Cerita Turun Menurun

Setelah sekian purnama, akhirnya mereka berempat bisa berkumpul di ruang keluarga seperti ini. Menikmati beberapa film dan mengobrol santai.

Sudah dibilang kalau Abel dan Galaxy masih muda untuk anaknya, jadi masih bisa diajak untuk bicara, melakukan aktivitas bersama. Jadi mereka bukan sekedar orang tua, tapi juga teman untuk anak-anaknya.

Biasanya juga mereka akan dengan senang hati berbagi cerita satu sama lain. Abel selalu menerapkan ini sejak mereka kecil sih. Karena Abel ingin dia dekat dengan anaknya dan menjadi orang tua terbaik yang bisa mereka katakan rumah. Karena jika sudah didefinisikan dengan rumah adalah, mereka pasti akan mencarinya pertama kali dalam setiap keadaan.

"Alana suka sekolahnya?" Tanya Galaxy pada Alana yang kini sudah menempel pada pelukannya.

"Suka, Pa. Suka banget, sekolahnya lebih besar dari di Bandung, Ana suka. Tapi Ana takut," jawab Alana.

"Kenapa takut?" Tanya Abella.

"Takut dibully."

Alano berdecak, masih saja Alana membahas soal bully membully, padahal sudah dia bilang kalau masalah itu akan menjadi urusannya. "Ada Alan!"

"Tuh ada kakak, jangan takut. Emang siapa yang mau bully anak Papa yang cantik? Yang ada maunya temenan sama Alana. Alana harus kaya Mama, dulu mama di sekolah kalau di labrak ya Mama kamu labrak balik," ceplos Gala.

"Mama galak ya, Papa?" Tanya Alana.

"Gak galak, cuma ya macan mau lahiran aja kalah," jawab Galaxy asal.

Abel menghela napasnya, ya dia memang bar-bar sekali dulu tapi bukannya karena apa-apa, karena memang dulu di matanya tidak ada yang menarik dan menyebalkan.

"Mama type Alan banget, tapi sayang di sekolah ceweknya menye semua," ucap Alano.

"Emang Alan gak punya pacar? Masa gak ada yang mau sama Alan sih?" Tanya Alana.

"Gak ada."

"Bukan gak ada, Sayang. Tapi Alan itu satu type tuh dulu, sama kaya papa. Banyak yang deketin tapi dianya gak mau," balas Abel.

"Termasuk mama?" Tanya Alano.

"Mama gak pernah tuh suka sama papa dulu, orang papamu suka lupa dunia. Jadi dulu tuh Papa kamu di usia segini dikasih tanggung jawab buat ngurus yayasan, terus dia lupa dunia. Papa sok keren, apalagi ceweknya anak famous sekolah, anti banget pokoknya dulu Mama sama Papa kalian."

"Anti-anti tapi ujungnya kamu suka juga sama aku," cibir Gala.

"Ya kalau gak suka-suka Alano sama Alana gak akan di sini sekarang, mungkin juga aku udah gak sama kamu!" Balas Abella tak mau kalah.

"Kalau gak suka kenapa menikah?" Tanya Alano penasaran.

"Dijodohin," jawab Gala santai.

"Loh Ana kira papa sama mama dulu kaya couple goals gitu di sekolah, terus kalian pacaran lama dan setelah lulus menikah dan hidup sama-sama," gumam Alana.

"Asal kalian tau papa kalian aja baru tau kalau mama satu sekolah sama dia setelah menikah jadi selama 1.5 tahun Mama gak keliatan. Saking lupa dunia," kata Abel dengan menggebu-gebu. Ya bagaimana ya, ini part tergemas dalam kehidupannya, iya gemas. Saking gemasnya dia ingin menampol wajah suaminya.

"Hahaha Mama kutu buku gitu?" Tanya Alano.

"Bukan, mama kalian dulu cewek paling cantik dan pinter di sekolah, tapi dia gak mau tersentuh sama orang lain. Mama itu, paling menghindari jadi pusat perhatian," ucap Gala.

"Terus-terus, Pa?" Tanya Alana penasaran.

"Ya Mama kamu dulu kayanya gak mau pacaran gak punya pikiran buat menikah juga. Dia maunya jadi wanita karier yang mandiri, setelah ada kalian entah kenapa maunya ngurus kalian aja sampai besar. Lagi, papa ini cowok pertamanya Mama."

Alano dan Alana mulai tertarik dengan kisah percintaan orang tuanya. Ya unik saja, ternyata di zaman itu masih musim perjodohan. Mereka kira, mereka lahir di zaman yang sudah sangat modern.

"Papa banyak cewek?" Tanya Alano.

"Banyak! Papa kamu dulu kalau ditembak sama cewek semuanya diterima dengan alasan kasian. Pacar Papa itu dulu cewek famous, tapi biasa aja sih kata Mama. Ya gitu deh," kata Abel.

Alano dan Alana bertepuk tangan, hebat papanya ini ternyata buaya kelas tinggi. Pasti di zaman mereka papanya ini sangat tampan, kalau sekarang Alano merasa dia lebih tampan dari papanya.

"Tapi Papa gak pernah suka sama mereka, bisa jatuh cinta cuma sama Mama. Karena yang susah ditaklukkan lebih menarik." Gala menaik-naikkan alisnya pada Abella, mulai kan narsisnya.

"Keren sih Mama, Ana mau jadi kaya Mama biar nanti Ana dapet cowoknya kaya Papa yang baik juga," kata Alana sambil senyum-senyum sendiri.

"Alah cengeng gitu, manja, apa apa Alan," ledek Alano.

"Ihhhhh Alan kenapa sih suka hancurin imajinasi Ana, kan Ana juga lagi belajar buat gak cengeng, cuma ya susah." Alana memajukan bibirnya gemas, kenapa ya rasanya Abel kalau melihat Alana ini masih seperti bayi, gemas sekali.

"Makanya udah jangan pacar-pacaran, ngapain juga pacaran. Nilainya benerin, banyak belajar," ingat Alano.

"Emang siapa juga yang izinin Alana pacaran? Masih kecil udah mikir pacar-pacaran, jangan dulu! Alana masih bayinya Papa," ucap Galaxy posesif.

Abel terkekeh sih melihatnya, Gala memang selalu begitu. Dia akan cemburu rasanya kalau Alana memiliki pria lain dalam hidupnya selain Gala dan Alano. Dia tidak akan pernah siap kalau putrinya berbagi perasaan lagi.

"Bener! Pacar-pacar terus pikirannya, masih kecil!" Timpal Alano.

Alana memajukan bibirnya lagi, padahal rasanya dia ingin punya kisah remaja seperti orang lain, yang bisa merasakan kisah cinta SMA, tapi memang kedua pria dalam hidupnya ini terlalu posesif.

Alana jadi membayangkan bagaimana nantinya kalau dia mempunyai pasangan. Pasti Alano dan Papanya ini akan mengintrogasi sekaligus mengintimidasi pasangannya. Kasihan sekali.

"Jadi Ana gak boleh pacaran?" Tanya Alana.

"Gak boleh, masih kecil!" Ucap Alano dan Galaxy bersamaan.

Alana menatap sang Mama berharap mendapat pembelaan, namun Abella hanya terkekeh melihatnya. Ya pantas juga, karena memang Alana masih imut-imut jadi harus mereka jaga sebaik mungkin.

"Oh iya, Ma, tadi temennya Alan nanya-nanya Ana, masa Ana dikirain pacarnya Alan. Parah gak sih Alan gak pernah ceritain kembarannya sendiri sama temen-temennya," adu Alana.

"Siapa? 4A? Iya, Alano?" Tanya Abella menatap sang putra.

"Gak gitu, Ma. Temen-temen Alan kalau liat cewek langsung cepet, Alan gak mau Ana jadi target temen-temen. Mereka ke rumah aja godain Mama apalagi Alana nanti."

"Jangan salah paham dulu, jadi selama Ana belum di sini lebih baik gak menceritakan apa-apa. Biar mereka tau sendiri," ucap Alano.

"Tapi Alan gak pernah tuh posting Ana di Instagram."

"Pernah!" Bela Alano pada dirinya sendiri.

"Apaan Alan posting tangan Ana yang diinfus doang pake tulisan gws, mana gak di tag. Oh atau Ana jelek ya jadi Alan malu punya kembaran kaya Ana?" Tuduh Alana.

"Astaga gak gitu!"

"Bohong, Ana tau Alan males kenalin Ana sama temen-temennya, cukup tau Ana mah. Gwaenchana, Ana sabar banget ini," kata Alana dramatis.

"Bahasa apa sih, Na. Gak paham!" Kesal Alano.

"Itu artinya gapapa, gapapa Ana digituin sama Alan," balas Alana.

"Balikin ke Bandung aja boleh gak, Ma? Pusing kalau dia ada di rumah," keluh Alano.

"Parah, Pa liat. Ana gak diinginkan di rumah ini."

Alano menghela napasnya, dia memang selalu sengaja menyembunyikan photo keluarga dan photo Alana kalau teman-temannya datang, ya karena menurutnya itu adalah cara terbaik untuk menjaga adiknya.

"Gak gitu, Ana! Alan cuma gak suka kalau Ana jadi bahan pembicaraan cowok-cowok player," ucap Alano.

"Oh berarti Alan juga cowok player ya?" Tanya Alana polos.

Lagi-lagi Alano menghela napasnya jadi dia lagi yang kena, padahal niatnya bukan seperti itu, padahal lagi Alano bukan pria seperti itu. Pada akhirnya mereka berakhir bertukar cerita sampai larut malam di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!