Rahma berlari menghampiri suaminya.
"Ujang!" teriak Rahma membuat semua orang di rumah yang tadinya sudah beranjak dari ruang makan, kembali masuk ke ruang makan.
Mereka kaget melihat apa yang terjadi.
"Ujang, ayo kita angkat Mas Rudi ke mobil!" perintah Rendy pada Ujang sang pelayan setia keluarga Herlambang.
Ujang dan Rendy langsung mengangkat tubuh Rudi lalu membawanya ke rumah sakit.
"Mas, bangun!" tangis Rahma sambil memangku kepala sang suami di dalam mobil.
"Kakak sabar, ya!" ucap Rendy menenangkan kakak iparnya.
Rendy berusaha melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Beruntung jalanan mulai sepi sehingga mereka dapat sampai di rumah sakit dalam waktu lima belas menit.
Sesampai mereka di rumah sakit.
"Dokter, tolong!" teriak Rendy.
Dua orang petugas UGD datang menghampiri Rendy.
"Tolong, kakak saya!" pinta Rendy memohon.
Dua orang petugas IGD pun melangkah cepat menuju mobil. Mereka mengangkat tubuh Rudi lalu membaringkan tubuhnya di atas brangkar yang telah mereka siapkan.
Mereka membawa Rudi menuju ruang pemeriksaan, setelah itu mereka melapor pada dokter jaga untuk memeriksa kondisi Rudi.
Dokter jaga pun langsung melakukan tindakan pada Rudi. Rendy, Rahma dan Ujang menunggu di depan ruang pemeriksaan.
Rahma terduduk lemas di bangku tunggu yang tersedia.
"Kakak tenang, ya! Aku yakin Mas Rudi pasti baik-baik saja." Rendy terus berusaha menenangkan kakak iparnya yang terlihat resah.
"Rendy, apa salah kami? Mengapa semua ini datang menghampiri kami?" Rahma mulai terisak.
"Sabar ya, Kak!" Rendy mengelus pundak Rahma agar kakak iparnya bisa tenang.
"Bu!" panggil Rania yang baru saja datang dengan Yoga.
Rahma menoleh pada Yoga dengan tatapan tajam.
"Ngapain kamu datang ke sini?" bentak Rahma.
Melihat amarah yang tersirat di manik ibunya, Rania langsung memeluk tubuh sang ibu.
"Bu, tenanglah!" lirih Rania.
"Ini semua gara-gara Mas mu, Rania." ujar Rahma kesal pada putranya.
Yoga langsung bersimpuh di kaki ibunya.
"Maafkan aku, Bu!" Yoga memohon.
"Tak ada gunanya kamu meminta maaf pada Ibu, jika kamu masih berhubungan dengan wanita itu." Rahma memukul-mukul pundak putranya.
"Iya, Bu. Aku janji takkan berhubungan lagi dengannya. Aku janji, Bu!" ujar Yoga penuh penyesalan.
"Keluarga pasien?" tanya seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
"Iya, Suster! Saya adiknya," sahut Rendy.
"Silakan, ikut saya!" ujar sang Suster lalu mengajak Rendy masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Rahma menoleh ke arah adik iparnya yang melangkah masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Yoga kini sudah berdiri di samping ibunya. Dia memeluk tubuh renta wanita yang paling dicintainya.
"Maafkan Yoga, Bu!" bisiknya di telinga sang Ibu.
Rahma hanya diam.
"Mungkin saat ini, diam adalah hal yang lebih baik. Semoga Yoga benar-benar berjanji akan meninggalkan wanita ular itu," gumam Rahma di dalam hati.
Tak menunggu lebih lama, Rendy keluar dari ruang pemeriksaan beriringan dengan Dokter.
"Bagaimana keadaan Mas Rudi, Ren?" tanya Rahma tak menggubris Yoga.
"Alhamdulillah, pasien sudah mulai stabil. Pasien hanya syok dengan beberapa permasalahan yang dipikirkannya. Membuat tekanan darahnya naik drastis. Beruntung tidak mengakibatkan stroke atau hal-hal yang tidak diinginkan. Saat ini, pasien butuh istirahat," jelas dokter panjang lebar.
"Alhamdulillah," lirih Rahma.
"Untuk sementara, pasien harus dirawat terlebih dahulu hingga kondisi stabil," ujar Dokter.
"Baiklah, Dok!" ujar Rendy menanggapi.
****
Yoga POV
Aku bersyukur keadaan Ayah baik-baik saja, ini semua ulahku yang mulai stres memikirkan keberadaan Istriku.
