Sebenarnya Arin sangat lelah dan ingin beristirahat karena itu ia izin untuk hari ini, tapi apa boleh buat istirahat hari ini batal karena ia tidak tega melihat Bibi Ika yang harus bekerja sendirian sedangkan dirinya justru berleha-leha di rumah.
"Harusnya kamu kerja aja tadi kalau akhirnya kamu juga bantuin Bibi," ucap Bibi Ika.
"Hehehe, gapapa, Bi. Arin juga gak tega akibat Bibi angkat-angkat batang nanti," ucap Arin.
"Astaga, Bibi cuma nyapu aja di sana gak pake angkat-angkat," ucap Bibi Ika.
"Gapapa, Arin bantuin aja. Lagian Bu Ani kan juga udah tahu kalau Rin suka bantuin Bibi," ucap Arin.
"Yaudah, terserah kamu, tapi kamu juga jangan capek-capek ya. Kamu juga besok kan kerja," ucap Bibi Ika.
"Siap, Bi," ucap Arin.
Saat ini Arin tengah membantu Bibi Ika untuk membersihkan rumah Bu Ani, Bibi Ika memang menjadi asisten rumah tangga di rumah Bu Ani. Bibi Ika akan bekerja setiap hari Rabu sampai Minggu dan mulai pagi sampai sore hari.
Bukan hanya menjadi asisten rumah tangga di rumah Bu Ani, tapi Bibi Ika juga menjadi buruh cuci jika memang ada yang membutuhkan jasanya, sebenarnya Arin sudah melarang Bibi Ika untuk bekerja, tapi apa boleh buat Bibi Ika selalu saja tidak mau Bibi Ika selalu mengatakan jika dia tidak bisa berdiam diri dan menunggu Arin pulang di rumah.
Saat ini Arin sedang menyapu halaman rumah Bu Ani yang bisa dikatakan cukup luas, meskipun begitu Arin maupun Bibi Ika tidak pernah mengeluh karena mereka percaya bahwa setiap orang pasti punya rezekinya masing-masing.
Saat Arin tengah menyapu halaman rumah tersebut, Bu Ani datang dan berbicara dengan Bibi Ika, entah apa yang mereka bicarakan karena Arin tidak dapat mendengarnya.
Setelah berbicara dengan Bibi Ika, Bu Ani tidak langsung masuk ke dalam rumah melainkan duduk di teras dan menatap Arin, "Rin, berapa umurmu sekarang?" tanya Bu Ani.
"25, Bu," ucap Arin yang sedikit bingung atas pertanyaan dari Bu Ani karena tidak biasanya Bu Ani bertanya seperti itu padanya.
"25 ya, kalau begitu seharusnya kamu sudah menikah Rin, tapi sampai sekarang kamu masih belum menikah, kasihan Bibimu. Dia pasti ingin kamu ada yang menjaga," ucap Bu Ani.
Ucapan Bu Ani membuat Arin merasa tidak enak dan memang benar apa yang dikatakan Bu Ani, bukan hanya Bu Ani yang berkata seperti itu, tapi masih banyak lagi tetangga yang berkata seperti itu.
"Doakan saja Bu, secepatnya saya segera menikah. Tapi, saya juga tidak ingin buru-buru karena saya juga belum memiliki calonnya nanti kalau ada yang cocok langsung saya kenalin ke Bibi," ucap Arin yang berusaha agar tidak terbawa emosi dengan pertanyaan Bu Ani.
"Iya, tapi jangan lama-lama nanti malah jadi perawan tua loh, Siska aja udah nikah dan sekarang lagi hamil loh lah kamu belum, padahal nih ya saya kirain kamu yang nikah duluan soalnya kan kalian seangkatan," ucap Bu Ani tanpa memikirkan perasaan Arin.
Ya, Siska merupakan anak dari Bu Ani dan memang dia satu angkatan dengan Arin, mereka tidak pernah akur lebih tepatnya Siska yang tidak suka dengan Arin karena Arin lebih populer dibandingkan dirinya waktu sekolah.
Arin dan Siska sendiri memang satu sekolah saat di SMP lalu mereka beda sekolah saat SMA karena Siska pindah ke kota C dan baru kembali untuk melanjutkan kuliahnya di kota A.
Saat Siska kuliah, Arin berada di negara B sehingga mereka tidak saling bertemu dan mereka bertemu saat Siska menikah dengan Surya.
Efek dari perkataan dari Bu Ani tentu saja membekas di hati dan pikiran Arin, bagaimana tidak, dia merasa dihina secara halus dan membandingkannya dengan Siska anaknya yang sudah berkeluarga.
Namun, inilah Arin, dia tidak pernah meladeni omongan dari orang-orang mengenai dirinya yang sampai saat ini belum menemukan pasangannya diusia yang terbilang cukup untuk berkeluarga.
Karena memang di lingkungannya hampir semua perempuan sudah menikah saat mereka selesai sekolah ataupun lulus perkuliahan.
Rata-rata di lingkungan tempat tinggal Arin, perempuan di sana menikah di usia 19 sampai 23 tahun dan lebih dari itu maka perempuan di sana akan dibayang-bayangi dengan pertanyaan kapan menikah dan hal itu juga yang dialami Arin.
.
Sudah jam 6 pagi tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam kamar Zehan, mungkin karena semalam Zehan begadang karena main game bersama Abrar yang semalam ada di rumahnya.
Saat Zehan masih larut dalam mimpinya tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang wanita yang akhirnya membangunkan Zehan dari tidurnya.
Saat Zehan bangun dan melihat orang yang sudah mengganggu tidurnya pun tidak terkejut karena orang tersebut adalah Mama Naura.
"Kamu ini ya, Han. Ayo bangun, kamu lupa kalau sekarang kamu harus gantiin Papa kamu di kantor kenapa malah masih tidur, cepet kamu mandi terus siap-siap ke bawah. Kalau dalam 15 menit gak turun Mama bongkar kamar kamu, cepetan," ucap Mama Naura.
Mau tidak mau Zehan pun bangun dan menuju kamar mandi memulai ritual mandinya dan setelah itu i menuju walk in closet nya dan memakai pakaian untuk bekerja di hari pertamanya menggantikan Papa Rendra.
Saat sampai di meja makan, Zehan melihat Mama Naura, Papa Rendra dan Chesa yang sudah berada di sana, "Cie Kak Zehan makin cakep aja," ucap Chesa.
"Iya dong, Dek. Kan Kak Zehan ini menuruni wajah tampannya Papa," ucap Papa Rendra.
"Udah ayo makan," ucap Mama Naura dan setelah itu keluarga Gulzar pun sarapan dengan tenang tanpa ada obrolan.
Chesa sudah berangkat sekolah bersama temannya Dilla yang rumahnya tidak jauh dari rumah keluarga Gulzar.
Sedangkan, Zehan saat ini berada di ruang kerja Papa Rendra, memang sebelum pergi bekerja tadi Papa Rendra ingin berbicara pada Zehan.
"Han, kamu nanti kalau udah di kantor jangan dingin-dingin loh sama pegawai sana, mereka baik-baik soalnya dan Papa percaya sama mereka," ujar Papa Rendra.
"Zehan usahain Pa, meskipun Zehan juga gak yakin, ini aja kan Pa berkasnya? kalau udah, Zehan berangkat soalnya ini hari pertama Zehan dan Zehan tidak ingin ada kesalahan Pa," ujar Zehan dengan membawa berkas yang diberikan Papa Rendra.
"Iya, itu aja. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin Papa," ucap Papa Rendra.
"Iya, Pa," ucap Zehan dengan menganggukkan kepalanya.
Zehan berangkat ke kantor barunya dengan Pak Tio, Zehan menatap jalanan ibu kota yang tampak ramai dengan kemacetan dan ya memang saat ini tengah lampu merah dan saat melihat ke arah luar tiba-tiba mata Zehan dikejutkan dengan seorang perempuan yang selama ini membuatnya tak karuan perempuan pertama yang menjalin hubungan dengannya dan juga perempuan yang mengakibatkan Zehan tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita lain manapun meski banyak dari wanita tersebut menggoda Zehan, namun Zehan menolaknya.
Lamunan Zehan buyar saat Pak Tio menjalankan mobilnya karena lampu sudah berwarna hijau dan Zehan memandang tempat perempuan tadi berdiri, tapi sudah tidak ada, 'Mungkin hanya halusinasi aja, gak mungkin itu dia' ucap Zehan dalam hati.
Setelah kejadian tadi, Zehan menyuruh Pak Tio untuk menepi terlebih dahulu lantaran Zehan merasakan kepalanya pusing entahlah apa sebabnya, apa karena perempuan itu, Zehan pun tidak tahu.
"Tuan Zehan masih pusing?" tanya Pak Tio.
"Gapapa kok Pak, sekarang udah mendingan kita lanjut aja ke kantornya," ucap Zehan dan diangguki Pak Tio.
Sesampainya di depan kantor, sudah banyak karyawan yang berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut presdir baru mereka.
Zehan keluar dari mobilnya dan hal itu membuat banyak karyawan wanita yang tersenyum dan berbisik, Zehan sendiri bukannya tidak mengetahui hal itu, tapi ia hanya bersikap acuh karena merasa hal itu tidak penting.
Zehan berjalan memasuki Hara grup dan melihat banyak karyawan yang menunduk dengan rasa hormat, Zehan berjalan bersama Panji asistennya yang sudah bekerja kurang lebih 3 tahun dengan keluarga Gulzar.
Setelah itu, Zehan pun masuk ke dalam ruang kerjanya dan mendengarkan semua penjelasan dari Panji mengenai Hara grup.
Panji sendiri saat ini berusia 27 tahun, Meskipun Zehan lebih muda dari Panji, Panji tidak pernah sekalipun bertindak selayaknya lebih tua pada Zehan.
Selain itu, Panji juga sangat menghormati keluarga Gulzar karena Panji menganggap bahwa keluarga Gulzar lah yang menyelamatkan keluarga Panji dari para penagih hutang.
Karena itulah, Panji sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan mengabdi kepada keluarga Gulzar. Ia juga sudah sering berbicara dengan Zehan memang, tapi ini adalah kali pertama kalinya Panji bekerja dengan seorang Zehan, dimana banyak yang mengatakan jika Zehan adalah sosok yang dingin, cuek dan datar bahkan Zehan juga terkenal akan ketegasannya.
Meskipun begitu, Panji mengakui bahwa Zehan ini tidak seperti yang dibicarakan orang-orang diluaran sana, buktinya selama 3 tahun terakhir Panji bekerja dengan keluarga Gulzar, ia tidak pernah menemukan sikap yang orang bilang tentang Zehan.
Namun, hari ini Panji paham alasan orang-orang mengatakan hal itu karena sikap Zehan yang berbeda saat ada di rumah bersama keluarganya dan di luar rumah bersama orang lain.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
banyak typo jd kadang suka bingung
2023-02-28
1