AKU ISTRI MU BUKAN PENGEMIS NAFKAH

AKU ISTRI MU BUKAN PENGEMIS NAFKAH

Bagian 1

Jangan sekali - kali menjadikan Istri mu seperti pengemis, mengemis waktumu, mengemis perhatianmu

Saat menikah, tak bisa dipungkiri seseorang akan berbagi kehidupan dengan pasangan termasuk dalam hal keuangan. Parents tak bisa lagi bersikap egois berhubung kini ada keluarga kecil yang sedang di bangun. Namun, ada saja istri yang harus menelan pahitnya pernikahan karena memiliki seorang suami yang perhitungan.

Saat melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, setiap perempuan pasti ingin kehidupan yang layak dan mapan. Hadirnya suami diharapkan dapat membahagiakan bahtera rumah tangga, tak terkecuali kondisi finansial.

Namun, hal ini tak berlaku bagi Mirandah. Bukannya bahagia, ia malah kesal karena suaminya sangat perhitungan terkait keuangan.

Ia sangat terkejut setelah menjadi istrinya. Ternyata suami nya sama sekali berbeda dengan saat Ia masih menjadi pacar nya dulu. Lelaki yang dulunya perhatian, sayang dan juga sangat memanjakannya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pribadi yang lain setelah mereka menikah.

❤️❤️❤️❤️❤️

Malam itu sang suami baru saja tiba di rumah sepulang kerja.

Sembari menengadahkan tangan, "Mas, aku minta uang dong. Besok SPP Putri sudah harus di bayar. Uang bulanan yang kamu kasih sudah habis buat membeli keperluan sehari - hari kita."

"Uang, uang, uang setiap hari uang bisa tidak jangan membahas uang? Lagi pula semua gajih ku kan sudah aku kasih kamu semuanya. Kamu jangan boros dan kamu harus bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar, jika ada sisanya silahkan di simpan." ucap sang suami sembari berjalan masuk keruang tengah.

"Ya, Allah padahal aku minta untuk keperluan anaknya. Tapi, aku seperti pengemis seperti ini." Miranda bergumam dalam hati.

"Makanya bukan kah sejak awal Mama bilang sama kamu cari istri wanita karir yang bisa membantu keuangan kita, bukan istri seperti istri mu ini yang kerjaannya hanya bisa meminta dan menghabiskan uang mu saja." ucap sang Mama mertua yang tiba - tiba datang dari arah belakang.

"Mama sudah dong, bukan kah kata orang jika Istri itu ada di rumah, akan membawa keberuntungan untuk suaminya."

"Tapi Istrimu itu tidak membawa keberuntungan, iya kan?"

"Ya Allah tega banget mertua ku bicara seperti itu." gumam Miranda dalam hati.

Sang suami berjalan kearah meja makan, sembari memukul meja makan dengan sangat kencang dan membuat sang istri terkejut dan ketakutan.

"Tahu, tempe, kangkung, bakwan jagung, tiap hari masak ini melulu. Masak yang lain nggak bisa apa? jangan bisanya minta uang. Nggak ada menu lain apa?” Mas Tomi menaruh tudung saji kasar ke meja setelah melihat isinya.

“Uangnya cuman cukup untuk membeli itu, Mas. Itu cah kangkung sama bakwan jagung, ada sambelnya juga.” ucap Miranda sambil menaruh ponsel, padahal baru saja aku memegangnya, itupun karena membalas pesan dari pelanggan yang membeli gamis dagangan ku.

“Ya, sama daging apa ayam gitu kek, bosen makan sayur terus.”

“Mana uangnya buat beli daging? Uang yang Mas kasih hanya cukup untuk membeli ini semua.” Aku menodongkan tangan setengah bercanda, tidak mungkin juga beli daging malam - malam begini.

“Ahh, kamu ini uang terus. Kemarin minta uang, sekarang minta lagi. Kamu pikir cari uang gampang apa? Perempuan ngerti apa sih cari uang? Bisanya cuma minta! Minta dan Meminta. Apa di otak mu itu hanya ada uang. Baru juga di kasih dan sekarang kamu minta uang lagi.” jawab Mas Tomi sambil menampik kasar tangan sang Istri.

Sakit sekali rasanya, bukan tangan yang sakit, tapi hati.

Padahal Mas Tomi hanya memberi uang belanja seadanya, sisa gajihnya entah di kemana. Bertanya pun percuma karena jawabannya pasti tetap sama. Jengkel menghadapi suami seperti dia, apa - apa perhitungan apa lagi kalau soal uang. Padahal sebelumnya dia baik - baik saja dan terkesan royal.