Hidupku dihantui dengan perasaan bersalah, aku ingin menyelesaikan permasalahan yang tengah aku hadapi dengan istriku yang sudah satu bulan tak dapat ku jumpai.
"Kamu tidak usah masuk!" pinta ibuku saat aku hendak masuk ke ruang rawat Ayahku.
Aku menghentikan langkahku, Aku duduk di bangku yang telah tersedia di depan ruang rawat Ayah.
Aku mulai menyesali kesalahanku, tapi aku tak bisa hidup tanpa Tania.
Aku memiliki rasa yang berbeda saat berada di samping Tania. Seakan aku menemukan cintaku yang sempat menghilang.
"Putri rubah!" teriakku saat gadis kecilku di bawa oleh sang Paman.
Saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa, Putri Rubah adalah sahabat kecilku yang selalu menghiburku saat diriku kesepian dan di rundung kesedihan.
Dia terpaksa pindah dari kota, karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan.
Hanya sang Paman satu-satunya keluarga yang dimilikinya.
Dia adalah cinta pertamaku, dan aku menemukan pribadi Putri Rubah di diri Tania. Hal itulah yang membuatku mulai mencintainya.
Drrrttt...
Getaran ponselku menyadarkanku dari lamunanku di masa lalu.
Ku lihat layar ponselku, tertera nama Tania di layar ponselku. Ku abaikan panggilan darinya, karena aku sudah berjanji pada ibuku untuk meninggalkan wanita yang kini mengisi hatiku dan dia bukanlah istriku.
Berkali-kali Tania terus mencoba menghubungi ponselku. Dengan berat hati aku mematikan ponselku agar dia tak lagi bisa menghubungiku.
"Mas," lirih Rania adikku yang tiba-tiba duduk di sampingku.
Aku menoleh ke arah Rania. Ku tatap sendu wajahnya. Terlihat jelas matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis.
"Hei, ada apa?" tanyaku pada adik perempuanku.
"Mas Yoga," lirihnya lalu dia pun memeluk erat tubuhku.
"Berjanjilah, Mas. Kamu akan meninggalkan wanita itu demi kebahagiaan keluarga kita," lirih Rania penuh permohonan.
"Maksud kamu?" tanyaku.
"Tinggalkan Kak Tania, demi Ayah!" pinta Rania.
Aku sadar, Rania juga terpukul dengan berbagai masalah yang hadir akibat ulahku.
"Iya, Dek. Mas akan tinggalkan Kak Tania," ujarku tegas tanpa ragu.
"Benarkah?" Rania memastikan perkataanku.
Aku menangkup wajahnya.
"Iya, Dek. Mas janji akan berubah. Mas akan meninggalkan Tania." Aku terus berusaha meyakinkan adikku.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memberitahukan keberadaan Kak Alisya," ujarnya yang berhasil membuatku kaget.
Aku tak menyangka Rania mengetahui keberadaan Istriku yang selama ini susah payah ku mencarinya.
"Di mana Alisya, Dek?" tanyaku penasaran.
Rania menoleh ke arah belakangnya untuk memastikan tak ada seorang pun yang mendengarkan percakapan kami.
"Saat ini Kak Alisya berada di Paris, bersama Kakek dan Nenek," ujar Rania memberitahukan aku keberadaan Istriku.
"Kakek sengaja membawa Kak Alisya, agar Mas Yoga tak dapat menemukannya," tutur Rania jujur.
Rania juga menceritakan, alasan dia tak bisa membalas pertanyaanku saat berkirim pesan denganku waktu itu.
"Terima kasih, Dek. Mas janji akan memperbaiki semua yang telah retak," ujarku meyakinkan adikku.
Walau hatiku sejujurnya menolaknya. Namun kali ini aku akan berkorban demi kebahagiaan keluarga besar Herlambang yang hilang seketika akibat perbuatan hina yang telah aku lakukan.
Untuk kali ini aku akan berusaha melupakan cintaku. Aku akan berusaha menghadirkan kembali cintaku yang telah terkikis untuk istriku.
"Mas harus berangkat sekarang! Aku harus menemui Alisya secepatnya!" seruku penuh semangat.
Aku berdiri dari dudukku, baru saja aku hendak melangkahkan kakiku.
"Kau tak perlu mencari Alisya!" terdengar jelas di telingaku suara pria bersahaja yang sangat ku hormati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zainab ddi
ya gimana sih adeky
2023-05-15
0
Ghina Azfa
tidak ada gunanya juga kamu mencari Alisya...hatinya telah hancur...
2023-02-04
2