Hari yang di tunggu-tunggu sudah tiba, Jessica berdandan secantik mungkin untuk menyambut kedatangan suaminya.
Suara deru mesin mobil berhenti di garasi, Jessica mengintip dari balik tirai jendelanya untuk memastikan bahwa mobil suaminya yang datang.
Namun, senyum yang semula terukir di bibir ranumnya langsung sirna, ketika melihat bukan mobil suaminya yang datang, melainkan mobil mertuanya.
Jessica segera menggantikan pakaiannya dengan pakaian yang sedikit tertutup, walaupun masih terkesan seksi. Namun, lebih layak dari sebelumnya hanya memakai lingeri.
“Jessica ...” panggil ibu mertuanya dari ruang tamu.
Jessi segera keluar kamar dengan langkah yang setengah berlari.
“Mama, kok datangnya mendadak?” tanya Jessi sembari menuruni anak tangga.
“Iya, Mama ingin memberikan kejutan untuk kalian. Dimana Nova?” tanya ibu mertuanya, karena tidak melihat mobil Nova di garasi.
“Belum datang, Ma. Mungkin sebentar lagi,” sahutnya.
Ibu mertuanya mengangguk.
“Bagaimana, apakah bulan ini sudah datang bulan?” pertanyaan tersebut berulang kali Jessi dengan dari mulut ibu mertuanya.
Jessica menggelengkan kepalanya.
“Bagaimana mau hamil, Nova sendiri sangat jarang menyentuhku! Bahkan ia tidur hanya beberapa kali di rumah, selama lima bulan pernikahan kami!” gumam Jessica dalam hati.
Memang benar adanya, Nova sangat jarang menyentuh istrinya. Jika mereka melakukan hubungan, itupun harus dengan paksaan oleh Jessica.
Tampak wanita setengah baya itu menghela napas berat.
“Ya sudah. Setelah Nova pulang, kalian harus periksa ke rumah sakit!” tegas ibunya.
Jessica hanya bisa mengangguk pasrah.
Pernikahan Jessica dan Nova, adalah hasil perjodohan di antara kedua orang tua mereka.
Karena harus menuruti kedua orang tua mereka, pernikahan itu terpaksa harus mereka lakukan.
Awalnya Nova menolak, hingga ibunya harus melakukan percobaan bunuh diri. Sehingga dengan terpaksa Nova menerimanya perjodohan tersebut.
“Kenapa kamu tidak ikut ke luar negeri? Untuk menemani suamimu. Apa hubungan kalian baik-baik saja?” tanya ibu mertuanya menatapnya dengan rasa penasaran.
Jessica tersenyum
“Hubungan kami baik-baik saja, Ma. Jessi harus ke butik Ma, pekerjaan Jessi sangat banyak. Mas Nova juga tidak mempermasalahkan jika Jessi tidak ikut,” sahut Jessi dengan nada lembut.
“Jaga kesehatan Sayang. Jangan terlalu cape, kamu harus segera hamil. Kedua orang tua kalian ini sangat ingin menimang cucu,” ujarnya mengusap rambut panjang Jessica yang sengaja di gerai.
Jessica hanya bisa memaksakan senyumnya mendengar ucapan mertuanya.
Sementara di dapur, Lily yang harus memasak makan siang. Karena, Bibi yang bisanya memasak untuk keluarga itu sedang sakit.
Bibinya meminta dirinya untuk memasak makan siang, karena ia sangat tahu. Jika, masakan Lily tidak kalah enaknya.
Dari dapur, sekilas Lily melihat Jessica majikannya dan seorang wanita paruh baya sedang berbincang hangat di ruang tamu.
“Mereka sangat akrab sekali, pasti itu Ibunya,” gumam Lily.
Lalu teringat pada ibunya yang sudah lama meninggalkan dunia.
Setelah selesai memasak, Lily Kembali mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Setelah menyajikan makan siang di meja makan besar khusus untuk pemilik rumah tersebut.
Terdengar suara bel berbunyi. Lily berlari kecil hendak membuka pintu, akan tetap Jessi melarangnya. Karena dirinya sendiri yang ingin membukanya, karena ia tahu jika yang datang itu adalah suaminya.
Lily kembali melakukan pekerjaannya yang belum selesai, ia hanya melihat punggung pria itu menaiki tangga sembari bergandengan tangan dengan istrinya.
Sore hari, bel pintu kembali berbunyi. Karena tidak ada yang membuka pintu, Lily berlari kecil untuk segera membuka pintu.
Ceklek ...
Pintu terbuka dengan sempurna, wajah Lily tampak terkejut melihat pria yang ada di hadapannya.
Lily ingat betul wajah pria yang berdiri di hadapannya, pria yang bersaksi di pernikahannya dengan Angga.
“An-Andre ...” ucap Lily terbata.
Pria itu tampak tegang, bahkan ia sengaja membuang wajahnya ke arah lain.
“Maaf, saya permisi,” ucap pria tersebut melangkah masuk ke dalam rumah.
Lily tercengang, apakah dirinya tidak salah lihat? Wajah pria itu begitu mirip dengan wajah Andre teman dari suaminya.
Lily langsung tersadar, ia menoleh ke arah belakang.
Melihat punggung pria itu sudah masuk ke sebuah kamar, lalu menutup kamar tersebut.
“Aku tidak salah orang, Bukan? Aku sangat yakin, jika itu Andre,” gumam Lily dalam hati.
Sementara di kamar, Andre terduduk lemas. Ia sangat jelas melihat, jika wanita yang membuka pintu itu adalah Lily.
“Kenapa dia bisa ada di rumah ini?” gumamnya.
Berulang kali Andre menghela napas berat.
“Apa mereka sudah bertemu? Kenapa bisa kebetulan begini? Apa Nova sendiri yang membawa Lily ke rumah ini?” begitu banyak pertanyaan di kepala Andre.
“Arggh ... kacau ini!” seru Andre.
“Aku akan bicara pada Nova nanti,” ujarnya kembali mencari berkas yang ia simpan di ruangan tersebut.
Andre adalah asisten dari Nova, sekaligus temannya. Andre sudah menganggap rumah tersebut seperti rumah sendiri, dimana ia bisa bebas keluar masuk. Apalagi pekerjaan Nova, sering tangani olehnya sendiri jika sedang ada masalah.
Di kamar.
“Mas, kok lama sih pulangnya?” tanya Jessica memeluk suaminya dari arah belakang, karena Nova belum mengenakan pakaian setelah mandi, ia melepaskan dekapan tangan istrinya.
“Banyak pekerjaan,” sahut Nova dingin.
“Oh,” sahut Jessica singkat, lalu melangkah duduk di tepi kasur.
Nova ikut duduk di sebelah istrinya, sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
“Mama baru saja pulang,” ujar Jessica sembari mengambil alih handuk di tangan suaminya.
Nova menatap Jessica sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Jessica teringat akan ucapan ibu mertuanya tadi, jika mereka sangat menginginkan cucu segera.
Jessica segera mengunci pintu kamarnya, Nova mengernyit heran dengan melihat Jessica. Apalagi ia menatap Nova dengan tatapan menggoda.
“Mas,” panggil Jessica dengan suara mendayu, mulai meraba belakang leher suaminya
“Jess. Aku sedang tidak ingin!” tolak Nova.
Melihat tingkah istrinya tersebut, ia mengerti jika saat ini Jessica sedang menginginkannya.
Nova menepis pelan tangan Jessica yang menempel di bahunya, lalu beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke luar kamar.
Jessica menatap kesal suaminya yang menolak dirinya, padahal mereka sudah lama tidak melakukannya.
Dengan napas yang naik turun, Jessica mengepalkan kedua tangannya. Matanya memerah menahan amarahnya, hingga air mata menetes keluar begitu saja.
Disisi lain, dirinya di tuntut oleh orang tua mereka untuk segera memberikan pewaris, tapi Nova selalu menolak jika mau melakukan hubungan suami istri.
Sejak lima bulan pernikahan, mereka melakukannya hanya beberapa kali saja.
Jessica melangkah sambil menghentakkan kakinya, menuju ke ruang kerja suaminya.
Bruakk!
Pintu di buka paksa oleh Jessica, Andre dan Nova terkejut lalu menoleh ke belakang. Nova melihat istrinya dengan wajah yang terlihat sangat marah.
“Ada apa ini Jess? Apa kamu tidak melihat, jika aku ....”
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, ucapan Nova langsung di sela oleh istrinya.
“Aku minta cerai!” teriak Jessica histeris.
Nova yang mendengarnya langsung membulatkan matanya.
“Kamu ini bicara apa?!” kesal Nova lalu melangkah menarik istrinya untuk kembali ke kamar.
“Lepas!” teriak Jessica memberontak meminta Nova melepaskan genggaman tangan Nova.
“Diam!” bentak Nova.
Jessica langsung terdiam.
Untuk pertama kalinya, suaminya membentak dirinya.
Nova kembali menarik istrinya, untuk masuk ke kamar mereka.
Setibanya di kamar, Nova langsung melepas kasar tangan istrinya.
Ia mulai menanggalkan semua pakaiannya, hingga menyisakan boxernya saja.
“Ka-kamu mau apa?” tanya Jessica dengan gugup, ia perlahan mundur hingga tubuhnya terbentur tembok.
“Ini yang kamu mau, Bukan?” menarik tangan istrinya, lalu mendorong tubuh istrinya ke tempat tidur.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Authophille09
Karya kk mah emang ga ada 2 nya🤟 semangat kk💜
2023-02-12
1
Gibran
Andre siapa. oh sahabatnya si Angga. tpi kenapa buang muka
2023-02-09
0
Astuty Nuraeni
Fiks Nova adalah mas Angga
2023-02-09
1