Suara tawa terdengar setelah suara dentingan cangkir berhasil saling bersentuhan di atas botol-botol beralkohol yang berbaris rapi. Kali ini mereka sedang berpesta di tempat nongkrong mereka.
Ada banyak motor hitam yang terparkir di bagian parkiran tempat bercat hitam dengan gambar hiasan motor yang tak jelas karena telah pudar warnanya. Ada banyak orang di sini, yah gang motor ini memanglah punya banyak anggota dan pemimpinya adalah...
"Selamat ulang tahun geng motor, Balck motor yang ke lima tahun!!!" teriak Andra yang kini mengangkat segelas minuman alkohol berwarna pekat.
"Selamat!!!" teriak yang lainnya sambil bertepuk tangan dengan begitu bahagia.
"Gue bangga dengan lo semua yang masih setia berada di geng Balck motor, selamat!!!" teriak Andra lagi, yah dialah pemimpin geng motor ini.
Anggota geng motor itu kembali berteriak dan bersorak dengan tepuk tangan. Mereka terlihat sangat bahagia, benar-benar bahagia untuk malam ini.
"Nikmati hari ini!!!" teriaknya sambil mengangkat segelas minuman beralkohol lebih tinggi lalu meneguk minuman beralkohol itu sampai habis tak bersisa.
Semuanya bersorak saat Andra menghempas gelas itu ke atas meja kayu membuat botol-botol minuman itu berdentingan.
"Karena hari ini gang motor ulang tahun maka gue bakalan ngadain lomba balap di jalan Reden," ujar Andra.
"Huuuu, mantap!!!" teriak salah satu anggota Black motor.
"Nah, ini yang ok," ujar Satria sambil menunjuk ke arah Andra.
"Jam berapa ini jadi?" tanya Fandi semangat.
"Em, jam delapan malam aja deh," ujar Andra membuat semua teman-temannya itu mengangguk.
Dret Dret Dret...
Ponsel Andra bergetar di saku jaket hitamnya membuatnya yang masih menatap teman se-geng motornya itu dengan cepat merogoh sakunya.
"Mommy?" sebut Andra saat berhasil menatap layar ponselnya.
Andra bangkit dari kursi membuat semua orang yang duduk beralih mendongak menatap Andra dengan serius.
"Matiin musiknya!" pintah Andra lalu melangkah ke pojok ruangan.
"Meru, matikan!" teriak Yusuf membuat pria yang memakai pengikat kepala itu segera menyentuh layar ponselnya yang terhubung dengan speaker hitam.
Suasana kini sunyi dan tak ada diantara mereka yang kali ini bicara walau satu kalimat saja. Andra menarik nafas panjang lalu menekan layar ponselnya dan mendekatkan ke telinganya.
"Halo, Mom," ujar Andra memulai percakapan.
"Andra, kamu dimana, sih?"
Suara dari sebrang terdengar membuat Andra menggaruk bagian lehernya yang tidak gatal rasanya telinganya itu terasa panas jika mendengar suara Mommy-nya.
"Di tempat nongkrong."
"Pulang sekarang!"
"Sekarang banget? Tapi Andra baru aja kumpul," jelasnya.
"Ya iya lah sekarang, masa besok? Andra, ini itu udah sore, kamu juga pulang kampusnya pasti siang terus kumpul di situ lama banget. Cepetan pulang!"
"Iya, iya Andra pulang," ujar Andra.
Andra menghela nafas saat sambungan telponnya terputus. Andra memasukkan ponselnya ke saku jaketnya lalu menopang pinggang. Ia tak mengerti dengan Mommy-nya itu yang selalu mencarinya disetiap saat dan menelponnya setiap saat juga. Andra tak mengerti mengapa ia tak bisa bebas seperti teman-teman lainnya yang tak pernah sekalipun dicari oleh kedua orang tuanya.
Disetiap ia sedang asyik nongkrong bersama dengan teman-temannya selalu saja ponselnya ini berdering dan lain-lain lagi Mommy-nya pasti akan selalu menyuruhnya untuk pulang ke rumah.
Andra menoleh menatap semua teman-temannya itu yang masih terus menatapnya.
"Gue balik," ujar Andra lalu meraih kunci motor dari meja dan melangkah pergi ke arah motornya yang terparkir.
"Yah, kok gitu, Ndra?" tanya Yusuf yang kini ikut bangkit dari tempat duduknya.
"Mommy gue cariin gue. Katanya disuruh pulang," ujar Andra yang kini telah berada di atas motornya, memutar kuncinya dengan buru-buru lalu menancapkan gas meninggalkan tempat nongkrong membuat teman-temannya melongo menatap kepergian Andra.
"Iki lo minumannya belum habis," ujar Satria dengan medok sundanya.
"Namanya juga anak Mommy, toh," ungkap Meru sambil tersenyum.
"Nah, betul tuh, beda sama kite yang kayak anak jalanan. Gue aje yang punya Babe ame Enya enggak pernah dicariin, tuh," sahut Yusuf.
"Ya mungkin kamu anak pungut," cerocos Satria membuat semuanya tertawa.
"Eh, masih mending kau, Cup. Itu si Satria ndak punya Bapak," canda Fandi sambil menujuk.
"Enak saja, saya punya Bapak tapi-"
"Tapi di Inggris," potong Fandi, Yusuf atau nama panggilannya adalah Ucup dan Meru dengan kompak membuat suara tawa kembali terdengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments