuan mereka sore ini, sangat dekat dengan desa tersebut.
Sehingga Nova berpikir akan menyempatkan diri untuk mampir ke desa itu, untuk menemui istrinya.
“Ada apa? Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Jangan bilang kalau kamu akan menyempatkan diri ke desa itu?” tebak Andre seakan tahu isi kepala dari sahabatnya itu.
“Entahlah. Aku bingung harus melakukan apa? Serba salah!” keluh Nova.
“Salahnya ada padamu! Sejak awal tidak jujur pada orang tuamu, yang jadi kena dampaknya adalah Lily. Apa kamu tidak merasa kasihan dengannya?” ujar Andre kembali menyalahkan Nova.
“Terus aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin memilih salah satu dari mereka berdua!” protes Nova.
“Kita akan pikirkan ini nanti, sekarang kita harus berangkat, agar tidak larut malam tiba di sana.”
Nova menghela napas kasar, lalu mengangguk.
Lily gadis desa yang mampu memikat hatinya, dengan kecantikan dan kelembutan hatinya. Sehingga Nova tidak mampu untuk meninggalkan Lily, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Setelah setahun pernikahannya dengan Jessica, ia akan bertekad akan menjemput istrinya Lily.
Andre dan Nova melangkah keluar dari ruangan tersebut, akan tetapi Nova melupakan ponselnya yang tengah di charger dan meninggalkan ponsel itu tergeletak di meja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Annisa
Nova Lily ada di rumah mu. gimana ya kalau mereka ketemu reaksi mereka berdua
2023-02-08
0
Ainasina
Fix no debat, Nova gak tahu lili ada di rumahnya sendiri
2023-02-06
0
Anita si cabe rawit
Lily, semangat Lily, kamu pasti tahu nanti kalau suami ada di rumah itu
2023-02-05
0