Yoga Pov
Ku berlari mengejar istriku yang tiba-tiba ambruk saat dia membuka pintu kamar kami. Ku angkat kepalanya dan kudekap dia dalam pelukkanku.
"Sya, bangun!" seruku berusaha membangunkan istriku yang tak sadarkan diri.
"Alisya!" pekik ibuku histeris melihat menantu kesayangannya.
"Yoga! Apa yang kamu lakukan pada Alisya?" bentak Ibuku penuh emosi.
Sejak kemarin malam, ibuku benar-benar sangat marah dan benci padaku. Mungkin saat ini dia sangat membenciku karena kesalahanku. Entah masih dianggapnya aku sebagai putranya atau tidak aku pun juga tidak tahu.
"A-aku tidak tahu, Bu." Aku menggelengkan kepalaku.
"Kamu apakan dia? Hah?" Sekali lagi Ibuku membentakku penuh amarah.
"Aku tidak me-" Belum usai aku membela diri, Ibuku memotong ucapanku.
"Sudahlah, pergi kamu dari sini!" Lagi dan lagi ibu kandungku membentakku.
Bahkan kali ini dia telah mengusirku.
"Bu," lirihku memohon.
"Minggir, pergi dari hadapanku!" bentak wanita yang telah melahirkanku itu.
Dia mendorong tubuhku, dan membawa Alisya ke pangkuannya.
"Ujang! Lastri!" teriaknya memanggil pelayan di rumah kami.
Tak berapa lama, terlihat Lastri dan Ujang tergopoh-gopoh menghampiri ibuku dan Alisya.
Sedangkan aku melangkah pelan menjauh dari mereka. Tak ingin ibuku semakin marah terhadapku.
"Ujang, tolong angkat Alisya ke atas tempat tidur!" perintah ibuku pada Ujang.
Ujang pun langsung mengangkat Alisya masuk ke dalam kamar, dan membaringkannya di atas kasur. Diikuti oleh ibuku dari belakang.
"Lastri, kamu hubungi dokter Mira sekarang juga!" perintahnya pada Lastri.
"Baik, Nyonya!" sahut Lastri lalu dia pun melangkah tergesa-gesa mengambil onselnya yang tertinggal di kamar.
"Tutup pintunya, Jang!" perintah ibuku saat dia menangkap diriku di sela pintu yang sedikit terbuka.
Tatapan ibuku penuh kebencian terhadapku, akankah aku akan kehilangan semua keluargaku. Aku tahu ini semua salahku, tapi rasa cintaku pada sahabat istriku hadir begitu saja. Dan aku tak sanggup mengendalikan perasaanku padanya.
Aku melangkah keluar rumah, mungkin saat ini pergi dari rumah untuk sementara waktu akan lebih baik bagiku. Aku akan menyelesaikan masalah ini setelah situasi mulai aman.
Aku memasuki mobilku lalu melajukannya meninggalkan kediaman keluarga besarku. Seketika aku teringat pada Tania. Ku ambil ponselku dari dalam saku celana, ku tekan kontak Tania.
"Halo," ujar Tania saat panggilan telah tersambung.
"Tania, di mana kau saat ini?" tanyaku khawatir padanya.
"Mas Yoga, aku-" Dia tak menyelesaikan ucapannya.
"Siapa yang menghubungimu?" terdengar suara seorang pria berbicara padanya.
"Ti-tidak siapa-siapa," lirih Tania takut.
"Tania, Apa kau baik-baik saja?" tanyaku panik.
"Ti-tidak, ma-maafkan a-aku," Tania terbata-bata menjawab pertanyaan pria itu.
Aku mulai mengkhawatirkannya, panggilan terputus. Aku langsung menyambungkan GPS ponsel Tania ke ponselku untuk mengetahui keberadaannya saat ini, bersyukur aku sempat menyetel GPS ponselnya pada ponselku waktu itu.
Aku langsung melajukan mobilku menuju lokasi keberadaan Tania saat ini, sesaat aku lupa akan masalah di rumah dan kondisi istriku. Hatiku hanya mengkhawatirkan wanita yang jelas-jelas bukan muhrimku.
Aku sampai di sebuah rumah sederhana, tidak kecil dan juga tidak terlalu besar. Rumah yang memiliki halaman dan pekarangan yang luas. Sesuai petunjuk GPS, Tania berada di dalam rumah itu. Aku memarkirkan mobilku tak jauh dari rumah tersebut.
Aku turun dari mobilku, dan melangkah mendekati pagar rumah itu. Aku masuk ke dalam kebetulan pagarnya tidak terkunci.
"Mas, Tolong jangan lakukan ini padaku!" terdengar jelas suara Tania tengah memohon dari dalam rumah.
Ku percepat langkahku masuk ke dalam rumah itu. Sepertinya tengah terjadi perdebatan di antara mereka.
"Apa kau pikir aku akan membiarkanmu bebas begitu saja setelah menghilang berbulan-bulan tanpa kabar? Hah?" bentak seorang pria padanya.
"Kau pergi tanpa izin dariku, kali ini aku takkan melepaskanmu. Aku akan mengurungmu di rumah ini." Pria itu berbicara kasar pada Tania.
"Mas, aku tak mau mengikuti keinginanmu! Aku ini istrimu!" jelas terdengar suara Tania.