"Punya ku, punya mu juga." ucap nya di kala itu.

Jadilah Miranda harus menambal dulu pengeluaran dengan uang hasil berjualan gamis dan pulsa, kadang juga dengan sisa uang belanja yang ku sisihkan sedikit demi sedikit dan jika terdesak dengan keuangan aku akan menelpon Kakak untuk mengirimkan uang. Mas Tomi juga tidak mengizinkan Miranda untuk bekerja keluar rumah. Jadi, Miranda melakukan pekerjaan ku secara online. Pengeluaran rumah, jajan anak, dan lain - lain sulit sekali rasanya mengatur keuangan. Belum lagi selalu disalahkan kalau uang habis.

"Aku sudah kasih semua uang gajih ku sama kamu. Kalau menu nya begini - begini saja besok - besok aku tidak akan memberikan kamu lagi uang. Dasar pemalas."

"Uang yang Mas kasih setiap bulan mana cukup. Belum lagi semua kebutuhan pokok serba mahal, belum lagi membayar tagihan listrik yang selalu naik, bayar keamanan kompleks, bayar tagihan sampah dan lain sebagainya. Aku rela hidup apa adanya dan menekan keinginanku untuk belanja ini dan itu seperti Istri lainnya yang ada di luar sana demi memenuhi kebutuhan hidup kita."

"Kamu itu jadi Istri harus pandai mengatur keuangan. Pandai bersyukur dan jangan banyak maunya. Sudahlah aku makan di luar saja." ucap Mas Tomi sembari memukul meja sambil ngeloyor pergi tanpa pamit tanpa salam.

"Bagaimana kalau aku bekerja? Ikut kerja di perusahaan mu atau mungkin buka usaha dari rumah atau apa saja selagi masih halal dan bisa menghasilkan uang."

"Kamu cuman tamatan SMA, perusahaan mana yang mau menerima kamu? Lagi pula bagaimana dengan Putri? Bagaimana dengan rumah? Aku nggak mau kita menyewa ART?"

"Kan ada Mama yang mengerjakan semuanya di saat aku masih bekerja."

"Apa kamu bilang? Mama, kamu anggap ART begitu? Mama itu sudah tua dan sering sakit - sakitan, mana mungkin Mama harus mengurus rumah dan mengurus kamu juga."

"Aku akan bekerja dari rumah. Biar tetap bisa mengurus rumah dan yang lainnya."

"Hei ... kamu pikir kamu bos? Kamu pikir kamu punya uang? Pikir dulu pakai otak baru bicara." ucap Tomy kemudian melangkah pergi.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku mau kerja kamu larang. Aku minta uang juga tidak di kasih. Terus aku harus bagaimana?"

"Kamu, fikirkan caranya. Sudah lah aku mau makan di luar." ucap Tomy sembari beranjak pergi.

"Mas, tunggu dulu! Urusan kita belum selesai."

"Kamu sudah lihat kan, kamu sudah membuat tak nyaman suami mu di rumah. Ini semua salah kamu, kenapa jadi istri yang tak becus mengurus suami." ucap Mama mertua nya. Mama Dinda kemudian melangkah pergi meninggalkan Miranda sendirian yang masih berdiri tertegun.

Miranda tertegun, berusaha menenangkan hati, sedangkan kemarin Miranda menemukan bon di kantong kemeja suaminya. Berbelanja hingga puluhan juta entah milik siapa.

"Disaat aku mau mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga, disaat itulah aku di remehkan dan di rendahkan dan dianggap pengemis nafkah oleh mertua dan suamiku."

Di saat yang bersamaan orang tua angkat Miranda menelpon dan khawatir putrinya yang sudah berhari - hari tidak pernah memberi kabar.

"Sayang, kapan kamu jalan - jalan kerumah? Mama kangen sama kamu dan Mama juga kangen sama cucu Mama?" ucap Mama Melinda dari seberang sana. Namun, Miranda diam saja menahan sedih nya entah berapa banyak lagi air mata harus dia keluarkan.

"Hallo. Apa kamu mendengar suaraku?"

"Ya, Mah aku dengar."

"Ada apa dengan suaramu? Apa habis menangis?"

"Tidak Mah, Miranda baik - baik saja. Hanya saja saat ini Miranda sedang makan, makanan kesukaan Miranda yang di masak oleh Mama disini dan itu membuat Miranda ingat Mama." ucap Miranda berbohong.

"Makanya kalau ada waktu, kamu pulang ya kerumah. Jangan lupa ajak suamimu dan mertuamu sekalian."

"Iya Mah." Air matanya kembali menetes. Tapi ia berusaha sebisa mungkin agar tak terdengar oleh Putrinya bahwa ia menangis.

"Apa Mama sudah makan malam?" Bukannya menjawab Mamanya meminta Miranda jangan mengkhawatirkannya. Miranda mengerti ia akan melakukannya.

Tiba - tiba handphone Miranda kembali berdering.

"Hallo, Win tumben menelpon malam - malam begini?"

"Aku mau menawarkan produk kecantikan sama kamu atau kamu daftar jadi member. Apa kamu mau bekerja sama dengan ku?"

"Pekerjaan apa ya kalau boleh tau? Dan apakah pekerjaan itu masih bisa di lakukan dari rumah?"

"Tentu saja bisa. Bahkan kamu bisa melakukan di mana saja kamu mau. Kamu hanya membantu aku mempromosikan kosmetik ku. Nah dari situ kamu bisa mendapatkan uang. Ya itung - itung uang tambahan untuk membeli kebutuhan kamu hari - hari."

"Semoga ini jalannya untukku mendapatkan uang dan membantu ekonomi keluarga. Semoga juga pekerjaan ini cocok dengan ku." ucap Miranda dalam hati sembari tersenyum.

"Besok, kita ketemuan. Nanti aku jelaskan secara detail. Kapan kita bisa bertemu?"

"Bagaimana besok?"

"Boleh deh besok. Sampai bertemu besok."

Sambungan telepon pun terputus.

❤️❤️❤️❤️❤️

Di restoran.

Tomi dan Gina sudah bersama. Mereka sudah janjian untuk makan malam bersama.

"Kok wajahmu kusut begitu?" ucap Gina sembari memperhatikan wajah pria yang sudah ia pacari beberapa bulan ini.

"Bagaimana tidak kusut, masa Istri ku cuman menyediakan makan malam cuman kangkung dan bakwan jagung. Padahal tiap bulanan sudah aku kasih uang."

"Sudah - sudah biar kamu tidak sedih lagi, malam ini kamu boleh pesan menu apa saja, aku traktir kamu."

Mereka pun memesan makanan, beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Sembari makan dan selingi dengan obrolan kecil.

"Terimakasih untuk traktirannya. Sebagai balasannya sebentar lagi kamu kan ulang tahun. Kamu mau hadiah apa dari aku?" ucap Tomy sembari sekali - kali menatap wanita yang ada duduk di sampingnya saat ini.

"Serius mau kasih aku hadiah?"

"Iya, serius."

"Minta apa saja boleh?"

"Iya, katakan hadiah apa yang kamu inginkan."

Gina bergelayut manja di lengan Tomy, "Terimakasih."

Di sudut yang lain masih dalam ruangan yang sama.

"Eh ... coba lihat pria yang duduk di meja sana." ucap seorang wanita sembari menunjuk ke arah Tomy dan Gina.

"Bukan kah itu Pak Tomy suami Bu Miranda? Tapi wanita yang duduk di sampingnya itu kira - kira siapa ya?" ucap wanita itu yang tak lain adalah tetangga, sekaligus langganan baju Miranda.

"Mungkin rekan kerja di lihat dari penampilan wanita itu, yang terkesan berkelas dan elegan." ucap wanita yang lain.

"Rekan kerja bagaimana, coba lihat mereka sangat mesra, suap - suapan lagi. Jiwa jomblo ku meronta - ronta."

Wanita yang di sebelah nya dengan sigap menyuapkan kentang goreng ke sahabatnya tadi, kemudian berkata, "Ini kan yang kamu inginkan?"

"Aku tidak boleh melewatkan ini. Aku harus memberi tahukan Miranda tentang kejadian malam ini." ucap wanita itu sembari mengeluarkan ponsel nya dari dalam tas nya kemudian menelepon seseorang.

Tut, Tut, Tut ...

"Hallo, selamat malam."

"Selamat malam."

"Nanti aku sharelock sama kamu tempat nya. Buruan ya datang kesini."

Sambungan terputus.

30 menit kemudian.

❤️❤️❤️❤️❤️

Miranda keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah terlelap. Ia duduk di samping suaminya tidur. Miranda menatap sedih, ia harus ikut melakukan sesuatu untuk membantu suaminya. Ia mengusap lembut wajah suaminya.

Miranda berpikir keras, apa yang harus dilakukannya untuk membantu suaminya. Ia berdiri di tepi jendela menatap tajam keluar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!