...<•••>...
"Lilis cepat! Lilis!"
Suara teriakan terdengar membuat Lilis yang masih saja tertidur di atas tempat tidurnya sontak langsung bangkit dari tempat tidur setelah mendengar suara teriakan yang telah mengganggu tidur lelapnya.
"Lilis cepat!"
Suara teriakan kembali terdengar membuat Lilis dengan cepat bangkit lalu berlari menghampiri paman Somar.
"Ada apa Paman?"
"Ibu kamu!"
"Ibu kenapa, Paman?"
"Ibu kamu meninggal," ujarnya dengan wajah yang begitu panik.
Mendengar hal itu membuat Lilis begitu sangat terkejut. Rasanya jantung Lilis berhenti berdetak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh paman Somar.
"Meninggal? Tidak mungkin," bantahnya.
Dengan cepat Lilis duduk di samping Ibunya lalu menatap Ibunya yang wajahnya telah memucat serta tubuhnya juga telah kaku.
"Bu! Ibu kenapa, Bu?!!!"
"Ibuuuu!!!" teriaknya berusaha mengguncang dan membangunkan Maria tapi wanita yang telah terkena stroke selama dua tahun itu tak pernah menjawab.
"Ibu!!! Ibu, kenapa?"
"Bu! Ibu kenapa bisa meninggal, paman? Padahal semalam Ibu baik-baik saja," ujarnya lalu menangis sesenggukan.
"Ibu! Ibu bangun, Bu! Ini Lilis. Ibu dengar, kan suara Lilis?!!" ujarnya sambil membelai wajah Maria yang telah mendingin.
"Ibu!!!" teriaknya lalu memeluk tubuh Maria dengan erat.
Ibunya benar-benar telah meninggal. Entah bagaimana bisa padahal keadaan Ibunya itu baik-baik saja. Semalam ia masih sempat meminta minum tapi kenapa sekarang Ibunya telah meninggal seperti ini.
"Ada apa Lilis?"
Suara tanya terdengar membuat paman Somar serta Lilis menoleh menatap ke arah sosok kang Arul yang melangkah menghampiri.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kak Arul, Ibu teh meninggal!" adunya.
Mendengar hal itu membuat kang Arul berlari menghampiri dan tanpa sengaja menabrak tubuh paman Somar yang menatap tak suka.
"Apakah perlu pria ini juga saya hilangkan dari dunia?" batin paman Somar.
Kini Lilis terdiam. Dia menatap dengan serius kang Arul yang nampak menyentuh bagian pergelangan tangan Maria berusaha mencari denyut nadinya. Ia kemudian meletakkan jari telunjuknya itu di bawah hidung Maria namun, ia tak kunjung menemukan hembusan nafas dari sosok wanita yang telah melahirkan sahabatnya itu.
Kang Arul terdiam. Ia menggerakkan kepalanya dengan perlahan ke arah sosok Lilis yang masih terdiam.
"Kenapa? Kenapa kang? Ibu baik-baik aja, kan?" tanyanya lalu dengan pelan kang Arul menggelengkan kepalanya memberikan jawaban jika Ibunya sedang tidak baik-baik saja.
"Ibumu telah meninggal," ujarnya membuat tangisan Lilis meledak.
"Tidak mungkin. Ibu-i-bu tidak mungkin meninggal. Bu, banguuuun!!!" teriaknya.
...<•••>...
Di bawah naungan awan panas serta rindangnya pepohonan yang tumbuh di tempat pemakaman seakan menemani sosok Lilis yang masih menangis tersedu-sedu tepat di samping makam Maria yang baru saja telah dikebumikan.
Hatinya begitu sangat sakit setelah menerima kenyataan jika Ibunya, wanita yang selama ini telah ia rawat telah meninggalkannya.
"Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tinggalkan Lilis sendiri di sini? Dulu Bapak yang pergi sekarang Ibu lagi yang pergi."
"Sekarang siapa yang akan menemani Lilis di sini, Bu? Lilis tidak punya siapa-siapa lagi."
Paman Somar tersenyum kecil, sudah bibirnya terangkat. Dari sini ia bisa melihat para tetangga-tetangga di desa yang nampak menatapnya seakan mereka semua memandanginya dengan begitu penuh curiga.
Saat paman Somar ikut membalas tatapan mereka yang saling berbisik membuat warga-warga desa itu memutuskan untuk melangkah pergi seakan begitu takut jika harus berpandangan mata dengan paman Somar.
Kini yang tersisa tempat pemakaman adalah kang Arul dan juga Lilis serta paman Somar yang menghembuskan nafas panjang. Dengan pelan ia menatap tak suka pada sosok kang Arul yang masih saja setia berada di samping Lilis.
Paman Somar memutuskan untuk melangkah dan duduk tepat di samping kang Arul yang masih terdiam di sampingnya.
"Semua orang telah pergi lalu kenapa kamu masih ada di sini? Saya ingin kamu pergi dari sini!"
"Tapi-"
"Pergi cepat! Bertingkahlah seolah-olah kamu adalah sosok tetangga bukan orang yang sedang mencari perhatian," potongnya menyinggung membuat kang Arul yang nampak begitu tak senang dengan ujaran paman Somar memutuskan untuk segera bangkit dan melangkah pergi meninggalkan sosok Lilis dengan paman Somar.
"Ibu! kenapa Ibu tinggalkan Lilis sendiri di sini, Bu?"
"Lalu siapa yang akan menemani Lilis?"
"Jangan berbicara seperti itu!" tegur paman Somar membuat Lilis menoleh.
"Kamu bicara seakan-akan kamu sudah tidak punya keluarga lagi. Di sini, kan ada Paman. Kamu jangan menganggap Paman Somar sebagai orang lain!"
"Anggap paman Somar ini adalah Bapak kamu sendiri. Apalagi Bapak kamu itu, kan saudara kandung dengan Paman jadi secara tidak langsung Paman juga adalah Bapak kamu."
"Jadi jangan sedih! Paman akan tetap ada bersama kamu di sini," lanjutnya lalu tersenyum jahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments