Bab 4

Aku memutar bola mataku saat mendengar ibu mertuaku menyebut nama wanita yang sedang kucari.

"Kamu di mana? Kenapa pakai nomor telpon umum?" tanya ibu mertuaku sambil melirik ke arahku.

"Ibu, Baik. Kamu baik-baik saja, kan?"

"Yoga ada di sini, kamu mau ngomong sama dia?"

"Oh, ya udah." Ibu mertuaku memutus panggilannya.

"Alisya, Bu?" tanyaku setelah ibu mertuaku meletakkan ponselnya di atas meja.

"Iya," jawab Ibu mertuaku singkat.

"Dia bilang, nanti dia akan menghubungi kamu!" ujar Ibu mertuaku.

Aku mengobrol sejenak dengan Ibu Fatimah, tak lama aku bertamu di rumahnya. Aku pun pamit pulang setelah hampir satu jam kami mengobrol.

Kini aku telah berada di dalam mobil, aku tak tahu harus kemana mengarahkan laju mobilku, karena saat ini aku tidak tahu Alisya berada di mana.

****

Author Pov.

Alisya tengah duduk melamun di pinggir kolam berenang di temani cahaya bulan yang bersinar menyelinap masuk ke dalam taman belakang sebuah villa.

Alisya mengingat kebahagiaan yang terpancar di wajah setiap anggota keluarga yang mengetahui bahwa Alisya tengah mengandung cucu pertama keluarga Rudi Herlambang.

"Bu, Alisya harus pergi dari sini." Alisya memohon pada ibu mertuanya.

"Kenapa sayang?" tanya Ibu Rahma.

"Alisya belum sanggup untuk berjumpa dengan Mas Yoga," ujar Alisya sambil menundukkan kepalanya.

"Sayang, jika kamu mau, Ibu takkan mengizinkan dia masuk ke dalam rumah ini." Ibu Rahma membujuk Alisya untuk tetap berada di rumah keluarga besar mereka.

"Hem," terdengar suara deheman dari depan pintu kamar Alisya.

"Ayah," lirih Ibu Rahma kaget saat mendapati ayah mertuanya.

Pria tua yang telah berumur tujuh puluhan itu melangkah menghampiri cucu menantu kesayangannya.

"Kakek," lirih Alisya menunduk menyimpan kesedihan di hatinya.

"Kakek sudah tahu apa yang terjadi," ujarnya memulai pembicaraan.

Dia memegang dagu Alisya lalu mengangkatkan dagu wanita yang membawa kebahagiaan dalam rumah besar miliknya.

"Kau tak perlu menangis, kakek dan semuanya ada untukmu," ujarnya.

"Maksud Kakek?" Alisya bingung mendengar pernyataan dari sang Kakek.

"Kamu harus ikut Kakek dan Nenek!" perintah Kakek.

"Ke mana?" tanya Alisya bingung.

"Rahma, suruh Lastri mempersiapkan semua barang-barang Alisya," titah Kakek pada menantunya.

"Baik, Yah." Ibu Rahma pun melangkah keluar dari kamar dengan berbagai pertanyaan di benaknya.

Ibu Rahma penasaran dengan apa yang akan di rencanakan oleh Ayah mertuanya.

Semua barang-barang Alisya, Kakek dan Nenek sudah di siapkan, sebelum Kakek Herlambang berangkat. Semua anggota keluarga di minta untuk berkumpul di ruang keluarga.

Suasana ruang Keluarga seketika terkesan menegangkan menunggu apa yang akan dibicarakan oleh kepala keluarga rumah besar ini. Kakek Herlambang tak pernah turun tangan dalam berbagai masalah yang ada di rumah itu. Namun, dia akan turun langsung jika permasalahan itu di anggapnya sudah terlalu rumit.

"Kakek sengaja mengumpulkan kalian semua di sini, Kalian sendiri mungkin sudah tahu apa yang terjadi di antara Alisya dan Yoga." Kakek menghela napas sejenak.

"Untuk itu, kakek akan membawa Alisya tanpa sepengetahuan Yoga. Kakek harap semua anggota keluarga serta pelayan di rumah ini tidak ada yang boleh berbicara dengan Yoga."

"Kita harus mendiamkan dia hingga dia sadar dengan apa yang telah dilakukannya,"

"Bagi siapa saja yang berani berbicara dengan Yoga akan mendapat hukuman langsung dari kakek," ancam Kakek Herlambang menutup pembicaraannya.

Mendengar hal itu, Rania yang tadinya sempat bekirim pesan dengan Yoga, menghentikan chatnya.

"Satu lagi, tak ada satu orang pun yang memberitahukan Yoga, bahwa Alisya sedang hamil." Kakek Herlambang menutup pembicaraan penting itu.

Lalu mereka pun berangkat, membawa Alisya.

"Rahma, Rudi, jika ada yang bertanya ke mana Ayah dan Ibumu pergi. Katakan Ayah pergi ke Paris mengurus perusahaan di sana," Kakek Herlambang meninggalkan pesan pada putra dan menantunya.

"Baik, Yah," sahut Rudi mengangguk diikuti oleh Rahma istrinya.

Kakek pun membawa Alisya ke sebuah villa milik sahabatnya di Bandung. Tak seorang pun yang tahu keberadaannya saat ini. Kakek Herlambang sengaja ikut campur dengan masalah Alisya dan Yoga karena dia tak ingin kehilangan menantu kesayangannya.

"Sayang, kamu ngapain di sini?" tanya Nenek menghampiri Alisya yang duduk menyendiri di pinggir kolam renang.

Alisya mengusap buliran bening yang tadi sempat membasahi pipinya.

"Nenek," lirih Alisya.

"Aku hanya ingin menenangkan pikiran, Nek." Alisya menjawab dengan senyuman.

"Istirahatlah, sudah malam. Nenek sudah sediakan susu untukmu di kamar," ujar Nenek pada Alisya.

"Baiklah, Nek. Terima kasih,"lirih Alisya.

Alisya melangkah menuju kamarnya, sebenarnya dia merasa sedih dengan apa yang tengah di alaminya. Namun, support dan dukungan dari keluarganya membuat dia harus tegar dalam menghadapi masalah rumah tangganya.

Satu bulan telah berlalu.

"Ibu!" panggil Yoga saat selesai makan malam.

Rahma menghentikan langkahnya saat sang putra memanggil dirinya. Ada perasaan tak tega mendiamkan putranya selama ini.

"Ada apa?" tanya Rahma dingin pada putranya.

"Bu, aku mohon beritahu aku di mana Alisya sekarang?" Yoga memohon pada ibunya.

Rahma menoleh ke arah suaminya.

"Kamu takkan bisa berjumpa dengan Alisya jika kamu masih berhubungan dengan wanita itu," jawab Rudi tegas.

Rudi pun menarik tangan istrinya untuk masuk ke dalam kamar. Langkah mereka terhenti saat Yoga membanting gelas dan piring yang ada di atas meja makan.

"Aku tahu! Aku salah! Tapi mengapa kalian memperlakukan aku seperti ini?" bentak Yoga mulai emosi dengan sikap seluruh orang yang ada di rumah itu.

Rudi yang selama ini hanya banyak diam, dia melangkah mendekati Yoga yang tersengal-sengal menahan emosinya yang telah memuncak.

"Apa kau bilang?" bentak Rudi sambil menarik kerah baju Yoga.

Kali ini Rudi tak sanggup menahan emosinya.

"Di rumah ini tak ada orang yang melakukan perbuatan hina yang telah kau lakukan!"

"Lihatlah kakekmu yang setia pada nenekmu, Ayah pun tak pernah mengkhianati cinta ibumu. Tapi apa yang kau lakukan? Hah?" Rudi mendorong tubuh putranya hingga Yoga terjatuh ke lantai.

"Kakek dan Ayahmu tak pernah memberi contoh pengkhianatan pada kamu!" bentak Rudi lagi.

Rudi mengusap wajahnya kasar. Emosi yang terpendam selama ini akhirnya keluar juga. Melihat kondisi suaminya, Rahma langsung menghampiri sang suami.

"Yah, sudah! Kita masuk ke kamar saja," ajak Rahma mengabaikan putranya yang masih duduk di lantai.

"Ibu, Ayah! Kenapa kalian lebih peduli pada Alisya?" teriak Yoga tak terima dengan perlakuan keluarganya terhadap dirinya.

Rudi kembali tersulut emosi dia mendekati Yoga, lalu memukul Yoga.

"Apa yang kau bilang? Kami lebih peduli pada Alisya?"

"Apa kau tak pernah berpikir? Apa yang telah kau lakukan adalah sebuah kesalahan terbesar di dalam keluarga Herlambang.

"Kau telah mencoreng nama baik Herlambang dengan perbuatanmu!" bentak Rudi.

" Kau juga,--" Rudi tak dapat lagi melanjutkan ucapanya.

"Ayah!" teriak Rahma berlari mendekati Rudi yang tiba-tiba roboh tak sadarkan diri.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zainab ddi

Zainab ddi

salah tapi dia yg reseh

2023-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!