Rania yang kaget mendengar perkataan dari Frederick kembali memberontak di atas tempat tidur ia sama sekali tidak memperdulikan Frederick yang sudah marah kepadanya.
"Lepaskan aku! Aku tidak mau melihat wajahmu itu, siapa pun kamu aku tidak peduli yang aku minta mohon!" pintanya.
Frederick benar-benar kesal yang diucapkan Rania barusan, secara tidak langsung menarik tubuh lemah itu masuk ke dalam kamar mandi lalu mengguyurkan Rania dengan air dingin.
"Dingin?!" teriaknya.
"Dingin? Ayo terus teriak sampai puas!" pekik Frederick.
Rania sangat ketakutan serta kesakitan karena sekujur tubuhnya perih akibat air dingin. Jejak yang dibuat Frederick kepadanya begitu banyak apalagi bekas tanda kepemilikan.
"Sakit," lirih Rania lirih sambil menangis di bawah guyuran shower.
Frederick tidak mau mendengar perkataan Rania terus mengguyurnya dengan air dingin sehingga membuat tubuhnya menggigil serta kebiruan.
"Jika kau masih memberontak dan melawan kepada saya dan juga pelayan yang tadi, saya tidak akan segan-segan memberimu pelajaran lebih dari sini!" bentak Frederick sangat kuat membuat Rania semakin tidak berdaya.
Frederick langsung keluar dari kamar mandi dengan wajah kesalnya menuju kembali perusahaan melanjutkan meeting bersama dengan klien yang tertunda.
"Urus wanita itu dengan baik, kalau ia melakukan sesuatu yang buruk segera laporkan," ucapnya.
"Baik Tuan muda," jawab Ina menunduk.
Di kamar mandi Rania tidak kuat menopang berat tubuhnya membiru akibat air dingin yang mengguyurnya hampir satu jam. Kedua bola mata itu tiba-tiba berkunang-kunang akhirnya ia pingsan di lantai sambil air masih menyala. Rania tidak lagi merasakan air dingin membasahi tubuhnya hampir setengah jam.
Ina yang merasa cemas masuk ke dalam untuk melihat Rania sedang apa ia di dalam kamar mandi. Tarik napas lalu
Ina mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban.
Suara gemercik air di dalam sana terus dia dengar pada akhirnya Ina memberanikan diri membuka pintu.
"Nona?!" teriaknya. Alangkah terkejutnya Ina melihat Rania saat ini yang tidak berdaya.
Ina langsung hampiri Rania yang sudah tergeletak di lantai tidak lupa shower dimatikan. Sebagai wanita awam, Ina kebingungan melihat kondisi Rania langsung membawanya menuju ke kamar.
Cekatan Ina langsung mengeringkannya sekujur tubuh Rania sambil memberikan pakaian hangat. Ina langsung menghubungi dokter pribadi Frederick untuk menolong Rania yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan.
"Ya Allah Nona, apa yang telah terjadi dengan kamu? Kenapa sampai seperti ini?" ucap Ina lirih sambil memandangi Rania dari atas sampai ke bawah.
Tidak lama sang dokter pribadi Frederick tiba di Penthouse. Ina langsung membawa dokter tersebut ke atas untuk melihat kondisi Rania saat ini juga.
"Aku tidak habis pikir yang dilakukan Frederick sangat memprihatinkan. Ina katakan kepada Frederick jangan lagi mengulanginya kepada wanita ini. Kalau Frederick melakukannya lagi, aku tidak akan bisa menolongnya lagi," ucap dokter tersebut sedikit kesal.
"Baik dokter," jawab Ina cemas.
Di Panti asuhan Christianto mencari Rania karena satu harian ini dia sama sekali tidak melihat wujudnya. Christianto berkeliling ke semua sudut panti sambil bertanya-tanya kepada para pengurus dan penghuni lainnya namun, jawaban mereka sama tidak melihat Rania sama sekali.
"Di mana kau Rania? Berapa lama kita bersama belum pernah kamu seperti ini?" gumam Christianto.
Christianto mulai merasakan keanehan terhadap Rania yang tidak biasanya hilang lalu menuju ke taman panti biasanya di sana Rania jika menenangkan diri atau bermain bersama anak-anak.
Tidak ada siapapun di sana, Christianto tetap tidak menemukan Rania yang ada hanya anak-anak dan pengurus panti. Christianto mulai merasakan tidak enak hilangnya Rania secara tiba-tiba, lalu Christianto pergi menuju ke ruangan kepala panti yaitu ibu Ani.
"Ibu boleh Christianto masuk?" panggil Christianto sambil mengetuk pintu.
"Masuk Christianto!" kepala panti mempersilahkannya masuk. Setelah mendengar jawaban dari dalam Christianto membukakan pintu.
Pintu terbuka Christianto menunduk memberikan hormat kepada ibu Ani yang selaku kepala panti.
"Selamat pagi ibu Ani!" sapa Christianto sopan sambil tersenyum.
Ibu Ani yang sedang memeriksa laporan bulanan panti menghentikan pekerjaannya karena Christianto.
"Selamat pagi juga Christianto. Ada apa kamu pagi-pagi datang kemari?" tanya ibu Ani sambil menutup buku besarnya.
Christianto duduk di bangku yang tepat berada di depan meja ibu Ani lalu menjawab pertanyaan tadi.
"Saya ingin mengatakan sepertinya Rania tidak ada di panti ini Bu. Saya sudah berkeliling dan bertanya ke semuanya namun Rania tidak ada. Apakah ibu tahu Rania ada di mana saat ini?" tanya Christianto sambil menatap Wajah ibu Ani secara intens.
Ibu Ani menatap wajah Christianto secara intens dia tampak berpikir sedikit mengenai pertanyaan Christianto barusan. Senyum kecil ibu Ani keluar lalu menjawab pertanyaan Christianto.
"Rania sudah pergi dari panti ini dan ia tidak akan pernah lagi kembali Christianto karena sudah menemukan sosok pria yang mampu menjaganya," jawab ibu Ani tenang.
Christianto terbelalak kaget mendengar jawaban dari ibu Ani dia tidak tahu apapun soal kepergian Rania yang tiba-tiba.
"Apa yang terjadi dengan Rania, Bu? Kenapa begitu tiba-tiba ia pergi tanpa pamit kepada kita semua?" tanya Christianto dengan wajah panik.
Ibu Ani menarik napas lalu mengeluarkan kuat, wajah Ibu Ani sedikit tidak bersemangat menjawab pertanyaan Christianto.
"Rania sudah dibawa oleh keluarganya kemarin mendadak dan juga tiba-tiba ia tidak sempat pamit kepada kita. Keluarga Rania berjanji segera kembali ke mari untuk mengucapkan kembali terima kasih," terang ibu Ani.
"Ibu tidak sedang bercanda bukan?" tanya Christianto sambil geleng-geleng kepala tidak percaya.
"Kamu tidak mempercayai ibu Christianto?" tanya ibu Ani suaranya sedikit meninggi karena Christianto kali ini banyak menjawab pertanyaannya dan membuatnya sedikit kesal.
Christianto tidak menjawab pertanyaan ibu Ani memilih untuk keluar dari ruangan tersebut. Christianto pergi menuju ke salah satu taman panti tiba-tiba dia menangis karena tidak percaya Rania pergi meninggalkannya begitu saja tanpa pamit.
"Kamu jahat Rania, tega kamu pergi meninggalkanku begitu saja. Di mana rasa sayang kamu kepadaku sebagai kakak? Aku tidak akan memaafkanmu Rania," teriak Christianto sambil mengusap wajahnya.
Ibu Ani yang melihat Christianto sedih seperti itu hanya bisa menghela napasnya saja lalu kembali ke ruangannya menyusun laporan bulanan panti.
"Dasar anak bodoh," gumam ibu Ani lalu menutup buku.
Petang Frederick kembali ke Penthouse dengan wajah yang benar-benar dingin. Dia kesal dengan hasil rapat hari ini tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Frederick turun lalu masuk ke dalam dengan langkah yang tergesa-gesa pikirannya saat ini hanya Rania seorang. Beberapa jam lalu adalah waktu terburuknya karena pikirannya tertuju hanya satu wanita baru saja dia kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments