Malam harinya seperti yang di ucapkan Diman, kini ijab qobul akan dilaksanakan. Tak ada pesta megah atau apalah itu. Hanya ada bu Rina, pak Diman, bu Niken dan pak RT serta pak penghulu yang menikahkan Luna dan Delon.
Delon sudah siap dengan jas yang melekat pada tubuhnya. Dia juga sudah duduk berhadapan dengan pak penghulu. Wajahnya tak menggambarkan gurat kesedihan. Namun juga tak ada gurat kebahagiaan. Entahlah apa yang Delon rasakan. Mungkin dia senang karena menukahi kekasihnya. Namun disisi lain Delon juga merasa binging harus bagaimana saat sudah menikah nanti. Apalagi pak Diman, bapaknya Delon sudah mencabut semua fasilitasnya.
Disisi lain rumah tersebut, tepatnya di dalam kamar, Luna tengah menatap dirinya dari pantulan cermin. Tak ada gaun mewah ataupun riasan dari MUA ternama. Hanya sebuah kebaya sederhana milik ibunya dan make up seadanya yang melekat pada tubuh mungil Luna. Sama dengan Delon, Luna juga tak merasakan sebuah kesedihan. Namun juga tak merasa bahagia dengan apa yang terjadi saat ini. Mungkin Luna juga memikirkan hal yang sama dengan Delon.
"Lun"panggil Rina.
"Buk"panggil Luna balik. Bahkan mata Luna sudah berkaca kaca saat sang ibu ada di hadapannya.
Luna segera bangkit dari duduknya dan memeluk sang ibu erat. Air matanya tumpah seketika di pelukan ibunya.
"Maafkan Luna bu"ucap Luna disela sela isakannya.
"Sudah nak, ibu sudah memaafkanmu, sebesar apapun kesalahanmu kamu tetap anak ibu"balas Rina tak kalah terisak.
"Sekarang kamu sudah sah menjadi seorang istri, jadilah istri yang baik nak"lanjut Rina. Luna hanya mengangguk pasrah. Pernikahan memang impian setiap orang. Namun bukan pernikahan seperti ini yang Luna inginkan.
"Ayo kedepan, Delon sudah menunggu"ajak Rina. Lagi dan lagi Luna hanya mengangguk. Dengan sisa sisa isakannya, Luna di gandeng sang ibu keluar kamar menemui Delon.
.
.
.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, disinilah Delon dan Luna berada. Di sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata mewah. Bagi Luna rumah ini cukup nyaman untuk dirinya tinggali bersama Delon. Namun tidak bagi Delon yang terbiasa dengan kemewahan.
Setelah ijab qobul selesai, Delon dan Luna langsung di kirim ke kampung halaman Diman dengan di antar oleh supir suruhan Diman. Delon dan Luna memasuki rumah itu setelah supir yang mengantar mereka pergi. Sampai di dalam Luna memindai setiap sudut rumah yang terlihat masih terawat itu. Jelas terawat, sebab Diman mempekerjaan orang setempat untuk membersihkan rumah itu setiap 2 hari sekali.
Luna semakin masuk kedalam ruangan ruangan di rumah itu. Sampailah Luna di kamar yang akan dirinya tempati bersama Delon. Luna berniat membereskan baju bawaannya dan Delon. Namun karena sudah malam, Luna memilih untuk beristirahat saja, masalah membereskan baju bisa besok pagi.
Luna keluar kamar mencari Delon. Ternyata Delon duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
"Delon"panggil Luna.
"Kenapa?"tanya Delon.
"Ayo tidur, sudah malam, kamu pasti capek"ajak Luna.
"Duluan saja, nanti aku nyusul"ucap Delon. Luna mengangguk, dan meninggalkan Delon sendirian di ruang tamu.
Sepeninggalan Luna, Delon menyimpan ponselnya di atas meja. Dirinya menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan matanya. Menghela nafas berat seperti banyak sekali beban yang dia hadapi. Beban? Ya banyak beban yang Delon pikirkan. Mulai dari pekerjaan, Luna, dan nanti saat Luna melahirkan.
Sebelum di antar ke kampung Delon dan Luna di beri uang pak Diman 10 juta. Delon akan memikirkan untuk membuka usaha atau apalah dengan uang itu. Yang jelas agar uang tak habis sia sia.
Delon bangkit dari duduknya, menghampiri Luna yang sudah terlelap di kamar. Dirinya ikut merebahkan tubuhnya dan terlelap sambil memeluk tubuh mungil Luna.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments