Bukan Istri Simpanan

Bukan Istri Simpanan

Bab 1

Wanita berusia sekitar 27 tahun tersebut, tengah berdiri di ruang tamu di salah satu rumah mewah.

Ia menatap nanar sebuah foto yang terpajang sempurna di tembok rumah.

Terlihat sangat jelas, jika di dalam foto tersebut keduanya tampak begitu bahagia.

Air mata yang hampir saja menetes, dengan segera ia mengusapnya dengan tangannya.

Niatnya sejak awal ke kota adalah, ingin mencari keberadaan suaminya yang sudah tujuh bulan tidak ada kabar sama sekali, sekaligus mencari pekerjaan yang cocok untuk menghidupi dirinya selama di kota.

Ia mendapatkan tawaran pekerjaan dari temannya, untuk menggantikan dirinya bekerja sebagai asisten rumah tangga, selama dirinya cuti menikah.

Mendengar itu, wanita 27 tahun itu menerima tawaran tersebut, sehingga di sela pekerjaannya ia bisa mencari keberadaan suaminya bermodal alamat yang di berikan oleh suaminya dulu sebelum hilang tanpa kabar.

Ia langsung tersadar di saat seseorang memegang punggungnya.

“Kamu siapa?” tanya wanita yang terlihat begitu cantik dan elegan, mata hitam legam, kulit putih mulus dengan rambut tergerai panjang, bahkan nyaris sempurna.

“Sa-saya ....” Lily tampak gugup, bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya.

“Maaf, Nyonya muda. Namanya Lily, pengganti adik sepupu saya yang menikah. Lily satu kampung dengan saya,” sahut wanita setengah baya tersebut.

Wanita itu mengangguk dan melenggang pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di rumah tamu.

“Lily, kamu kenapa berdiri saja? Ayo masuk,” ajak wanita paruh baya itu, yang biasa di panggil Bibi oleh Lily walaupun mereka bukan bersaudara.

“Iya, Bi. Maaf,” ucap Lily lirih.

Lily mengikuti langkah Bibinya ke arah kamar belakang, bekas kamar adik sepupunya yang saat ini belum masuk kerja.

“Kamu tidur di sini dan istirahat dulu, besok kamu bisa mulai bekerja.”

Lily mengangguk, ia mengedarkan pandangannya melihat kamar tersebut. Walaupun di anggap kamar pembantu, tapi kamar tersebut cukup besar dan juga terkesan mewah bagi Lily.

“Bi, wanita yang tadi siapa?” tanya Lily pemasaran.

Walaupun ia sudah bisa menebak, jika wanita tersebut adalah istri dari pria yang sangat mirip dengan wajah suaminya yang ada di foto pernikahan tadi.

“Oh itu. Namanya, Jessica Drenda Wiyata dan suaminya Nova Anggara Wiyata. Dia Nyonya muda di rumah ini dan mereka baru saja menikah lima bulan yang lalu,” sahutnya.

Lily menghela napas lega, karena nama yang di sebutkan oleh Bibinya bukan nama suaminya. Ia mencoba berpikir positif, pria di foto tersebut hanyalah mirip saja.

Lily duduk di tepi kasur, setelah melihat Bibinya keluar dari kamar.

Setengah hari perjalanan dari kampung ke kota, cukup membuatnya lelah.

Ia mengingat jelas di benaknya, setelah pernikahan suaminya akan berjanji untuk kembali menjemputnya.

Namun, janji itu bagaikan isapan jempol belaka. Hingga tujuh bulan lamanya Lily menunggu sang suami, hingga saat ini tak kunjung datang.

Flashback on.

“Sah ....”

Suara menggema di rumah kediaman perempuan, pernikahan yang sangat sederhana. Hanya di hadiri oleh keluarga perempuan dan beberapa tetangga mereka.

Bahkan orang tua dari pihak laki-laki pun tidak terlihat sama sekali, hanya teman dari suaminya saja yang menjadi saksi pernikahan Lily dan suaminya.

Mereka memang sedang menjalin kasih sudah beberapa bulan, ayah dari Lily meminta kekasihnya untuk segera menikahinya. Karena saat ini kondisi kesehatan yang sudah menurun, ia ingin menikahkan putrinya di hadapannya sendiri.

Angga langsung menyetujui pernikahan itu, karena memang mereka saling mencintai. Walaupun orang tua Angga belum mengetahuinya, karena ia bertekad akan memberitahu kepada keluarganya setelah mereka menikah.

Namun, sudah tujuh bulan sejak kepergian suaminya ke kota. Karena memang Angga memeriksa pekerjaannya yang memang sedang beroperasi di kampung tersebut.

Lily tidak mengetahui apa perkerjaan sebenarnya sang suami, ia hanya mengetahui pekerjaannya adalah seorang pengawas saja.

Karena memang Angga tidak memberitahu Lily, pekerjaan yang sebenarnya.

Bulan pertama Angga sering kali menghubungi istrinya di kampung, terakhir menghubungi istrinya akan segera menjemputnya sebelum Angga benar-benar menghilang.

Flashback of.

“Mas, Angga,” gumam Lily lirih.

“Kamu dimana Mas? Hingga sekarang nomormu tidak aktif sama sekali!” Lily berulang kali mengusap foto pernikahan mereka di layar ponselnya.

Setelah puas bergumam, Lily beranjak segera ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Keesokan paginya, Lily bangun pagi sekali. Ia memulai pekerjaannya di rumah itu sebagai asisten rumah tangga, karena pekerjaan memberi libur dua Minggu bekerja dua hari untuk libur.

Lily menggunakan waktu itu untuk mencari keberadaan suaminya, dengan berbekal alamat yang di berikan oleh Angga dulu.

Lily membantu Bibinya membuatkan sarapan pagi, lalu membersihkan ruangan tengah rumah yang sangat besar itu.

“Lily, kita sarapan dulu yuk. Nanti lagi lanjut kerjanya,” ujar Bibinya mengajak Lily untuk sarapan, karena sejak pagi Lily tidak berhenti bekerja.

Lily mengangguk.

Mereka makan di meja makan yang ada di dapur, meja tersebut memang di sediakan untuk para pekerja di rumah tersebut.

“Lily, memangnya kamu tahu alamat yang diberikan oleh suamimu?” tanya Bibinya di sela makan mereka.

Lily terdiam sejenak, lalu menggeleng kepala pelan.

“Kota ini besar, Li. Bibi akan coba bantu untuk mencari alamat itu. Semoga saja segera ketemu ya.”

Lily tersenyum mendengarnya, karena Bibinya mau membantunya.

“Tapi, kenapa suamimu tidak memberi kabar selama ini?”

“Lily kurang tahu, Bi. Lily sangat cemas, apakah Mas Angga baik-baik saja? Hingga sekarang nomornya tidak aktif sama sekali, Lily takut terjadi sesuatu dengannya,” sahutnya pelan, terlihat raut wajah cemas, sedih bercampur jadi satu.

“Apa kamu mempunyai foto suamimu? Saat kamu menikah, Bibi tidak datang. Karena pernikahan kalian begitu mendadak.”

Lily mengangguk, ia hendak mengeluarkan ponsel miliknya. Namun, terdengar suara majikannya memanggil Bibinya. Hingga mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

“Bi,” panggil Jessica.

“Iya, Nyonya.”

“Oh lagi sarapan ya. Setelah selesai sarapan, Bibi tolong belanja ya untuk kebutuhan bulanan di dapur. Dua hari lagi suamiku akan pulang, tolong masak kesukaannya ya Bi,” ucap Jessica lembut.

“Iya, Nyonya.”

“Oh ya. Siapa namamu?” tanya Jessica pada Lily yang tengah duduk sarapan, Jessica menarik kursi lalu duduk di sebelahnya.

Walaupun sudah menjadi istri dari pemilik rumah ini, Jessica tidak pernah membedakan dirinya dengan orang yang bekerja di rumah itu.

Ia selalu sangat ramah dan sopan kepada orang yang ada di rumah itu.

“Nama saya Lily, Nyonya,” sahut Lily.

“Oh Lily. Selamat bekerja Lily di rumah ini,” ujarnya, lalu berpamitan dari dapur tersebut.

“Nyonya Jessica itu orangnya baik, Lily. Dia juga orang yang sangat sibuk jika suaminya tidak di rumah, ia mempunyai usaha butik yang cukup terkenal di kota ini. Tapi, jika ada suaminya, Nyonya malah jarang keluar kamar. Namanya juga pengantin baru,” ujar Bibinya terkekeh.

Lily tersenyum mendengar ocehan Bibinya tersebut, kini mereka kembali melanjutkan sarapannya.

***

Terpopuler

Comments

Gibran

Gibran

Lily, suamimu kemana

2023-02-09

0

Astuty Nuraeni

Astuty Nuraeni

kemana kemana kemana?
semoga bukan alamat palsu yang Angga beri ya Ly!"

2023-02-09

0

Astuty Nuraeni

Astuty Nuraeni

wah aku dong kak heheh

2023-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!