Mendengar percakapan mereka, aku yakin pria itu adalah suami Tania. Aku tak dapat melihat wajah pria itu karena posisinya tengah membelakangiku.
Entah masalah apa yang kini mereka perdebatkan, yang aku cerna dengan otakku saat ini adalah suami Tania tengah memaksa Tania untuk melakukan sesuatu yang Tidak diinginkan oleh Tania.
Aku terus mengamati sepasang suami istri itu berdebat, perdebatan mereka semakin tegang. Aku ragu untuk menghentikan mereka, karena saat ini aku berada dalam posisi yang salah. Aku akan hancur jika berbuat gegabah.
Akhirnya aku memilih untuk keluar dari rumah itu, lebih baik aku menunggu di luar dan memantau keadaan Tania dari luar. Aku akan menghubunginya nanti setelah situasi mereka sudah tenang.
Kini aku sudah duduk di dalam mobilku, ku kirimkan pesan pada Tania.
[Tania.]
[Apakah kau baik-baik saja?]
Pesanku terkirim, tapi belum terlihat centang dua berwarna biru. Mungkin Tania masih berdebat dengan suaminya itu. Aku masih setia menunggu kabar dari Tania.
Satu jam berlalu, aku masih berada di depan rumah Tania. Aku menunggu kabar darinya. Aku hanya ingin memastikan keadaannya.
[Iya, Mas Yoga.]
[Aku baik-baik saja.]
[Kamu di mana?]
Ponselku berdering menandakan pesan masuk, segera kubuka ponselku. Ku baca pesan dari Tania. Aku bersyukur lega saat mengetahui keadaannya baik-baik saja.
[Aku di depan rumahmu.]
[Ada masalah apa dengan suamimu?]
Aku mempertanyakan perihal perdebatan yang terjadi di antara dia dan suaminya.
[Kamu tahu dari mana, Mas?]
Dia tidak menjawab pertanyaanku, malahan dia bertanya balik padaku.
[Aku sempat masuk ke dalam rumahmu, dan melihat perdebatan yang terjadi di antara kamu dan suamimu.]
Aku jujur padanya dengan apa yang baru saja aku lakukan.
[Mas Yoga dengar apa aja?]
Aku megernyitkan dahiku heran.
[Nggak banyak, suara kalian tak terdengar begitu jelas.]
[Ada masalah apa?]
Tanyaku padanya penasaran, karena saat aku melihat mereka berdebat tak banyak yang dapat di tangkap oleh pendengaranku. Aku hanya menyaksikan Tania memelas dan memohon pada suaminya.
[Suamiku ingin menjualku pada temannya, Mas.]
Aku kaget mengetahui niat jahat suami Tania.
[Kamu harus keluar dari rumah tu sekarang juga!]
Pintaku mengkhawatirkan keadaan Tania.
[Iya, Mas. Tapi, saat ini aku belum bisa kabur.]
[Mas Yoga mau, kan bantuin aku?]
[Aku akan cari waktu yang tepat, nanti aku hubungi kamu lagi.]
Aku tak lagi membalas pesan dari Tania, aku melajukan mobilku meinggalkan rumah Tania dan suaminya karena saat ini aku merasa yakin Tania baik-baik saja. Dan dia pasti dalam pengawasan ketat oleh suaminya.
Sepanjang perjalanan aku memikirkan Tania. Namun tak sedikitpun aku teringat pada istriku yang tadi kutinggalkan dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Sejak Tania masuk ke dalam rumah kami, aku mulai merasakan seuatu yang aneh dan tak dapat kukendalikan. Banyak hal yang terjadi di antara diriku dan dirinya yang membuat kami semakin hari semakin dekat sehingga aku melupakan bahwa aku adalah seorang suami dari wanita yang di panggil sahabat oleh Tania.
Hari semakin petang, perlahan langit jingga berganti gelap. Aku memilih untuk menginap di hotel. Dalam situasi rumah yang masih panas, meninggalkan rumah sementara adalah keputusan yang tepat untukku. Aku yakin, Alisya akan dijaga oleh Ibu dan keluargaku karena dia adalah satu-satunya menantu yang sangat disayangi oleh keluarga besarku.
Dan aku juga yakin, keluargaku tak akan mengizinkan Alisya keluar dari rumah.
Setelah chek-in, aku langsung melangkah menuju kamar yang sudah ku pesan. Di kamar hotel aku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, bersyukur aku membawa pakaian ganti yang selalu adai di dalam mobilku.
Setelah tubuhku terasa segar, Aku mengambil posisi berbaring di atas tempat tidur sambil membuka ponsel. Kulihat Rania sedang aktif, cepat aku mengirimi dia pesan.
[Dek,]
Pesan ku kirimkan.
[Mas Yoga.]
[Kamu di mana?]
Aku bingung harus menjawab apa.
[Gimana kabar di rumah, Dek?]
Ku abaikan pertanyaannya.
[Di rumah, saat ini .... ]
Rania tak lagi melanjutka tulisannya.
Apa sebenarnya yang tengah terjadi di rumah? Rasa penasaran mulai menghantuiku. Bagaimana keadaan Alisya sekarang?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zainab ddi
dasar suami ngak punya perasaan
2023-05-15
0
Ghina Azfa
Tidak perlu lagi tanya tanya keadaan rumah...
masa iya, baru nikah satu tahun udah kepincut sama wanita lain..
2023-02-02
5