Matahari mulai bangun dari redupnya cahaya, memancarkan sinarnya, memadamkan embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari hawa dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Pagi hari.
Di meja makan.
Miranda kembali mengutarakan maksud ingin bekerja kepada sang suami dan Ibu mertua nya.
"Oh ya Mas, teman lama aku, ngajakin aku jual produk kecantikan. Katanya sih pekerjaan nya bisa di lakukan di mana saja, termasuk di rumah. Jadi, nggak perlu kekantor. Ya, rencananya sih aku mau gabung dengan teman ku itu. Teman ku itu cukup berhasil dalam usahanya dan menghasilkan uang yang sangat banyak."
Mama Dinda tersenyum mengejek, "Produk kecantikan?"
Miranda tersenyum lalu mengangguk.
"Penjual produk kecantikan, minimal si penjual nya cantik. Lah kamu? Apa yang bisa di andalkan? Cantik nggak, buluk iya."
"Apa yang di katakan Mama ada benar nya. Menjual produk kecantikan itu tidak cocok dengan kamu."
"Mas, aku seperti ini kan karena aku nggak punya modal untuk memperbaiki penampilan ku. Mas, aku mohon, mohon ijinkan aku untuk bergabung dengan teman ku itu. Aku yakin aku bisa berhasil dan bisa mendapatkan uang tambahan jika aku bisa bergabung dengan teman aku itu."
"Sebenarnya aku sih nggak masalah ya tapi aku nggak yakin produk yang kamu jual itu bakalan laku."
"Tapi, aku akan tetap coba. Nanti untuk modal awalnya kamu bantu aku dulu ya."
"Eits ... Enak saja. Ya nggak lah."
"Mas aku mohon untuk modal awal saja ya kamu bantu aku."
Mama Dinda menyela, "Kenapa sih kamu nggak cari modal sendiri. Kalau kamu minta sama Tomy yang ada Tomy jadi rugi dong."
"Yang di katakan Mama itu benar. Sekarang gini aja deh, kalau aku kasih kamu modal trus kamu rugi sama juga merugikan diri ku sendiri. Rugi dong aku mengeluarkan uang." ucap sang suami sembari meneguk air putihnya kemudian pamit sama sang Mama untuk berangkat kerja.
"Mah, Tomy berangkat kerja dulu." ucap Tomy sembari meninggalkan ruang makan menuju pintu utama.
"Nanti semuanya di beres kan ya." ucap Mama Dinda kemudian beranjak pergi dari meja makan menuju lantai dua di mana kamarnya berada.
"Padahal aku butuh suport dari suamiku. Tapi, lagi - lagi aku malah di rendahkan. Ya Allah sabarkan lah hatiku." ucap Miranda dalam hati sembari mengembuskan nafas secara kasar.
❤️❤️❤️❤️❤️
Miranda berjalan kearah kamarnya. Dia pun menuju meja yang ada di samping tempat tidur nya, kemudian membuka laci yang paling atas. Lalu mengambil kotak segi empat berwarna merah muda dari dalam sana. Lama Miranda tertegun memandang kotak kecil itu.
Kemudian Miranda duduk di tepi tempat tidur nya dan membuka kotak kecil tersebut. Di dalam sana ada sebuah cincin yang di berikan orang tuanya saat dia akan menikah dulu.
Miranda mengambil benda itu kemudian tertegun memandanginya, "Hanya benda ini yang aku punya. Mau nggak mau harus aku gadaikan karena aku butuh buat modal."
❤️❤️❤️❤️❤️
Sesuai kesepakatan semalam, siang ini Miranda akan ketemuan dengan sahabatnya ketika SMA dulu.
Saat ini Miranda dan Wina sudah berada di sebuah restoran yang sudah mereka sepakati bersama semalam.
Wina membuka tas berisi kosmetik dan menyusun nya di atas meja untuk di perlihatkan kepada Miranda.
"Ini loh Mir kosmetik yang aku bilang semalam. Nah disini ada pembersih wajah dan yang lainnya yang di butuh kan bagi kaum hawa dan ada juga beberapa perlengkapan pembersih wajah untuk pria. Dan kamu harus belajar bermake up biar tetap terlihat cantik dan awet muda. Sayang loh usia kamu yang belum seberapa ini sudah harus terlihat tua sebelum waktunya." ucap Wina menjelaskan.
"Namanya juga penjual produk kecantikan harus dong terlihat cantik." ucap Wina kemudian.
Wina memulai melakukan make over pada wajah sahabat nya itu. Sambil memberitahu kan kegunaan setiap produk yang di aplikasi kan di wajah sahabat nya itu.
❤️❤️❤️❤️❤️
Siang kini sudah berganti dengan malam.
"Assalamualaikum." ucap Miranda sembari membuka pintu dan masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam." jawab putri kecil berambut panjang.
Sang anak tertegun menatap wajah Sang Mama yang menurutnya sangat cantik tidak seperti hari - hari sebelum nya.
Sang putri pun memuji kecantikan sang Mama, "Wah ... Mama sangat cantik."
Miranda tersenyum, kemudian mengusap kepala sang anak. "Terima kasih sayang. Mama baru habis belajar make up sama sahabat lama Mama."
Kemudian Miranda memperlihatkan paper bag yang dia bawa kepada putrinya, "Nih, Mama juga membawa beberapa perlengkapan alat make up untuk Mama jual nanti. Kamu doa kan Mama ya biar rejeki Mama selalu lancar."
"Aamiin."
"Aamiin."
"Mah, putri kekamar dulu ya."
"Iya, sayang."
Selepas sang putri pergi, Miranda hendak beranjak pergi dari sana tapi sang Mama mertua tiba - tiba datang dan menghampiri nya.
"Wah, wah, wah ... kamu dandan?" tanya sang Mama mertua menatap menantunya dari kepala hingga kaki.
Miranda hanya tersenyum.
"Katanya kamu nggak punya uang buat modal untuk membeli peralatan make up? Atau jangan - jangan uang nafkah yang di kasih Tomi itu yang kamu pakai buat membeli ini semuanya. Kamu pintar bohong ya. Kamu meminta uang kepada Tomy seperti pengemis untuk modal buat membeli kosmetik, lah ini nyatanya kamu punya uang."
"Maaf Mama jangan asal bicara dan jangan asal menuduh sembarangan. Aku bisa dapat uang karena menjual cincin pemberian Mama aku di kampung."
"Ah, itu alasan kamu saja. Masa sih ..." ucap Mama mertuanya sembari menatap malas kewajah menantunya.
"Mama tolong dong percaya sama aku. Aku nggak bohong. Aku mau Mama mendukung pekerjaan aku. Ya kalau Mama bisa tolong bantu aku untuk mempromosikan kosmetik ini keteman - teman arisan Mama."
"Ah ... Nggak - nggak malu - maluin aja. Nanti teman - teman Mama tau kalau menantu Mama itu punya pekerjaan yang nggak keren."
Miranda tertegun mendengar ucapan mertuanya itu.
"Assalamualaikum."
Miranda dan Mama Dinda sama - sama menatap kearah pintu yang sudah terbuka lalu menjawab salam tersebut bersamaan.
"Waalaikumsalam."
Tomi berjalan mendekat. Tomi tertegun menatap wanita yang sudah ia nikahi selama bertahun - tahun itu. Miranda tersipu malu. Tomy memperhatikan dari kaki hingga kepala penampilan sang istri yang menurutnya sangat cantik, namun hanya di dalam hati tanpa harus di ucapkan.
"Kamu dandan?"
Miranda mengangguk kemudian tersenyum, "Iya Mas."
"Tadi, aku habis bajar dandan sama teman, sekalian membeli produk yang mau aku jual ini." ucap Miranda sembari memperlihatkan paper bag yang berisi kosmetik.
"Kamu mau kan bantu aku untuk mempromosikan keteman - teman kantor kamu. Nanti aku kirimkan gambarnya."
"Jangan - jangan. Hmmmmm, begini maksud aku. Kalau misalkan usaha kamu sudah bagus dan kamu sudah keren aku janji, aku bakal bantu kamu buat promosiin kosmetik kamu."
Lagi - lagi Miranda harus kecewa dengan ucapan sang suami.
"Dan aku juga males buat bantu kamu." ucap Tomi sembari berlalu pergi. Mama Dinda tersenyum mengejek kemudian beranjak pergi.
"Keluarga ku sendiri nggak ada yang support usahaku. Tapi aku nggak akan nyerah. Akan aku buktikan kemereka kalau aku bisa jadi kan usaha ini menghasilkan uang. Ya Allah berikan aku kekuatan untuk melakukan nya." ucap Miranda dalam hati.
Keesokan harinya.
Miranda sedang menata beberapa alat kosmetik nya di atas meja. Lalu mengambil beberapa gambar untuk di promosikan di berbagai media sosial.
Siang harinya.
Miranda mencoba mempromosikan beberapa kosmetik di beberapa tetangga kompleks. Namun satu pun kosmetik nya tidak ada yang laku terjual.
Di kantor.
Tomy menanyakan jadwal pertemuan dengan klien selanjutnya. Sekretaris nya mengatakan kalau waktunya itu pukul 2.00 siang. Sekretaris nya berkata ia perlu menemui beberapa investor sebelum pertemuan itu. Ia perlu mengkonfirmasi sesuatu yang dikatakan kemarin.
"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"
"Bagaimana kalau kita pergi makan siang sambil jalan - jalan sebentar sambil menunggu jam 2 siang."
Keduanya pun menikmati banyak tempat dan mengabadikannya dengan kamera. Pergi ke tempat wisata, jajan makanan, bahkan belanja. Keduanya sangat menikmati.
Keduanya masuk ke sebuah toko. Gina tertarik ketika melihat sepasang cincin berlian yang terpajang di etalase. Tomy tanya apa Gina menyukai cincin itu. Gina menjawab iya dan ingin memiliki cincin itu. Tomy menyarankan kalau suka lebih baik beli saja.
"Tapi, cincin itu sangat mahal."
"Bagi ku itu tidak mahal jika kamu menyukainya."
Tomy pun meminta pelayan untuk membungkus cincin yang disukai Gina. Tapi pelayan minta maaf karena cincin itu sudah dipesan oleh seseorang. Tomy heran kalau sudah dipesan kenapa masih dipajang disana. Pelayan bilang pasti ada kesalahan kenapa cincin itu masih terpajang. Tomy memohon karena kekasihnya sangat ingin memiliki cincin itu. Tapi kembali pelayan minta maaf, lebih baik melihat cincin yang lainnya saja. Tomy pun bilang ia akan membayarnya tunai. Tapi pelayan tetap tak bisa menjualnya.
Tomy kembali memohon pada pelayan agar diperbolehkan dirinya lah yang membeli cincin itu. Kekasihnya benar - benar menyukai cincin itu. Pelayan kembali menegaskan kalau ia tak bisa menjual cincin itu pada kepada Tomy karena sudah ada yang memesan.
Gina langsung pasang muka memelas, “Aku tak tahu bagaimana mengatakannya tapi cincin itu akan menjadi cincin terakhir yang aku beli. Aku rasa kamu mengerti dengan apa maksud dan mau ku?"
Gina mencoba cincin cantik itu dan sangat menyukainya. Ia menatap cincin itu yang sudah masuk kejari nya. Tomy memuji cincin itu terlihat sangat cantik dan manis ketika Gina mengenakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments