Lepaskan Aku

Pagi harinya Rania benar-benar sangat terkejut melihat dirinya yang sudah acak-acakan dan tidak mengenakan pakaian apapun. Mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya tapi sedikitpun tidak ada diingatnya.

"Apa yang telah terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini? Aduh sakit sekali?!" pekik Rania sambil melihat ke bawah noda darah sudah kering pada kain sprei yang warna putih.

Rania terisak melihat dirinya saat ini sudah tidak bersih lagi apalagi ia tidak tahu apapun yang terjadi. Hatinya sangat sakit hingga ia tersedu-sedu sambil memeluk kaki lututnya bahkan hanya untuk berjalan ia tidak sanggup.

Baru pertama kali ia merasakan sekujur tubuhnya remuk apalagi banyak bekas memerah di tubuhnya akibat ulah dari Frederick kemarin.

Secara perlahan Rania turun dari ranjang menuju ke kamar mandi membersihkan dirinya dengan langkah yang tertatih-tatih akhirnya Rania tiba di kamar mandi langsung merendamkan dirinya di sana dengan air hangat.

"Oh nyaman sekali," ucap Rania sambil menangis. Ia mengusap wajahnya sesekali sambil memikirkan apa yang telah terjadi dengan dirinya namun tidak mendapatkan jawaban.

Sampai ia selesai mandi melihat pakaian di lemari walaupun kedodoran karena itu adalah pakaian dari Frederick.

"Setidaknya aku memakai pakaian, pakaianku sudah robek entah apa yg dilakukan pria bejat itu semalam kepada diriku," ucapnya sambil bercermin melihat tubuhnya yang banyak sekali bekas memerah.

Rania merasa tubuhnya sedikit lebih baik ia menuju pintu Penthouse untuk keluar dan kembali ke panti dengan perasan yang begitu hancur. Namun langkahnya telah terhenti karena melihat sosok pria yang sangat tinggi kekar dan juga tampan menghadang jalannya lalu menyeretnya masuk ke dalam lagi.

"Siapa kamu lepaskan aku! Aku ingin kembali ke tempatku, aku tidak suka disini?!" ucapannya memberontak namun sia-sia karena tangan Frederick menggenggam lengannya kuat hingga sampai memerah.

Frederick memiliki sikap yang dingin menatap Rania dengan tatapan devilnya dan itu membuat Rania menjadi sangat ketakutan dan nyalinya juga menciut. Seketika tubuhnya menjadi gemetaran melihat mata Frederick yang sangat menakutkan.

"Siapa kamu? Kenapa aku ada disini? Apa kamu yang melakukan ini kepadaku semalam? Kalau memang ia aku mohon lepaskan aku jika memang kamu yang melakukan ini. Aku tidak akan mempermasalahkan masalah yang kamu lakukan tetapi lepaskanlah saya!" pinta Rania sambil memohon.

Frederick tidak habis pikir mendengar perkataan Rania membuatnya semakin jengkel. Frederick langsung menyerang Rania secara tiba-tiba dan terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Rania.

Suara tangisnya serta ngiba tidak diindahkan Frederick karena dorongan dalam tubuhnya menuntutnya membawa Rania kembali berfantasi.

"Jika terus banyak berbicara lebih dari sini akan kamu rasakan Rania," bisik Frederick dengan senyum smirk sambil menatap Rania yang sudah terlelap di ranjang miliknya.

Frederick menuju kamar mandinya langsung membersihkan dirinya karena akibat hubungannya dengan Rania yang sangat nikmat di pagi hari.

"Kau akan menjadi wanita simpananku satu Minggu ini Rania, lihat saja kau akan menjadi wanita yang sangat menyenangkan di dunia ini," ucap Frederick tertawa terbahak-bahak dalam kamar mandi.

Frederick keluar hanya mengenakan handuk dia menatap Rania yang masih terlelap di atas tempat tidur ya. Senyum smirk itu kembali keluar melihat Rania yang tidak berdaya sama sekali. Frederick mendekati Rania dan mengusap wajah lelah itu dengan sedikit kasar dilihatnya leher Rania yang banyak bekas jejak kepemilikannya. Kembali dia meninggalkan jejak namun kali ini cukup besar hingga warnanya begitu merah dan menonjol.

"Kau pasti akan menyukai yang aku tinggalkan Rania. Kau salah satu wanita yang beruntung bisa menyentuh kulitku ini," tawanya.

Frederick keluar dan melihat salah satu pelayannya telah tiba lalu menunduk hormat kepadanya.

"Selamat pagi Tuan muda," sapanya.

"Kau urus wanita itu penuhi semua kebutuhannya, aku serahkan ia kepadamu paham!" ucap Frederick dengan sangat dingin.

"Saya paham Tuan muda," jawab pelayan tersebut yang berkisar umur empat puluh tahunan ke atas dengan hormat dan juga sopan.

Frederick langsung keluar dari Penthouse menuju ke perusahaannya karena akan ada jadwal meeting bersama dengan klien yang datang dari luar negeri.

 Di Penthouse pelayan tersebut yang bernama Ina itu masuk ke dalam kamar utama dan melihat Rania sudah bangun, menangis tersedu-sedu di atas tempat tidur sambil memeluk kakinya.

Sebagai sesama wanita Ina sangat miris melihat penampilan Rania saat ini yang begitu berantakan karena ulah Frederick.

 

"Nona, sebaiknya anda tenangkan diri," ucap Ina dengan lembut dia benar-benar prihatin melihat keadaan Rania yang acak-acakan.

"Siapa kamu? Apa mau mu kepadaku? Kamu belum puas melihatku seperti ini?" ucap Rania bertubi-tubi sambil menangis tersedu-sedu.

Ina yang tidak paham arti perkataan Rania hanya bisa menghela napas karena dia adalah hanya seorang pelayan di tempat ini.

"Maafkan saya Nona. Saya hanya pelayan di sini yang akan melayani anda mulai hari ini," ucap Ina dengan sopan.

"Aku mau pulang, aku tidak mau di sini kumohon lepaskanlah aku!" pinta Rania dengan sangat memohon sekali.

"Maafkan saya Nona. Saya tidak bisa melakukan itu karena Tuan muda akan marah kalau anda meninggalkan tempat ini" ucap Ina berusaha tetap tenang.

"Siapa Tuan muda mu itu? Kenapa aku bisa seperti ini? Apa salahku kenapa?" teriak Rania sambil memberontak turun dari tempat tidur namun Ina sekuat tenaga menahan ya.

Ina yang melihat Rania yang seperti itu semakin prihatin dengan apa yang dialaminya tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menenangkan Rania dengan kata-katanya yang sangat lembut.

"Nona tenang ya," ucap Ina sambil menahan tubuh Rania yang ia acak-acakan sendiri dan menambahi beberapa goresan. Rania yang sangat putih semakin menunjukkan bekas merah yang dibuat Frederick.

"Aku mohon lepaskan aku. Keluargaku sedang menungguku kembali aku mohon lepaskan aku lepaskan aku!" teriak Rania dengan histerisnya.

Ina yang tidak bisa menahan tubuh Rania yang memberontak akhirnya pergi menuju ke bawah untuk menghubungi Frederick supaya bisa menenangkan Rania saat ini yang sudah seperti tidak mengenali sekitarnya lagi.

"Aku akan pulang," ucap Frederick dengan dingin dan juga geram karena Rania saat ini tidak bisa dikendalikan nya.

Frederick meninggalkan perusahaan lalu menuju Penthouse tanpa di temani sang sekretaris. Tidak sampai satu jam di perjalanan akhirnya tiba. Frederick setengah berlari masuk ke dalam melihat Rania yang saat ini sangat berantakan sekali juga acak-acakan di atas tempat tidurnya.

"Dasar wanita tidak tahu untung!" Rania terkejut mendengar suara Frederick yang memanggilnya seperti itu hatinya sangat sakit.

"Lepaskan aku!" teriak Rania tidak kalah kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!