RULES NOMOR 1 : MT2

Semua peserta ospek berkumpul di auditorium, tidak salah sih kalau sekolah ini dinobatkan sebagai sekolah terbaik, ruangan auditorium ya saja sebagus ini.

Alana tersenyum tatkala dia menyadari kalau dia sekarang berada di sekolah yang tepat. Alana bukan orang yang suka mencari perhatian, dia tidak suka keramaian sebenarnya, tapi dia juga bukan introvert, hanya saja Alana menyukai hal-hal yang berbau ketenangan.

Tak lama setelah sambutan kepala sekolah, suara derap langkah beberapa orang menggema di seluruh ruangan. Ini waktunya sambutan Ketua OSIS, sudah bisa dipastikan kalau itu adalah 4 Prince Charming.

Mereka berempat berjalan di tengah jalan menuju podium, semua orang menatap kagum, tak terkecuali Alana yang memang malas saja melihatnya. Kenapa Alano harus menjadi bagian mereka juga? Alana tidak suka.

Sesampainya mereka di depan podium, Agam melangkahkan kakinya menuju microphone. Tatapannya tegas, wajahnya tampan namun datar dan juga suara serak basah yang membuat siapapun mendengarnya sudah pasti akan langsung menebak kalau itu adalah Agam. Karena khas sekali.

Agam menatap kertas-kertas yang dia pegang setelah itu dia menampilkan sebuah proyektor berisi peraturan-peraturan selama ospek. "Selamat pagi."

"Selamat pagi, Kak!!" Jawab semua peserta.

"Baik, perkenalkan saya Agam Alviano Abraham. Ketua OSIS BEA yang akan memandu dan memantau kegiatan ospek beberapa hari ke depan bersama anggota saya yang lainnya."

Agam menjeda ucapannya. "Saya yakin kalian semua pintar, jadi simak baik-baik peraturan yang sudah saya berikan, jika ada yang ingin ditanyakan silahkan angkat tangan."

Pepatah mengatakan, malu bertanya sesat dijalan. Tapi karena ketua OSIS dan senior lainnya terlihat seperti tentara romusha dan kerja rodi, tidak ada satu pun dari mereka yang berani membantah atau menanyakan lebih.

"Tidak ada? Kalau begitu–"

"Saya!" Alana mengangkat tangannya dan berdiri seraya menatap tepat ke arah Agam.

"Ya, silahkan."

"Pertama saya izin bertanya, peraturan nomor 1 itu maksudnya apa, MT2 boleh saya meminta untuk dijelaskan? Kedua, kenapa ada peraturan satu salah semuanya salah, satu dihukum semuanya dihukum? Bukannya itu gak adil ya, Kak buat peserta yang berusaha menjaga agar tidak terjadi kesalahan?"

Alano menatap Alana, kenapa harus Alana yang menanyakan hal ini? Memang sih dia paling kritis di rumah kalau soal apapun, tapi berurusan dengan Agam dengan kekritisan dan argumen yang selalu dia pertahankan, akan bahaya untuk dirinya.

"Untuk peraturan nomor 5, itu sudah resiko kalian. Kalian dituntut kompak di sini, berusaha berpikir dalam bertindak, karena kalau salah saya dan yang lainnya tidak akan segan-segan menghukum kalian."

"Baik saya bisa terima, namun untuk peraturan nomor 1?"

Agam tersenyum miring. "Gunakan analisis kalian, kalian pasti cukup pintar di sini untuk memahami dan menganalisa peraturan MT2. Jika melanggar, kembali ke poin 5."

Alana melongo, tak habis pikir. Bagaimana bisa dia tidak menjelaskan rules pertama dalam peraturan ini? "Loh kenapa gitu, Kak? Kalau kita semua gak di kasih tau dan tiba-tiba melanggar gimana? Gak fair dong, kita aja gak tau tuh apa yang di maksud, gimana caranya kita menghindari kesalahan coba?"

Semua peserta setuju dengan pendapat Alana, untung ada Alana yang berani sih, kalau tidak mungkin mereka akan terima-terima saja. Berbeda lagi dengan panitia OSIS di depan sama yang sudah memberi isyarat pada Alana untuk berhenti bertanya dan protes.

"Itu kenapa saya bilang tolong analisis, jika terjadi kesalahan bukankah menjadi clue untuk kalian? Make it simple."

"Gak bisa gitu dong, Kak. Kita ke sini mau ikut ospek, mau mempelajari seluk beluk sekolah, kita mau menimba ilmu dan kita di sini seharusnya diberikan edukasi bukan malah dikerjain kaya gini! Kalaupun mau tolong kasih clue saja, tidak perlu menunggu ada yang melanggar." Protes Alana lagi.

Talia berusaha membuat Alana duduk tapi gadis itu tetap kekeh untuk berdiri dan menatap Agam seolah menantangnya.

"Aduhh bocah, anak siapa sih itu? Gak tau aja dia dalam bahaya," gumam Anggara.

"Lan, kasih tau cewek lu, Lan," ucap Aiden seraya mengikut lengan Alano.

Alano lagi-lagi hanya menghela napas seraya memijat pangkal hidungnya. Cukup pusing melihat Alana berdebat dengan Ibunya dan sekarang dia harus berdebat dengan Agam? Tidak habis pikir.

"Kemari, biar saya beri clue." Agam bersidekap dada seraya menatap Alana dengan tajam.

Bukannya takut Alana malah menaruh buku dan juga tasnya di kursi untuk maju ke depan. Tatapannya nyalang, lagian kenapa juga harus takut kalau dia tidak salah.

"Kamu tau, sekarang saja kamu sudah melanggar peraturan pertama. Jadi silahkan kalian berlari 5 putaran keliling lapangan!" Instruksinya.

"Hah?!!" Semua peserta kaget, ada apa ini? Memang kesalahannya di mana?

"Tunggu! Kenapa dihukum, emangnya aku ngelakuin kesalahan apa? Gak bisa lah Kak Agam hukum mereka semua!"

"Bisa, baca peraturan nomor 5. Jadi, segera laksanakan!"

Alana menghela napasnya, sekilas Alana melirik ke arah Alano yang memintanya untuk menurut, namun gadis itu tidak akan pernah terima selama pertanyaannya belum terjawab. "Jangan! Jangan hukum mereka."

"Baik, karena ini pelanggaran pertama saya tidak akan menghukum semuanya, tapi kamu yang harus menanggung hukuman mereka, lari 10 putaran!" Tegasnya.

"Kakk!!"

"15 putaran dan jika kamu membantah lagi saya akan benar-benar menghukum teman-teman kamu!".

Alana menahan napas seraya mengepalkan tangannya, demi apapun ini menyebalkan sekali, tapi tidak mungkin juga dia membiarkan yang lain di hukum karena kesalahannya.

"Silahkan keluar dan tolong Anggara dan Aiden kawal dia sampai hukuman selesai!"

"Siap!" Sahut keduanya.

Alana mendengus masih belum tuntas sebenarnya, tapi daripada hukumannya ditambah lebih baik dia ikuti saja meskipun sangat dongkol.

Akhirnya dengan di temani Anggara dan juga Aiden Alana melaksanakan hukumannya berlari keliling lapangan. Terhitung sudah 2 putaran dia jalani.

"Gila ya itu cewek si Alan, berani banget sama Agam," gumam Aiden seraya bersidekap dada.

"Ya gimana, keras kepala banget tu bocah. Alan aja sampe geleng kepala liat kelakuannya," ucap Angga.

"Baru kali ini sih gua liat ada yang berani bantah Agam, udah cantik, pemberani, tipe gua banget nih," timpal Aiden.

"Gila lu, dihajar Alan ntar kalau tau ceweknya lu incer."

"Dikit doang!"

Di satu sisi acara di dalam auditorium masih berlangsung, Alano menatap ke arah Agam yang sudah selesai memberikan sambutan. Bukan karena Alana adalah adiknya, tapi kali ini dia benar-benar kelewatan. "Lu udah kelewatan!"

Setelah mengatakan itu Alano keluar dari barisan dan menuju lapangan, untuk apalagi kalau bukan mengecek keadaan Alana. 15 putaran di lapangan mereka ini sangat tidak manusiawi, apalagi Alana mempunyai riwayat asma. Ini jadinya Alano yang khawatir.

Benar kan, Alana nampak sudah keliatan lelah. Entah sudah berapa putaran yang dia lakukan. Lagian memang Alana keras kepala sekali, walaupun keberaniannya patut diacungi jempol.

"Udah berapa putaran?" Tanya Alano.

"6 dah, gatau 5?"

Alano mendesah pelan, belum sampai setengahnya bagaimana bisa dia membiarkan itu terjadi. "Boleh gua gantiin hukumannya?"

"Gak!" Seseorang menyaut dari belakang sana.

"Dia gak akan kuat!" Ucap Alano.

"Dia kuat! Dan tolong profesional, Lan. Dia Deket sama lu bukan berarti lu bisa backup dia dari kesalahan!" Setelah mengatakan itu Agam berbalik dan berjalan menuju ke ruang OSIS.

Tangannya di masukan ke dalam saku dan berjalan tegap tanpa menoleh sedikit pun. Ah Alano benci dengan situasi seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!