Begitu bel istirahat berbunyi, Rangga langsung berdiri dan meninggalkan kelas tanpa basa basi, dia hanya sempat melirik sekilas pada gadis yang menjadi teman sebangkunya itu, gadis itu hanya kembali memandangnya dengan tatapan sebal dan tentu saja Rangga mengacuhkan gadis tersebut dan dengan cueknya Rangga melewati gadis itu tanpa menyapanya.
Rangga melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, tempat yang tidak pernah absen dia datangi setiap hari sejak dia menyandang status sebagai pelajar di SMA TUNAS BANGSA.
Begitu berada diperpustakaan barulah Rangga bisa merasa tenang, suasana kelas yang ribut membuat kepalanya mau pecah, berkutat dengan buku membuat moodnya membaik.
Rangga merasa sebal pada murid baru yang duduk di sebelahnya, kalau bukan karna bu Eva, ingin rasanya dia mengusir gadis tersebut, pasalnya dia lebih suka duduk sendiri daripada punya teman tapi berisik.
”Siapa nama gadis menyebalkan itu." tanyanya pada diri sendiri karna lupa, padahal Rangga memiliki daya ingat yang kuat, tapi kok bisa nama gadis yang tidak terlalu panjang itu bisa dia lupakan begitu saja, mungkin karna bagi Rangga gadis itu tidak penting untuknya, itulah penyebabnya sehingga dia tidak ingat nama gadis itu.
"Aah, gue gak peduli siapa namanya.” desisnya setelah beberapa saat mencoba mengingat nama gadis itu dan tidak kunjung dia ingat, "Yang penting kehadiran gadis itu mampu membuat seisi kelas geger dan membuat keributan.” lirihnya.
Dan yang membuat Rangga bertambah jengkel adalah gadis tersebut duduk sebangku dengannya, padahal sejak kelas X dia sering duduk sendiri dan nyaman duduk sendiri, bukannya salah Rangga kalau tidak ada yang betah duduk dengannya, Rangga bisa dikatakan kejam karna di tidak segan-segan mendamprat orang jika dia merasa terganggu sehingga tidak aneh tidak ada yang mau duduk dengannya, bukannya merasa dikucilkan malah Rangga merasa bersyukur akan hal tersebut.
“Ekhmhhh.” suara deheman manja dari seorang cewek mengalihkan perhatian Rangga dari buku yang tengah dibacanya.
“Kak Rangga.“ panggil cewek itu malu-malu
“Iya.” jawab Rangga singkat.
Sik cewek itu menyodorkan sebuah taperware berbentuk kotak dan transparan yang bisa memampangkan isi di dalam taperware tersebut, Rangga hanya memandang taperware itu tanpa niat untuk mengambilnya.
“Ini buat kakak.” ucap cewek itu begitu dilihatnya Rangga tidak tergerak sama sekali untuk mengambil apa yang dia berikan sama Rangga.
“Buat gue.” ulang Rangga, “Kenapa lo ngasihnya ke gue, apa tampang gue kayak orang kelaparan.” ketusnya
“Bu bu bukan, bukan begitu kak, aku denger kakak suka kue coklat, makanya aku kasih kakak kue coklat." gagap cewek tersebut.
“Denger dari mana lo.” bukannya diambil saja, ehh malah dia nanya hal yang gak penting gitu, emang dasar Rangga.
“Eh itu, itu, saya dengernya dari temen kak.”
"Teman lo yang mana."
"Pokoknya temanlah kak, aku kasih tahu juga kakak tidak akan tahu orangnya."
“Sok tau temen lo itu."
“Ehh, emangnya kak Rangga gak suka yah.”
“Suka apaan, sama lo, iya emang gue gak suka.” pedas Rangga
Tapi sepertinya cewek itu sudah menguatkan iman dan mentalnya terlebih dahulu sebelum bertemu Rangga sehingga dia berusaha untuk tidak peduli dengan kata-kata pedas yang dilontarkan oleh Rangga barusan atau mungkin dia bener-benar cinta mati sama Rangga sehingga kata-kata Rangga dianggap angin lalu saja olehnya.
“Meskipun kak Rangga tidak suka aku, tapi kakak suka kue coklatkan.”
“Hmmmm.” gumam Rangga ambigu, tidak jelas apakah itu maksudnya suka atau tidak.
Meskipun begitu, mata sik gadis terlihat berbinar, dia dengan bangga berkata, “Ini...ini aku yang bikin lho kak kue coklatnya.”
“Lo gak berniat untuk racunin guekan.” benar-benar memang sik Rangga, sudah dikasih, gratis pula, lha sekarang dia malah suudzon lagi, untungnya sik cewek itu tidak tersinggung.
“Gak kak, gak kok.” balas gadis tersebut sambil mengeleng kuat.
“Bagus kalau gitu, gue jadi gak perlu gentayangin lokan kalau gue mati.”
Bukan tanpa alasan Rangga mengatakan hal tersbut, mengingat bagaimana sikapnya pada cewek-cewek yang menyukainya, dingin, cuek dan jutek, bahkan dia pernah menolak cewek mentah-mentah dengan kalimat yang cukup membuat dirinya dibenci seumur hidup oleh cewek yang ditolaknya. Karna sikapnya tersebut tidak heran banyak cewek-cewek yang membencinya, bahkan Rangga pernah dengar sendiri ada yang mengatakan bakalan meracuninya.
Gadis tersebut tertawa kecil mendengar kalimat Rangga, “Jadi kak Rangga gak nolak pemberian aku kan.” ujar sik gadis kembali menyodorkan kotak kue tersebut.
“Hmmm, makasih” ucap rangga lempeng sembari mengambil pemberian gadis itu lalu menaruhnya begitu saja diatas meja dan Rangga kembali berfokus pada bukunya.
“Dimakan yah kak, dan jangan lupa kasih like dan komennya.” lisan cewek itu sebelum pergi meninggalkan Rangga.
"Like dan komen, lo fikir status apa."
****
Dio hanya memandang kerumunan temen-temen kelasnya yang cowok yang saat ini menggrubungi Melati yang menjadi penghuni baru kelas XI IPA I, dari apa yang dilihat oleh Dio, cewek itu merasa risih; tapi Dio salut sama cewek bernama Melati itu karna dia berusaha bersikap ramah dan meladeni pertanyaan cowok-cowok itu.
“Mel, rumah lo dimana, kapan-kapan gue boleh main gak ke rumah lo.”
“Mel, ntar pulang sama siapa, kalau dianterin sama gue mau gak, dijamin lo bakalan gue balikin dengan utuh deh ke calon mertua gue.”
"Wuuu." sik cowok tadi mendapat sorakan dari teman-temannya.
"Calon mertua, calon mertua, lo fikir Melati suka sama lu apa."
Pertanyaan lainnya adalah.
“Mel, boleh minta nomer hp lo gak."
“Mel, lo punya adik gak, adik lo pasti sama cantiknya sama lokan.” Pertanyaan sok tau, Melatikan tidak punya adik.
Atau pertanyaan lainnya yang lebih konyol lagi,
"Lo mandi berapa kali sehari Mel, kok kulit lo putih banget, lo pakai bayclin yah untuk berendam.”
Itu beberapa pertanyaan temen-temennya yang bisa didenger oleh Dio dari tempat duduknya.
Melati masih berusaha meladeni penggemar barunya dengan berusaha bersikap ramah dan sesekali menolak ajakan cowok-cowok itu untuk ke kantin dengan halus.
Dan dari bangkunya juga Dio bisa melihat kalau wajah gadis itu bersemu merah, Dio yang notabennya sebagai ketua kelas berdiri dan berinisiatif untuk menyelamatkan gadis yang sekarang memerlukan pertolongannya dari cowok bar-bar dikelasnya.
“Hei, minggir lo semua, jangan ganggu gadis itu.”
Semua pandangan cowok-cowok yang tengah menggrubungi Melati seketika menoleh pada Dio dengan tatapan jengkel.
“Wah, gak bisa gitu donk Dio, barang bagus kayak gini aja lo mau embat sendiri.” protes Doni.
“Sialan, gue dibilang barang lagi, kalau nonjok orang gak dosa udah gue tonjok nieh bibir cowok nyablak.” tentu saja kalimat barusan hanya dikatakannya dalam hati oleh Melati.
“Bener tuh, gak adil lo bro.” sambung Udin yang duduk disebelah Melati.
Dio yang tidak mempedulikan ucapan Doni dan Udin menyeruak diantara temen-temannya yang berkumpul di sekeliling Melati, Melati hanya tertunduk ditempatnya.
“Slow donk semuanya.” Dio berusaha menenangkan protes temen-temannya sambil mengangkat kedua tangannya, ”Lo lo pada jangan jadi bar-bar donk, apa lo gak lihat tuh muka nieh cewek pucat banget gara-gara lo lo pada ngerubungin dia kayak semut.”
Sekarang semua mata itu tertuju pada Melati yang masih menunduk, ”Lo lo semua masih bisa kenalan sama dia.” tunjuk Dio pada Melati, ”Besok-besok jugakan, dan pastinya yang tertib donk.."
Lagi-lagi Melati berujar dalam hati, “Ini lagi, nolong sieh nolong, tapi jangan samain gue kayak pembagian sembako juga donk.”
Ternyata Melati berfikiran sama dengan Udin, buktinya dia berkata, “Lo kira pembagian sembako apa, tertib-tertib segala.”
“Sudah lo sana pada pergi dah.” usir Dio.
Dan dengan terpaksa cowok-cowok rersebut berlalu meningglkan Melati dengan tidak rela.
“Bye manis.” lisan cowok-cowok tersebut sembari melambaikan tangan.
Melati hanya membalas dengan senyum sopan.
“Pergi ya pergi, gak usah ganjen juga lo pada. ” respon Dio.
Cowok-cowok tersbut berkoor, “kayak lo gak aja.”
Begitu cowok-cowok tersebut sudah pada minggat, Dio bisa melihat ada kelegaan diwajah gadis itu, gadis itu sekarang mendongak dan menatap Dio.
“Makasih yah, ini kedua kalinya lo nolongin gue." ujar Melati.
“Santai aja lagi, kalau lo butuh bantuin lo jangan sungkan-sungkan ngomong sama gue.”
“Iya, sekali lagi makasih, maaf yah gue jadi ngerepotin lo lagi.”
“Gak repot kok, gue seneng kok direpotin apalagi sama cewek secakep lo.” gombal Dio.
“Gombal lo ya.”
“Tapi lo senengkan dibilang cewek cakep.”
“Iya sieh.”
Mereka berdua kemudian tertawa layaknya dua orang yang sudah lama saling mengenal.
“Oh yah, nama lo siapa tadi, Bunga yah, eh salah, Mawar, eh bukan juga kayaknya, Cempaka, atau bunga-bunngaan.” Dio mengerutkan kening mencoba mengingat nama gadis disampingnya itu.
Melati tertawa mendengar ocehan Dio sebelum dia menyebutkan namanya, “Nama gue Melati Rosalina Atmaja, tapi lo cukup panggil gue Melati aja.”
“Oh iya, Melati Rosalina Atamaja, kenapa nama panjang lo tidak bunga melati saja.”
Kali ini Melati ngakak, dia tidak pernah menyangka dihari pertamanya masuk sekolah bisa berkenalan dengan cowok sekocak Dio.
“Lho, kok lo ketawa, emang kata-kata gue lucu.”
“Iya lucu, mana ada orang namanya bunga Melati.”
Dio ikut tertawa, “Tapi bagus kok itu.”
“Iya bagus, ntar kalau lo punya anak kasih aja nama anak lo bunga melati.” kelakar Melati.
Dio menimpali juga dengan nada bercanda, “Iya asal lo yang jadi bini gue ntar.”
Lagi-lagi mereka ngakak, setelah tawa mereka reda, Dio kemudian memperkenalkan dirinya.
“Gue Hadio Putra Pratama, panggil gue Dio.”
“Hadio Putra Pratama.” ulang Melati, “Nama yang cukup keren.”
“Sekeren orangnyakan.” sambar Dio.
“Dih, narisi lo ya.”
“Ini fakta bukan narsis, lo bisa lihatkan bagaimana kerennya gue.”
“Iya lo keren, tapi kalau dilihat pakai sedotan boba.” Melati kembali tertawa.
“Ahhh, kampret lo Mel.”
“Bikin lawakan ngajak-ngaja donk, guekan juga ingin ikut tertawa, lo tau gak wajah gue hampir retak gara-gara diwajibkan serius dipelajaran bu Eva barusan.” seorang gadis berperawakan tinggi semampai dan bewajah manis tiba-tiba berdiri di depan mereka dan nyerocos.
“Apaan sieh lo Ran, kayak nyamuk aja gangguin orang.” seloroh Dio pada gadis yang baru datang tersebut.
“Huhhh ” gadis yang bernama Rani tersebut menoyor kepala Dio, “Ada cewek cakep aja lo langsung lupa sama gue, awas aja lo yah gak bakalan gue kasih pinjem contekan PR gue lagi.” ancam Rani dengan mimik wajah serius.
Dio yang menjadikan Rani sebagai penyelamat dalam setiap pr-prnya panik dan memohon, “Aduhh, jangan gitu donkk lo Ran, bercanda lah gue barusan itu gitu aja lo ambil hati.”
“Oke, gue cabut kata-kata gue barusan, tapi pulang sekolah lo harus anterin gue pulang.“
“Nganterin lo pulang, bukannya lo cewek tangguh, mandiri, kuat, otot kawat tul...."
Dio belum menyelsaikan kalimatnya karna Rani kembali menoyor kepala Dio, “Lo mau bilang gue Samsonwati gitu.”
“Bukan gitu, maksud gue, tumben-tumbenan lo minta anter, setau gue dari zaman purba sampe sekarang lo gak pernah mau gue anterin.”
“Itu karna waktu itu mobil gue baik-baik aja dodol, lah sekarang mobil gue lagi masuk bengkel tuh dan gue butuh tumpangan."
Melati hanya sebagai pendengar dan bergantian melihat intraksi antara gadis didepan mejanya dan Dio, dia mengambil kesimpulan kalau hubngan antara Dio dan gadis tersebut sepertinya begitu sangat akrab.
“Emangnya kenapa mobil lo sampai masuk bengkel.” tanya Dio balik.
,”Ihh, emang lo cowok, tapi bibir lo kayak cewek, crewet kayak emak-emak gosip dikomplek rumah gue, tinggal bilang iya atau gak aja, pertanyaan lo bercabang kayak soal matimatika.”
“Hahahaha.”
Melati yang dari tadi hanya sebagai pendengar tertawa mendengar kalimat yang dikeluarkan gadis tersebut.
2 pasang mata memusatkan perhatiaannya pada Melati, karna diperhatikan membuat Melati bungkam dan merasa bersalah, “Sorry." lirih Melati, “Habisnya kata-kata lo barusan lucu sieh makanya gue ketawa.” jujurnya.
Dan kini giliran Rani yang tertawa mendengar pengakuan bersalah dari Melati.
“Yeelahhh, gak usah merasa bersalah begitu, gue gak marah kok.”
Mendengar itu Melati lega.
“Oh ya, kenalin gue Rani, panggilan lo Melatikan.” Rani menyodorkan tangannya untuk dijabat oleh Melati .
Melati membalas uluran tangan Rani dan menjawab, “Iya, gue dipanggil Melati, tapi kalau lo mau lebih simple panggil saja Mel.”
“Gue temen Dio, dan gue adalah kapten chers.”
Respon Dio, “Pamer.”
Tapi respon Melati, “Kapten chers.” ulang Melati takjub, “Hebat banget lo.”
“Biasa aja kok, gak usah takjub kayak gue artis holywood donk.”
“Iya biasa aja.” cletuk Dio, “Soalnya team chearsnya rani ngdencenya kayak sapi ngamuk."
Melati tertawa.
“Enak aja.” lagi-lagi Rani menoyor kepala Dio, “Mata lo aja tuh yang katarak, team chears diangkatan kita dibawah kepemimpinan gue adalah team chears terbaik semenjak sekolah ini berdiri.”
Melati makin kagum meskipun belum pernah melihat team chears sekolah perform, “Kapan-kapan ajak gue nonton lo latihan yah Ran, gue kan juga ingin lihat.”
“Oke.” ucap Rani.
“Asyikkkkk.”
“Nonton team basket latihan aja Mel lebih seru, apalagi kaptennya ganteng kayak gue.” promo Dio.
“Lo kaptennya.” tanya Melati memastikan.
“Iya donkk, kerenkan gue."
“Ihh hebat.”
“Perasaan dari tadi lo takjub mulu deh Mel.” heran Rani.
“Gumana gak takjub coba, kalau punya 2 temen baru yang keren-keren kayak lo.”
Dio dan rani berpandangan dan kemudian tertawa, “Mel mel, besar kepala kami dibilang keren.”
“Gimana duduk dengan Rangga, betah gak Mel.” tanya rani membelokkan topik.
“Iya.” jawab Melati singkat karna gak tau harus menjawab apa karna belum mengenal Rangga lebih dekat, meskipun dari sekarang sebenarnya Melati sudah bisa menyimpulkan kalau Raggga menyebalkan dan kemungkinan sepertinya dia tidak bakalan betah duduk dengan Rangga, tapi mau bagaimana lagi, duduk dengan Rangga satu-satunya pilihan mengingat tidak ada bangku kosong yang tersisa.
“Tenang saja Mel, kalau Rangga macem-macam sama lo, aduin ke gue.” seloroh Dio.
“Dih, Rangga itu gak kayak lo yah bakalan macam-macam sama cewek." bantah Rani kemudian fokus pada Melati, “Gini yah Mel gue kasih tau, lo gak perlu khawatir bakalan diapa-apain sama Rangga, karna dia cowok paling aman dikelas ini, justru kunyuk ini nieh.” Rani menunujuk pas di jidit Dio, “Cowok pertama yang perlu lo waspadai.”
“Wah, jangan main fitnah orang doank lo Ran, jangan percaya sama dia Mel, gue adalah laki-laki paling baik di SMA tunas bangsa.” Dio membela diri.
Melati tersenyum mendengar perdebatan anatara Dio dan Rani, keakraban mereka mengingatkannya pada Denis dan Amara.
“Tapi kok kayaknya Rangga gak disukai yah oleh teman-teman kelas lainnya.” Melati bertanya meskipun dia sudah tau sieh sebabnya, tapi menurutnya gak ada salahnya kan bertanya.
“Gimana mau disukai Mel, kalau tuh anak jutek gitu dan suka nganggep orang lain patung.” jelas Dio.
Melati hanya mangut-mangut tidak bertanya lebih lanjut tentang Rangga lagi, "Bener sieh, gue aja dianggap patung sama dia." dalam hati Melati membenarka apa yang dikatakan oleh Dio.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments