Bab 2. Paman Somar

Lilis mengaduk bubur yang ada pada mangkuk. Seperti biasanya Lilis akan menyuapi sang Ibu ketika menjelang sore hari. Sesekali Lilis membersihkan bagian bawah bibir Ibunya yang sedikit belepotan

"Ibu masih mau?"

"Tidak," jawabnya dengan pelan membuat Lilis mengangguk lalu meletakkan semangkok bubur itu ke atas meja yang tidak jauh dari ia duduk.

"Setelah makan nanti Ibu tidur, ya!"

"Assalamualaikum."

Suara salam dari luar terdengar membuat Lilis sontak saling berpandangan mata dengan sang Ibu.

"Siapa, ya Bu yang datang?"

"Mungkin Arul?"

"Ya ndak mungkin kalau kang Arul yang datang soalnya suaranya beda."

"Coba lihat!" pintanya membuat Lilis mengangguk lalu bangkit dan melangkahkan kakinya ke arah pintu utama.

"Paman Somar?" ujarnya sedikit tidak menyangka saat melihat paman Somarnya yang nampak melepas sepatu sambil menenteng sebuah tas yang terlihat sedikit agak besar.

"Sudah balik dari kota?" tanyanya.

"Sudah pulang, dong tapi tidak lama. Paman punya bisnis di kota," jelasnya sambil melangkahkan kakinya menaiki anakan tangga dan setibanya ia langsung memeluk tubuh Lilis yang sedikit tidak menyukai pelukan dari Pamanya itu.

Lilis tau Pamannya itu adalah saudara dari Bapaknya tapi tetap saja ia tak suka jika dipeluk seperti ini. Dia dulu telah menikah tapi sayangnya istrinya itu telah meninggal dunia dan begitu pula juga dengan putrinya yang masih berusia 4 bulan pada saat itu. Kata orang arwah sang Ibu memanggil putri kecilnya tapi entahlah Lilis juga tidak mengetahuinya lebih jauh.

"Dimana Ibumu?"

"Ada di dalam Paman."

"Sudah sembuh?"

"Belum."

"Oh, tahan juga kamu merawatnya."

Lilis tersenyum kecil lalu ia membantu paman Somar untuk membawakan tasnya yang lumayan besar itu. Ia mengikuti langkah paman Somar, pria bertubuh tinggi dengan perut yang sedikit agak buncit serta perawakannya yang bisa dikatakan seperti preman. Lihat saja dengan rambutnya yang nampak panjang namun, sengaja diikat ke belakang sehingga tidak terlalu berkesan menyeramkan.

"Oh, sudah makan, ya?" tanya paman Somar saat ia telah duduk di samping Maria.

"Sudah paman."

"Buatkan paman teh!" pintahnya membuat Laras menganggu lalu berjalan menuju ke dapur.

"Rupanya kamu masih sakit-sakitan saja, ya. Cepatlah sembuh. Apa kamu tidak kasihan melihat Lilis yang harus mengurus kamu."

"Harus bagaimana lagi? Sepertinya susah untuk disembuhkan," jawab Maria dengan suaranya yang sedikit tidak jelas.

"Berarti kamu ini termasuk orang yang menyusahkan juga, ya."

Maria tersenyum kecil lalu menunduk. Saudara dari suaminya itu tidak pernah berubah. Setiap ujarannya penuh dengan kepedasan yang bisa saja menyakitkan hati seseorang tapi Maria tidak apa-apa memang yang dikatakan oleh saudara suaminya itu benar.

"Ini tehnya," ujar Lilis yang meletakkan secangkir teh itu di atas papan.

"Jadi sekarang apa kegiatan kamu, Lis?"

"Yah merawat Ibu, mengurus rumah dan memelihara kambing."

"Itu saja?"

Lilis mengangguk.

"Sayang sekali gadis cantik seperti kamu harus mengurus semuanya. Kenapa tidak menikah saja?"

"Belum mau Paman."

"Kenapa? Paman dengar-dengar banyak yang datang melamar. Kenapa tidak diterima saja?" ujarnya sambil menyalakan sebatang rokok yang telah ada di mulutnya.

"Lilis belum mau."

"Kenapa?"

"Lilis mau rawat Ibu dulu dengan baik."

Paman Somar tersenyum kecil membuat sudut bibirnya terangkat.

"Tuh, dengar itu Maria! Kalau dengar seperti itu harusnya kamu harus semangat untuk sembuh jadikan anakmu itu tidak perlu bersusah payah untuk merawat kamu yang sakit seperti ini."

"Tidak apa-apa paman, ini kan sudah kewajiban Lilis untuk menjaga Ibu lagi pula kalau bukan Lilis yang menjaga terus siapa lagi."

"Daripada kamu kerja mengurus kambing lebih baik pergi ke kota saja bersama dengan Paman."

"Ke kota?"

"Iya ke kota. Di sana paman punya bisnis."

"Bisnis apa itu?"

Lilis terdiam menanti Paman somar yang terlihat menghembuskan asap dari rongga mulutnya.

"Seperti restoran. Kamu bisa jadi pelayan di sana."

"Pelayan?"

"Iya, mau?"

"Bagaimana itu?"

"Hanya mengantar-antar makanan saja kemeja pembeli setelah itu sudah selesai. Gajinya juga banyak sekitar 3 juta."

Lilis berbisik menyebutkan angka 3 juta, itu lumayan banyak bagi Lilis. Tiga juta baru bisa Lilis dapatkan jika ia menjual sekitar dua ekor kambing.

"Banyak juga."

"Iya banyak. Kamu mau Lilis?"

Lilis terdiam sejenak lalu ia menatap Ibunya yang terlihat ikut terdiam dengan kedua matanya yang masih menatap putrinya itu.

"Lain kali saja."

"Loh, Kenapa?"

"Kalau Lilis kerja siapa yang akan jaga Ibu di rumah."

"Jadi kamu tidak ingin pergi?" tanya Paman somar seakan tidak yakin dengan jawaban Lilis.

Lilis menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Nanti Lilis pergi kalau Ibu sudah sembuh."

"Yah, terserahlah semua keputusan, kan ada sama kamu. Oh iya coba ambil tas itu!" tunjuknya membuat Lilis menoleh menatap ke arah tas yang tadi ia bawa.

"Yang itu Paman?"

"Iya cepetan ambil!" suruhnya membuat Lilis dengan cepat-cepat bangkit dari papan dan mengambil tas hitam yang dibawa oleh Pamannya itu.

Sedetik kemudian paman Somar mengeluarkan beberapa bungkus roti dan oleh-oleh lainnya dari kota membuat Lilis tersenyum bahagia.

"Ini roti rasa coklat, enak sekali. Makan ini Lilis!"

Lilis menganggu diiringi senyum yang mengembang di bibirnya, begitu lugu sekali. Kedua matanya berbinar menatap roti yang dijulurkan oleh Pamannya itu.

"Coba makan! Rasanya enak sekali," suruhnya membuat Lilis menurut.

"Wah, enak, ya Paman."

"Paman, kan sudah bilang."

"Lilis suka."

"Suka?"

Lilis mengangguk.

"Bagus kalau suka makan yang banyak-banyak!" pintahnya.

Dari sini paman Somar tersenyum sambil menatap raut wajah keponakannya yang sangat cantik. Rupanya ia tidak menyangka saudaranya itu punya anak yang cantik seperti Lilis. Pantas saja banyak pria yang menginginkan Lilis sebagai istrinya.

Bibir Paman Somar sedikit terbuka saat melihat bibir Lilis yang terlihat sangat indah menggigit roti yang ia beli di kota, sungguh sangat cantik sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!