KEHIDUPAN RANGGA

"Habis dari mana, kok gue gak lihat lo dikantin." tanya Melati saat Rangga duduk dikursinya ketika jam istirahat berakhir.

Dia tadi bersama dengan Rani dan Dio ke kantin, dan Melati tidak melihat keberadaan Rangga sama sekali dikantin.

"Kepo lo." jawab Rangga acuh tak acuh.

Melati mendengus kesal, sumpah dia menyesal bertanya, dia nanyanya baik-baik, ehh malah dijutekin oleh Rangga, benar-benar menyebalkan.

"Ya Tuhan, kuatkanlah hati hambamu ini menghadapi mahluk ciptaanmu yang satu ini, berikanlah hamba kesabaran berlebih karna selama satu tahun ini hambamu akan duduk berada didekatnya seperti ini." doa Melati dalam hati, begitu doanya berakhir dia kemudian mengusapkan tangannya diwajah seperti orang berdoa pada umumnya.

Dan hal itu ternyata dilihat oleh Rangga yang tidak sengaja menoleh ke arah Melati, "Ngapain lo."

"Berdoa, supaya gue dikasih kesabaran berlebih oleh Tuhan supaya kuat menghadapi cobaan yang bernama Rangga." jujur Melati.

Rangga mengerutkan keningnya, "Emang gue kenapa."

"Tanya saja sama diri lo sendiri."

Rangga hanya mendengus kesal mendengar jawaban Melati, gak enakkan diacuhkan, makanya jangan acuh tak acuh Rangga.

****

Sepi, dan sendirian itulah yang sering di alami oleh Rangga, gak di sekolah, di rumahnya pun sama, walaupun Rangga menyukai kesendiriannya, tapi adakalanya Rangga juga butuh seseorang untuk di ajak ngobrol, orang yang mengerti dan memahami dirinya.

Sejak kecil Rangga selalu sendiri, mama dan papanya adalah adalah tipe orang tua yang lebih mencintai pekerjaan ketimbang anak semata wayangnya, sehingga gak heran, Rangga lebih mencintai mbok Imah pembantunya, mbok Imahlah yang mengasuhnya sejak kecil sedangkan mamanya sibuk bekerja sebagai wanita karir. Meskipun mama dan papanya sering berdalih kalau kesibukan mereka demi kebaikan Rangga dan untuk mencukupi semua kebutuhan Rangga, tapi Rangga juga butuh kasih sayang, tidak hanya materi belaka.

Meskipun sekarang seiring dengan bertambah usianya Rangga tidak mempermasalahkan hal itu lagi, di samping dia sudah terbiasa, Rangga juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti belajar dan main game.

Setibanya dirumah, Rangga hanya menemukan beberapa pembantunya yang berlalu lalang dan menyapanya.

“Tuan muda, tuan sudah pulang, apa tuan mau makan.”

“Nanti saja ” jawab Rangga dingin sambil berlalu menuju kamarnya.

Di rumahnya yang besar, ada beberapa pembantu yang di pekerjakan oleh orang tuanya, para pembantu tersebut memilki tugas masing-masing, karna mbok Imah yang paling lama bekerja dengan orang tua Rangga, maka dialah yang di angkat sebagai kepala rumah tangga disana, dan Rangga hanya dekat  dengan mbok Imah, dan apapun yang berkaitan denga dirinya, Rangga hanya ingin dilayani oleh mbok Imah.

Rangga langsung mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian sehari-hari setibanya di kamarnya, sepulang sekolah dia berniat ke pantai asuhan tempat yang rutin di datanginya 3 tahun belakangan ini, meskipun di rumahnya ada beberapa pembantu yang mengurus rumahnya, tapi bagi Rangga, tetap saja rumahnya sepi dan mencekam, sehingga gak mengherankan kalau Rangga sering memilih pergi main-main ke pantai asuhan dan bermain dengan anak-anak yang tidak memiliki orang tua, melihat anak-anak malang tersebut mampu membuatnya merasa bersuykur karna masih di izinkan memiliki orang tua dengan kehidupan yang sangat layak, meskipun kedua orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan ketimbang dirinya.

“Mbak Tantri, mbok Imah mana.” tanya Rangga ketika berpapasan dengan pembantunya ketika dalam perjalanan menuju dapur untuk mencari mbok Imah.

“Mbok Imah pergi tuan, tapi mbok Imah berpesan sama saya, katanya titipan tuan di taruh di lemari dapur, apa mau saya ambilkan tuan.” mbak Tantri menawarkan.

"Gak usah, saya ambil sendiri saja."

Rangga langsung menuju dapur dan membuka lemari  yang di maksudkan oleh mbak Tantri, di sana Rangga menemukan dua kantong plastik besar berisi berbagai macam makanan yang telah dipesan Rangga untuk dibelikan oleh mbok Imah karna tadi pagi Rangga memberitahu mbok Imah kalau sepulang sekolah dia akan ke pantai asuhan.

Mbok Imah yang sudah  tahu kebiasaan tuan majikannya itu tanpa di minta mempersiapkan hal-hal yang sering dibawa Rangga untuk anak-anak panti, biasanya sieh Rangga akan membawa berbagaai macam biskuit, coklat, kue, permen dan banyak lagi deh makanan ringan lainnya.

Karna tidak mungkin membawa dua plastik besar tersebut menggunakan sepeda, Rangga berniat menggunakan mobil yang terparkir di garasi rumahnya. Sebenarnya mobil itu dibelikan untuk Rangga oleh papanya sebagai hadiah kenaikan kelasnya, tapi begitulah Rangga, dia lebih senang naik sepeda ketimbang naik mobil, karna menurut Rangga, menggunakan sesuatu dari uang hasil keringat sendiri lebih membanggakan ketimbang menggunkan fasilitas yang diberikan orang tua, sepeda itu dibeli oleh Rangga dari hasil keringatnya sendiri, sehingga tidak heran dia begitu menyayangi sepedanya yang selalu menemaninya saat berangkat dan pulang sekolah, tapi dalam keadaan tertentu seperti saat ini,

tidak mungkin baginya untuk menggunakan sepeda mengingat bawaannya lumayan banyak, sehingga dia harus menggunakan mobil untuk membawanya, dan Rangga sedikit bersyukur karna dibelikan mobil untuk mempermudah urusannya.

******

Begitu mobil Rangga memasuki pekarangan panti, anak-anak panti yang sudah sangat mengenal mobil Rangga berlarian sambil berteriak ke arah mobil.

“Asyikkkk, kak Rangga datang.”

“Horeeee, kak Rangga pasti bawa banyak permen.”

Teriak anak-anak tersebut bahagia begitu melihat mobil Rangga.

Wajah jutek Rangga yang sering menghiasai wajahnya setiap saat langsung berubah drastis, berganti dengan dihiasi senyum yang bener-benar sebuah senyum ketulusan.

Beberapa anak kecil langsung berlari menyongsong Rangga dan memeluk kaki Rangga, dan dalam waktu 2 detik Rangga sudah dikerebungi oleh anak-anak lucu nan imut tersebut.

“Kak Rangga kok gak pernah kesini.” tanya salah satu anak yang berumur 6 tahun mewakili temen-temanya yang lain.

“Iya maaf, kak Rangga memang agak sibuk dengan tugas sekolah belakangan ini, tapi sekarang kakak disini dan bawa banyak oleh-oleh buat kalian.”

Begitu Rangga menyelsaikan kalimatnya terdengar teriakan girang, “Horeeee, kak Rangga memang paling baik dan paling ganteng sedunia.”

Rangga hanya terkekeh karna sudah terbiasa mendengar kalimat tersebut.

Rangga dibantu anak-anak panti yang lebih besar mengeluarkan barang bawaannya, ibu pengurus panti keluar dan tersenyum menyambut kedatangan Rangga.

“Anak anakk, jangan berebut.” pinta ibu panti, “Tika..."panggilnya. 

“Iya.” seorang gadis sekitar umur 30 tahun menghampiri ibu panti tersebut.

“Tolong kamu atur dan bagikan yah supaya mereka bisa dapat semua.”

“Baik bu”

Sekarang ibu panti beralih sama Rangga, “Makasih lho nak Rangga sudah sering datang kemari nemenin anak-anak disini main dan selalu bawain anak-anak panti hadiah dan makanan.” ucap bu Ratih pengelola pantai asuhan KASIH BUNDA. 

“Iya bu sama-sama, saya seneng bisa nemenin anak-anak main kesini, kalau waktu saya luang, saya akan sering-sering datang kesini.” ucap Rangga tulus.

“Nak Rangga ini benar-benar anak yang baik ” puji bu Ratih, ”Di saat temen-teman seusia nak Rangga pada sibuk nongkrong, bermain ke mall atau jalan-jalan, tapi nak Rangga menyempatkan diri buat ke panti, menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak panti.”

“Ibu bisa aja, dipuji begitu kepala saya jadi besar lho.”

Bu Ratih terkekeh dengan candaan Rangga.

“Lagian saya sudah menganggap panti asuhan ini sabagai rumah saya sendiri."

Bu ratih tersenyum salut, dia jarang melihat anak muda yang berjiwa sosial seperti Rangga.

“Kakak ganteng, kakak ganteng.” seorang gadis kecil meraih tangan rangga dan menggoyang-goyangkannya untuk menarik pehatian Rangga.

Rangga duduk menyejajarkan dirinya dengan gadis kecil itu, “Kenapa sayang.” tanya Rangga dengan lembut.

"Lakak ganteng temenin putri yah main.”

Bu Ratih menimpali, “Putri sayang, mainnya sama temen-teman Putri dulu ya, kakak gantengnya mau istirahat dulu.”

“Gak mau, gak mau, Putri maunya sama kakak ganteng mainnya.”

Rangga mengacak-ngacak rambut gadis kecil yang di panggil Putri itu dengan sayang, ”Gak apa-apa bu, lagiankan aku datang kesini niatnya mau nemenin mereka main.”

“Horeeee, kakak ganteng mau nemenin  Putri main.” teriak gadis kecil itu kenceng seolah-olah memamerkannya pada temen-temannya yang lain sembari tangan mungilnya menarik tangan Rangga mencari tempat yang cocok untuk bermain.

Putri memperlihatkan boneka berbienya kepada Rangga, ”Kak, cantik gak boneka putri.”

“Mmmm, cantik gak yah.” Rangga mengoda Putri, putri jadi cembrut.

“Iya deh, boneka Putri cantik sama kayak Putri, cantik dan imut.” ucap Rangga mencubit pipi Putri yang tembem, mata gadis kecil itu berbinar.

“Bener Putri cantik dan imut kayak boneka barbie Putri." 

“Bener donk sayang.”

“Asyikk, Putri cantik.” polos gadis kecil itu membuat Rangga tertawa, “Kalau Putri cantik dan imut berarti kak Rangga mau jadi pacarnya Putri.”

Sempet kaget dengan pernyataan Putri karna tidak menduga gadis berumur lima tahun tersebut sudah tahu yang namanya pacaran, namun itu hanya beberapa detik karna selanjutnya Rangga menjawab, "Mau donkkk.”

“Horeeee.” jerit Putri, “Kakak ganteng sekarang pacarnya Putri.”

Lagi-lagi Rangga tertawa dengan kepolosan gadis kecil imut yang sekarang tengah berada di gendongannya tersebut.

*******

“Yakin kamu hari ini masuk sekolah sayang.” tanya mama Rita pada Melati ketika Melati akan membuka pintu mobil.

“Yakin ma, lagian Melati udah baikan kok sekarang.” Melati mengurungkan niatnya membuka pintu mobil dan kembali memandang mamanya, dia tersenyum ceria untuk menghilangkan kekhawatiran mamanya.

Kekhawatiran mamanya memang beralasan karna tiba-tiba saja kemarin penyakit Melati kambuh dan Melati di larikan ke rumah sakit, karna mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat sehingga Melati tidak sampai menginap dirumah sakit dan bisa di izinkan pulang oleh dokter.

Mama Rita menghela nafas, kemudian mengusahakan senyum dibibirnya, ”Mama percaya kok kalau Melati baik-baik saja, tapi inget pesan mama, Melati jangan terlalu capek yah, untuk pelajaran olahraga kamu gak perlu ikut, mama sudah ngomong sama kepala sekolah untuk pelajaran itu kamu dikasih konfensasi."

Melati hanya menggaguk dan sebelum keluar dari mobil, Melati terlebih dahulu mencium tangan dan pipi mamanya.

“Dah mama.”  lisan Melati sembari melambaikan tangannya begitu dia sudah berada di luar mobil.

“Dah sayang ” balas mamanya sebelum menjalankan mobilnya.

Sudah satu minggu Melati berstatus sebagai murid di sekolah barunya yaitu SMA TUNAS BANGSA, selama satu minggu itu Melati hanya dekat dengan Dio dan juga Rani, sementara itu Rangga temen sebangkunya yang misterius dan pastinya menyebalkan, sikapnya masih sama seperti pertama kali Melati duduk disampingnya, dia tetap dingin dan cuek dab hanya bicara seperlunya, itupun Melati yang cerewetnya minta ampun nanya ini- itu, tapi dijawab hanya dengan satu kata, Iya, nggak atau terkadang hanya dengan anggukan, dan itupun tanpa menatap Melati.

Dan masih sama seperti pertama kali Melati memperkenalkan dirinya di kelas, Melati masih di kerubungi oleh cowok-cowok yang nanya hal-hal yang gak penting, bahkan bukan hanya anak cowok dari kelas XI IPA 1 saja, nyatanya kecantikan Melati mampu menyihir anak kelas lain termasuk para kakak senior, sehingga dalam jangku waktu kurang dari satu minggu Melati menjadi murid populer dan tentu saja Dio yang selalu bertugas mengusir cowok-cowok yang mencoba mendekati Melati, untuk hal itu Melati merasa sangat berterimakasih pada Dio yang mau menjadi tameng pelindung baginya.

“Mel, tungguin gue donk.” panggil Rani dari belakang.

Melati menoleh dan melihat Rani yang berjalan ke arahnya.

”Pagi Melati cantik.” sapa Rani begitu sudah berada didekat Melati.

Rani tersenyum ceria, sepertinya dia bahagia hari ini.

“Pagi juga Rani cantik.” balas Melati yang juga ketularan senyum Rani.

“Cantikkan lo.” seloroh Rani.

“Cantikkan lo.” 

“Cantikan lo lah Mel.”

“Iya udah, kita berdua sama-sama cantik deh biar adil.”

“Bisa diterima.”

“Hahahahha.” dua gadis remaja tersebut tertawa-tawa dengan kekonyolan yang mereka ciptakan pagi tersebut sampai Rani teringat akan sesuatu yang langsung menghentikan tawanya.

“Astagaaaaaaa.” gayanya benar-benar dramatsis sambil menepuk jidatnya yang tertutup poni.

“Kenapa Ran.” tanya Melati khawatir.

“Aduhhhh, mati gue Mel."

“Emangnya malaikat maut nginformasiin sama lo akan nyabut nyawa lo sekarang.” respon Melati membuat Rani memukul lengannya.

“Kampret lo yah.”

“Habisnya kenapa sieh, apa yang membuat lo panik gitu.”

“PR gue.”

"Lo lupa ngerjain PR lo lagi.” tebak Melati tepat sasaran.

Rani mengangguk putus asa, “Matematika malah jam pertama lagi, gimana nieh.” Rani terlihat panik, ya iyalah siapa yang gak panik coba kalau gurunya super duper kiler seperti pak Kenan yang kalau ngasih  hukuman gak tanggung-tanggung.

“Gitu aja panik, ntar gue kasih pinjem punya gue.”

“Serius, gue boleh lihat punya lo.” Rani seolah tidak percaya.

“Tapi punya gue belum tentu bener sieh jawabannya, emang lo mau.”

“Masalah bener atau gak, itu nomer 70 Mel, yang penting ada yang dikumpulin sehingga tidak membuat pak Kenan marah.”

“Dasar emang lo yah, contoh murid jahiliyah lo.”

“Gue gak peduli deh Mel lo mau bilang apa, sekarang buku PR lo mana, gue mau salin mumpung masih ada waktu.”

Melati menarik resleting tasnya dan mengambil buku prnya dan menyerahkannya pada Rani.

Begitu buku tersebut telah berpindah ke tangannya, Rani kemudian dengan cepat mencium kedua pipi Melati dan setelah itu dia langsung tancap gas meninggalkan Melati sambil melambaikan tangannya, “Gue duluan.” teriaknya.

Melati hanya menggeleng “dasarrrr   Rani.”

*******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!