Bantuan Arin

Seperti hari biasanya, hari ini juga hari yang sangat melelahkan bagi Arin apalagi hari ini toko roti yang sangat ramai dan juga banyaknya komplain dari beberapa pembeli.

Hal itu, karena hari ini oven yang biasa mereka gunakan untuk membuat roti rusak sehingga roti yang dibuat pun tidak seperti biasanya yang bervariasi.

Sedangkan, hari ini hanya ada empat variasi roti sehingga banyak yang mengurungkan niat mereka untuk membeli dan tak sedikit yang mengomel karena toko roti tidak menyediakan roti yang mereka inginkan.

"Maaf ya Mbak," ucap Ezra.

"Iya, Mbak. Saya dan Ezra tidak teliti sampai-sampai tidak tahu jika oven nya rusak dan malah bikin roti nya hangus," ucap Arin.

"Loh kenapa kalian justru minta maaf, Mbak gak nyalahin kalian kok. Namanya juga hal tak terduga kan ya, jadi gak ada yang tahu, lagipula ovennya emang harus ganti soalnya kan oven ini dipakai dari awal toko roti di buka. Ya, wajar lah kalua udah rusak," ucap Mbak Rina pemilik Toko roti Daily.

Toko roti Daily ini memang milik Mbak Rina, Mbak Rina sendiri orangnya ramah bahkan dengan pegawai pun Mbak Rina tidak sungkan untuk mengobrol dan saling bertukar pendapat untuk toko roti kedepannya.

Tapi, semenjak Mbak Rina menikah ia jarang mengunjungi toko roti hanya sesekali saja ia berkunjung sang suami yang bernama Mas Adit, banyak para pegawai yang merasa iri karena keromantisan Mbak Rina dan Mas Adit.

Saat akan pulang, Arin mampir ke minimarket terlebih dahulu untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah habis di rumah dan setelah itu, Arin pulang melalui gang terdekat dari rumahnya untuk pulang karena hari sudah malam dan akan semakin melelahkan jika ia melewati jalan besar di ujung.

Saat berada di gang yang lumayan sepi dan gelap tersebut Arin dikejutkan dengan orang yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan keras, Arin berusaha untuk melepaskan diri dari tarikan orang itu, tapi tarikannya semakin kuat dan Arin benar-benar tidak bisa memberontak.

Arin hanya bisa menangis karena ditarik dengan sangat kuat oleh orang dibelakangnya, "Tolong lepas, hiks hiks sa-sakit," ucap Arin dan melihat kebelakang.

"Siapa kamu?" tanya Arin saat melihat pria yang tidak ia kenal.

"Eh siapa nih cewek? dia bukan Lala," tanya pria itu.

Setelahnya, pria itupun melepaskan tangannya dari rambut Arin dengan kasar lalu pergi begitu saja meninggalkan Arin dengan keterkejutannya, 'Kenapa harus salah sasaran sih, sial dimana si Lala itu?' tanya pria itu dalam hati.

Pria tersebut terus berjalan tanpa meminta maaf pada Arin bahkan pria tersebut meninggalkan Arin yang masih menangis karena ketakutan.

Setelah pria itu pergi, Arin menghapus air matanya dan pergi dari tempat itu untuk pulang.

Arin menangisi nasibnya yang malang tersebut, padahal keluarganya merupakan salah satu keluarga terpandang, namun setelah kedua orangtuanya meninggal semuanya berubah.

Orang-orang yang dulu sering meminta bantuan ke keluarganya seolah lupa ingatan jika bertemu dengan Arin.

Arin hanya mampu memaafkan mereka yang hanya memanfaatkan keluarganya dulu karena Arin tidak ingin membuat masalah untuk dirinya dan juga orang di sekitarnya.

Sebelum pulang, Arin membenarkan terlebih dahulu pakaiannya dan wajahnya agar Bibi Ika tidak curiga, setelah dirasa semuanya sudah lebih baik, Arin pun pergi menuju rumahnya dan ia mendapati Bibi Ika yang tengah berada di ruang tamu.

Bibi Ika berdiri menuju ke arah Arin, "Kamu mandi dulu biar Bibi hangatkan makanannya," ucap Bibi Ika.

"Gak usah Bi, Arin langsung makan aja nanti Arin biar langsung tidur," ucap Arin lalu ia pun menuju dapur.

"Kamu ada masalah," tanya Bibi Ika, saat Arin sudah duduk di meja makan.

"Gak kok Bi, Arin emang lagi males aja mandi," ucap Arin dan tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, Bibi kira kamu lagi ada mas," ucap Bibi Ika.

"Gak kok, Bi. Bibi ke kamar aja biar Arin cuci sendiri piring sama sendoknya," ucap Arin.

"Yaudah, Bibi tinggal dulu ya," ucap Bibi Ika.

"Iya, Bi," ucap Arin.

Setelah makan, Arin pun membersihkan alat makannya lalu ia masuk ke kamar dan langsung tidur tanpa mandi atau mengganti pakaiannya, entahlah Arin merasa hari ini sangat berat ya sebenarnya setiap hari Arin merasa harinya adakah hari yang berat.

Pagi harinya, Arin terbangun saat handphone nya berdering, orang yang menelponnya malam-malam lebih tepatnya dini hari karena sekarang jam 2 pagi adalah sahabat tercintanya yaitu Kinan. Arin dan Kinan sudah bersahabat sejak SMP sehingga tidak heran mereka sangat akrab bahkan seperti keluarga sendiri.

Arin mengangkat telepon dari sahabat tercintanya ini "Hem kenapa, Nan?" tanya Arin yang masih belum benar-benar sadar dari kantuknya.

"Kamu lupa ya?" tanya Kinan dengan suara yang nyaring.

Mendengar suara nyaring Kinan, Arin pun membuka matanya dengan sempurna, "Kenapa sih, Nan? kok kamu teriak sih ini masih jam 2 pagi loh kamu pikir aku budeg apa gimana sih?" tanya Arin.

"Kamu lupa hari ini hari apa?" tanya Kinan.

Arin mengernyitkan dahinya, "Sekarang ya hari Selasa waktunya aku tidur sahabatku," ucap Arin.

"Ihh kamu bukannya hari ini janji mau bantuin aku ke kota X buat sosialisasi mengenai proyek penginapan dekat tempat pantai kan?" tanya Kinan dan membuat Arin terkejut karena lupa.

Memang dari 3 hari yang lalu Kinan meminta bantuan Arin untuk menemaninya, Kinan sendiri satu kantor dengan Arin hanya berbeda departemen saja, Kinan dari departemen pemasaran dan Arin departemen keuangan.

"Hehehe lupa Bu bos, oke aku siap-siap deh emang jam berapa berangkatnya, Nan?" tanya Arin.

"Jam 4, aku jemput biar gak siang sampai sana terus bisa sambil keliling kota X gitu," ucap Kinan.

"Oke, deh Nan," ucap Arin dan setelah itu ia pun mematikan sambungan teleponnya.

Saat ini, Arin sudah sudah membereskan semua keperluan nya dan ia sudah izin pada Bibi Ika bahwa ia akan ke kota X bersama Kinan.

Bibi Ika memang sudah mengenal Arin sejak dulu saat kedua orang tua Arin masih ada bahkan Kinan sendiri sering berkunjung ke rumah Arin sehingga Bibi Ika pun percaya pada Kinan yang tidak akan menjerumuskan Arin pada hal-hal yang tidak baik di luaran sana.

"Bi, Arin izin ya hari ini mau bantuin Kinan buat proyeknya soalnya temen kerjanya Kinan gak bisa dan Kinan minta bantuan Arin," ucap Arin pada Bibi Ika.

"Iya, Bibi izinin. Kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin Bibi," ucap Bibi Ika.

"Iya, Bi," ucap Arin dengan menganggukkan kepalanya.

"Halo! anak gadis datang," ucap Kinan dan masuk ke dalam rumah sederhana tersebut.

"Astaga Kinan, biasa aja dong emang yakin masih gadis," ucap Arin.

"Eh astaga Rin, kok ngomongnya gitu sih ya yakinlah masa aku udah jebol duluan gila kali kamu ya," ucap Kinan.

"Ya kan aku cuma mastiin aja," ucap Arin.

"Mastiin sih mastiin Rin, udah yuk berangkat sekarang aja," ucap Kinan.

"Iya, Bi. Arin berangkat dulu ya," pamit Arin dan diangguki Bibi Ika.

"Bibi, Kinan izin bawa Arin pergi ya, tapi nanti Kinan balikin kok Arin nya," ucap Kinan.

"Iya, kalian hati-hati dijalan ya. Jangan ngebut-ngebut," ucap Bibi Ika.

"Iya, Bi," ucap Arin dan Kinan.

Arin dan Kinan pun berada di mobil Kinan menuju kita X dan hanya mereka berdua, sebenarnya ini pekerjaan Kinan dan juga Alika, tapi Alika menyerahkannya pada Kinan dan Alika mengerjakan pekerjaan lain.

Sebenarnya Kinan sudah meminta anggota lainnya yang ada di departemen, tapi tidak ada yang bisa jadilah ia meminta bantuan Arin dan untung saja Arin ada waktu untuk menolong Kinan.

Mereka sudah sampai di tempat sosialisasi proyek yakni di tempat warga sekitar karena setelah proyek terlaksana banyak warga yang berminat untuk bekerja sama namun bingung harus melakukan apa.

Namun, disana ternyata bukan hanya ada Arin dan Kinan, tapi juga ada departemen lain yang ternyata juga ikut dalam sosialisasi proyek ini dan mereka sampai terlebih dahulu.

"Gila ya, ke apa mereka gak ngasih tau gue kalau mereka juga ikut sosialisasi, kalau gue tahu mereka ikut sosialisasi harusnya gue nebeng ke mereka dan gue gak usah ajak lo, lo pasti capek banget setelah kerja seharian dan bukannya istirahat lo malah gue Jak buat sosialisasi," ucap Kinan.

"Udah gapapa, Nan. Aku juga seneng kok bisa bantuin kamu sosialisasi," ucap Arin.

"Lo emang sahabat terbaik gue," ucap Kinan.

Ya, panggilan Kinan pada Arin memang berubah-ubah, kadang Kinan memanggil Arin dengan "aku-kamu", tapi kadang "lo-gue" dan Arin sudah memakluminya.

Kinan dan Arin pun menghampiri departemen lain, "Kenapa lain gak ngasih tahu gue kalau kalian juga ditugasin ikut sosialisasi ini?" tanya Kinan.

"Lah, gue udah tanya si Alika katanya tim pemasaran gak jadi datang makanya kita datang," ucap Tama.

"Yaudah, deh kalau gitu kita bareng aja," ucap Vidia.

"Oke," ucap Kinan.

Proyek ini sendiri sebenarnya sudah terlaksana sebelumnya dan saat itu masyarakat tidak ada yang menerima keberadaan penginapan tersebut.

Tapi, setelah melihat peluang bisnis dalam penginapan tersebut maka banyak warga sekitar yang berbondong-bondong ingin menjadi mitra Hara grup dalam bidang penginapan tersebut dan tentu saja hal itu disambut baik oleh perusahaan.

Skip sosialisasi!

Selesai sosialisasi, Arin dan Kinan tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan terlebih dahulu di sekitar pantai, "Wah bagus banget ternyata pantainya ya," ucap Arin.

"Iyalah lo sih yang kelamaan di negara B eh balik ke sini cuma ngedeprok di rumah terus tempat kerja jadi lo gak tau tempat lain kan, sebenarnya masih banyak loh tempat yang bagus di negeri ini, kapan-kapan deh gue ajak lo jalan-jalan gimana," ucap Kinan dan diangguki Arin.

Arin dan Kinan saat ini berada di tempat makan untuk mengisi tenaga mereka yang seharian ini terkuras akibat berkeliling pantai dan belum sempat makan karena senangnya berjalan-jalan di sekeliling pantai dan setelah makan mereka kembali melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke kota A.

Beberapa jam mereka tempuh dan akhirnya merek berdua pun sampai di rumah Arin.

"Makasih banget sahabatku tercinta karena udah mau nemenin sahabatmu yang nyusahin ini," ucap Kinan.

"Astaga, Nan. Kayak sama siapa aja sih, aku malah senang banget karena bisa bantuin kamu," ucap Arin.

"Aku terharu," ucap Kinan dan berpura-pura menangis.

"Udah gak usah drama, sama pulang kamu. Nanti Tante Juwita nyariin kamu loh," ucap Arin.

"Hehehe, oke. Makasih ya," ucap Kinan dan pergi.

.

.

.

Tbc.

Episodes
1 Kehidupan Arin
2 Pulang
3 Bantuan Arin
4 Perjalanan Yang Melelahkan
5 Halusinasi
6 Kecuali Kamu
7 Aku Sangat Merindukanmu
8 Dia?
9 Bebus!
10 Siapa Perempuan Itu?
11 Kangen
12 Pupus Sudah
13 Kenapa Diganti?
14 Aku Jahat Ya!
15 Sekalian Liburan
16 Aku Setuju
17 Impian Arin
18 Ini Gak Adil!
19 Foto
20 Terus Aku?
21 Menjauh Dari Zehan
22 Itu Namanya Keberuntungan
23 Move On
24 Seorang Pengecut
25 Penasaran
26 Harus Kembali
27 Keputusan
28 Tidak Hadir?
29 Terlalu Berlebihan
30 Seorang Pengangguran
31 Calon Mantu?
32 Kasihan
33 Sakit
34 Khawatir
35 Dasar Ratu Drama
36 Permasalahan Kita?
37 Kinan!
38 Wanitanya
39 Terpaksa
40 Kabur
41 Calon Suaminya Arin
42 Will You Marry Me?
43 Setuju
44 Salah Paham
45 Dasar Pengkhianat!
46 Zehan, Berhenti!
47 Jadi Nikah Gak?
48 Tegang
49 Yang?
50 Zehan!
51 Makan Kamu
52 Istrinya Siapa Dulu!
53 Luar Biasa
54 Cemburu
55 Gagal Lagi
56 Aneh Gimana?
57 Hamil?
58 Tidak Terima
59 Zehan Bangun!
60 Rencana Honeymoon
61 Contohnya Zehan
62 Menemani Adel
63 Kerja Bukan Honeymoon
64 Melakukan Apa?
65 Chubby
66 Beneran?
67 Diingatkan
68 Bunga Gerbera
69 Syarat?
70 Makan Siang Bersama
71 Seandainya
72 Pacar?
73 Itu Salah Satunya
74 Jadi Kak Arin!
75 Ketahuan
76 Zehan, Dimana?
77 Karena Arin
78 Arin, Semangat!
79 Gawat!
80 Pelakor
81 Dokter, Yakin?
82 Ngidam
83 Bohong
84 Terlalu Penasaran
85 Biar Surprise
86 Berpapasan
87 Mawar Putih Lagi
88 Turun Tingkat
89 Terserah Kamu, Rin.
90 Perutku Sakit, Han.
91 Resign Lagi
92 Permintaan Arin
93 Mama!
94 Semangat Kinan!
95 Fakta?
96 Alasan
97 Pelan-pelan, Rin.
98 Masalah?
99 Dimana Cucu Menantu?
100 Si Bumil Protes
101 Ganti Nomor
102 Sering Pusing
103 Gelisah
104 Uncle Bukan Papa
105 Saling Menyalahkan
106 Amnesia
107 Caranya?
108 Mimpi
109 Menaruh Hati
110 Sewa Cafe
111 Semuanya, Arin!
112 Arin, Han.
113 Calon Pasangannya, Arin.
114 Kesimpulannya Apa?
115 Siapa Dia?
116 Arin, Hamil?
117 Zayden
118 Apa, Lahiran!
119 Kok Bertiga?
120 Zayden, Mana?
121 Mama!
122 Iya, Mama.
123 Apalagi Sekarang?
124 Ka-kalian
125 Siapa Anak Itu?
126 Om Ganteng
127 Kamu Gak Salah Lihat!
128 Hampir Mirip
129 Kejutan!
130 Arin, Harus Pergi
131 Permintaan, Apa?
132 Zayden, Hilang.
133 Mainan
134 Ketiduran
135 Kaos Kaki?
136 Karena Apa, Yang?
137 Meninggal?
138 Papanya Zayden
139 Tergesa-gesa
140 Sejak Hari Ini
141 Zayden, Pasti Sembuh
142 Sempit?
143 Kayak Istana
144 Kita Pergi
145 Pernikahan?
146 Anak Ketiga?
147 Aku Juga Bangga
148 TAMAT
149 Jodoh Dari Allah
150 Sequel Nial & Maudy
151 Istri Pengganti
152 Cinta Dalam Diam
153 Terjebak Cinta Mafia
154 Menikahi Kakak Sahabatku
155 Assalamualaikum Gus Faiz
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Kehidupan Arin
2
Pulang
3
Bantuan Arin
4
Perjalanan Yang Melelahkan
5
Halusinasi
6
Kecuali Kamu
7
Aku Sangat Merindukanmu
8
Dia?
9
Bebus!
10
Siapa Perempuan Itu?
11
Kangen
12
Pupus Sudah
13
Kenapa Diganti?
14
Aku Jahat Ya!
15
Sekalian Liburan
16
Aku Setuju
17
Impian Arin
18
Ini Gak Adil!
19
Foto
20
Terus Aku?
21
Menjauh Dari Zehan
22
Itu Namanya Keberuntungan
23
Move On
24
Seorang Pengecut
25
Penasaran
26
Harus Kembali
27
Keputusan
28
Tidak Hadir?
29
Terlalu Berlebihan
30
Seorang Pengangguran
31
Calon Mantu?
32
Kasihan
33
Sakit
34
Khawatir
35
Dasar Ratu Drama
36
Permasalahan Kita?
37
Kinan!
38
Wanitanya
39
Terpaksa
40
Kabur
41
Calon Suaminya Arin
42
Will You Marry Me?
43
Setuju
44
Salah Paham
45
Dasar Pengkhianat!
46
Zehan, Berhenti!
47
Jadi Nikah Gak?
48
Tegang
49
Yang?
50
Zehan!
51
Makan Kamu
52
Istrinya Siapa Dulu!
53
Luar Biasa
54
Cemburu
55
Gagal Lagi
56
Aneh Gimana?
57
Hamil?
58
Tidak Terima
59
Zehan Bangun!
60
Rencana Honeymoon
61
Contohnya Zehan
62
Menemani Adel
63
Kerja Bukan Honeymoon
64
Melakukan Apa?
65
Chubby
66
Beneran?
67
Diingatkan
68
Bunga Gerbera
69
Syarat?
70
Makan Siang Bersama
71
Seandainya
72
Pacar?
73
Itu Salah Satunya
74
Jadi Kak Arin!
75
Ketahuan
76
Zehan, Dimana?
77
Karena Arin
78
Arin, Semangat!
79
Gawat!
80
Pelakor
81
Dokter, Yakin?
82
Ngidam
83
Bohong
84
Terlalu Penasaran
85
Biar Surprise
86
Berpapasan
87
Mawar Putih Lagi
88
Turun Tingkat
89
Terserah Kamu, Rin.
90
Perutku Sakit, Han.
91
Resign Lagi
92
Permintaan Arin
93
Mama!
94
Semangat Kinan!
95
Fakta?
96
Alasan
97
Pelan-pelan, Rin.
98
Masalah?
99
Dimana Cucu Menantu?
100
Si Bumil Protes
101
Ganti Nomor
102
Sering Pusing
103
Gelisah
104
Uncle Bukan Papa
105
Saling Menyalahkan
106
Amnesia
107
Caranya?
108
Mimpi
109
Menaruh Hati
110
Sewa Cafe
111
Semuanya, Arin!
112
Arin, Han.
113
Calon Pasangannya, Arin.
114
Kesimpulannya Apa?
115
Siapa Dia?
116
Arin, Hamil?
117
Zayden
118
Apa, Lahiran!
119
Kok Bertiga?
120
Zayden, Mana?
121
Mama!
122
Iya, Mama.
123
Apalagi Sekarang?
124
Ka-kalian
125
Siapa Anak Itu?
126
Om Ganteng
127
Kamu Gak Salah Lihat!
128
Hampir Mirip
129
Kejutan!
130
Arin, Harus Pergi
131
Permintaan, Apa?
132
Zayden, Hilang.
133
Mainan
134
Ketiduran
135
Kaos Kaki?
136
Karena Apa, Yang?
137
Meninggal?
138
Papanya Zayden
139
Tergesa-gesa
140
Sejak Hari Ini
141
Zayden, Pasti Sembuh
142
Sempit?
143
Kayak Istana
144
Kita Pergi
145
Pernikahan?
146
Anak Ketiga?
147
Aku Juga Bangga
148
TAMAT
149
Jodoh Dari Allah
150
Sequel Nial & Maudy
151
Istri Pengganti
152
Cinta Dalam Diam
153
Terjebak Cinta Mafia
154
Menikahi Kakak Sahabatku
155
Assalamualaikum Gus Faiz

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!