‘Kayfa Anantari’
Jemari lentik mengetikan nama tersebut pada keypad ponsel di laman sosial media. Tampak sosok wanita cantik muncul dengan berbagai unggahannya. Terlihat elegan dan berkelas. Seorang wanita muda yang dimabuk karir dan kejayaan yang cemerlang.
Dia menarik, sangat menarik dari berbagai sisi. Menyandang Senior Associate Brand Manager di salah satu perusahaan kosmetik ternama. Menjadi satu dari sebagian mentor di sebuah bootcamp digital marketing yang laris tiap batch.
Karir, kecerdasan, uang hingga kecantikan membuat Kay sempurna dimata siapa saja. Namun, bagi Eva sosok tersebut seperti duri yang menyakiti hati kekasihnya. Termasuk dirinya. Bohong jika selama hampir dua bulan ini Eva merasa tidak was-was mendengar setiap perkembangan kondisi Kay.
Dimulai dengan luka luar pasca operasinya yang mulai semuh, fraktur tulangnya yang sudah membaik hingga bisa melepas gips, dan semua bekas kecelakaanya berangsur pulih. Meski kesadarannya masih hilang entah kemana. Kay masih koma.
Kay belum juga mampu membuka mata. Terbangun dan menegaskan statusnya dengan Reksa. Tawaran tentang pernikahan siri yang sempat Reksa ucapkan, kini terlontar kembali. Sudah dua bulan dan Reksa tidak mau menunggu lagi. Eva tidak ingin menjadi istri kedua. Label dan stigma yang akan melekat padanya akan dibawa seumur hidup, sebagai perebut suami perempuan lain. Dia tidak sanggup.
Kencang angin berhembus tentang hubungan dirinya dan bosnya pun kian sulit dielakkan. Satu persatu rekan kerja membicarakan di belakang punggungnya. Meskipun mereka begitu berhati-hati menjalin hubungan rahasia tersebut.
Di sisi lain, Eva juga begitu menginginkan hubungannya segera resmi. Sulit menghindar lagi dari perasaan cinta yang menggebu diantara keduanya. Apalagi sepertinya Reksa semakin tidak sabar untuk mendapatkan Eva. Sebuah ciuman lolos di antara keduanya. Padahal janji pada sang ibu harus dipenuhi. Reksa tidak akan menyentuh Eva hingga sah.
“Mas yakin mau ngasih tahu ibuku soal rencana kita?” tanya Eva diliputi ragu.
Pria di depannya memilin spageti dengan garpu dan tampak berpikir sejenak. Ada perasaan yang berkecamuk di dadanya. Sulit sekali dihilangkan ketika Reksa mulai mengambil langkah untuk melanjutkan hubungan dengan Eva di saat Kay masih terbaring koma. Dia takut suatu saat Kay terbangun dan melihat apa yang sudah diperbuatnya pada pernikahan mereka. Menikahi perempuan lain saat istrinya tak berdaya.
Meskipun begitu, Reksa tidak bisa lagi menunggu lebih lama dari ini. Bayangkan selama dua bulan ini dia bersabar dengan harapan Kay akan bangun, kemudian mereka menyelesaikan perceraiannya. Harus berapa lama lagi kesabarannya diuji? Bahkan saat tak membuka matapun, Kay selalu mengikat lehernya agar terus tunduk padanya. Sudah cukup perasaan cinta yang tak pernah berbalas lagi darinya. Reksa muak dan ingin menemukan bahagianya sendiri.
“Iya. Minggu ini aku ke rumah kamu, ya? Kita bicarakan dengan ibumu soal lamaranku. Malam ini aku juga akan bicara dengan ibuku,” jawab Reksa akhirnya.
Eva menghela napas berat. “Aku takut, Mas. Beneran takut harus jadi istri kedua. Tapi aku pingin kita bisa cepat-cepat menikah. Rasanya gak punya hak apa-apa atas kamu itu bikin aku gak berdaya.”
“Kita akan bicarakan kapan pernikahannya dengan orang tua kita, Va. Sebelum itu, kamu akan resign dari kantor. Supaya kabar tentang pernikahan kita gak jadi bahan gosip yang bisa menjatuhkan kita.”
“Aku resign, Mas? Tapi aku perlu—”
“Aku yang bakal bertanggung jawab sama kamu dan keluargamu. Eva, aku bakal jadi suami kamu dan sudah seharusnya melakukan hal itu. Kamu gak keberatan dengan itu, kan?”
“Terus gimana kalau suatu saat Bu Kayfa bangun dan posisiku yang hanya berstatus istri kedua tanpa hukum yang mengikat? Gimana aku bisa pegang janji kamu, Mas? Aku perempuan dan butuh kepastian serta keamanan dalam hubungan,” ujar eva dengan suara yang bergetar.
“Aku akan menceraikan Kay kalau dia bangun nanti dan menyelesaikan semua seperti keinginan kita.”
“Kalau dia cacat dan harus bergantung sama kamu, apa kamu tega ninggalin dia?”
“Iya. Aku akan tetap melakukannya. Justru alasan yang sangat masuk akal buat menceraikannya dalam keadaan cacat. Perasaanku udah gak sama lagi ke dia. Aku sekarang butuh kamu, Va.”
Arah mata Reksa hanya tertuju pada Eva, memandangnya begitu yakin. Seaakan ucapan yang baru saja dia utarakan tidak akan pernah tergoyahkan. Eva merasakan kesungguhan dari Reksa tersebut. Mempercayai pria malang yang butuh kasih sayang itu. Akhirnya Eva mengangguk, menyetujui rencana Reksa. Dia yakin inilah jalan yang tepat untuk mereka.
...****************...
Dokter Residen mengecek keadaan Kay seperti biasanya, sebelum nanti Dokter Bedah Saraf yang datang mengunjungi ruangan VVIP dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Biasanya Dokter Daniswara selaku penanggung jawab Kay yang direkomendasikan oleh Widyono akan datang pagi sekitar jam 9, sebelum jadwal rutinnya pemeriksaan rawat jalan di rumah sakit.
“Belum ada perubahan ya, Dok?” ucap Willa yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik dokter yang memeriksa.
“Belum, Mbak. Masih belum ada respon dari Bu Kayfa.”
Dokter Residen tersebut menjawab singkat. Kemudian mengatakan bahwa akan mendiskusikan kembali rencana perawatan selanjutnya kepada Dokter Daniswara. Sebelum akhirnya menghilang pergi dari ruangan.
“Dek, kamu makan malam dulu aja. Sekalian beliin Ibu makanan. Abis itu biar aku aja yang jaga,” kata Reksa menyuruh adiknya keluar dari ruangan.
Bukan tanpa sebab, melainkan dia ingin ditinggal berdua saja dengan ibunya. Membicarakan hal yang tadi direncanakan bersama dengan Eva. Dia tahu ibunya masih setengah hati merestui hubungannya dengan Eva. Meskipun sepertinya menyukai kepribadian Eva yang santun dan lembut. Seseorang yang cocok untuk mendampingi Reksa.
“Bu, aku mau minta restu untuk nikah siri dengan Eva.” Tanpa banyak basa-basi Reksa langsung mengutarakan maksudnya.
Tuti yang sedang duduk di sofa dan membaca buku tercenung. Dia menatap putranya dari balik kacamata baca tebal, kemudian menautkan dahi. Dia menutup buku kemudian menyimpannya di meja, bersama dengan teh hangat serta beberapa camilan.
“Reksa, kamu jangan terburu-buru kayak gini. Kay masih dalam perawatan,” balas Tuti tenang.
“Dia udah dua bulan kayak gitu, Bu. Aku harus nunggu sampai kapan? Enam bulan? Setahun? Aku pingin bahagia dan mengakhiri hubungan dengan Kay. Bahkan disaat kayak gini aja dia tetap mengikatku dan gak ngizinin aku buat bahagia.”
“Gimana kalau Kay tiba-tiba terbangun pas kamu sudah nikah siri? Dalam keadaan sakit, suaminya memilih perempuan lain dan kemudian menceraikannya. Apa kamu pikir ini gak terlalu kejam, Sa? Dia istrimu, yang kita minta baik-baik dari keluarganya. Ibu gak mau kamu jadi laki-laki gak beradab dengan menyakiti perempuan yang sedang dalam keadaan koma.”
“Terus aku harus gimana, Bu? Nunggu sampai dia bangun dan melewatkan masa mudaku sendirian? Aku berhak bahagia dengan punya rumah tangga yang harmonis dan istri yang menjadi tempatku pulang serta berkeluh kesah. Kay gak bisa ngasih itu, selamanya dia gak akan bisa ngasih itu!”
“Kay udah berjuang banyak buat kamu, buat kelurga kita. Kamu gak inget apa yang sudah istrimu lakukan buat mendampingimu sampai tahap ini, Sa?”
“Aku berterima kasih sama Kay atas itu. Tapi bukan berarti harus tutup mata dengan semua perlakuan seenaknya sama aku. Dia udah jauh dari apa yang jadi tujuan kita berumah tangga. Lebih mementingkan karir, gak mau aku sentuh, gak mau punya anak, selalu ngomong kasar, emosian, dan beberapa kali dia juga mukul aku. Terus aku harus sabar menghadapi istri kayak gitu? Hanya karena dia berpengaruh besar terhadap kehidupan kita?”
“Ibu gak pernah membenarkan sikap Kay yang udah menyakiti kamu beberapa tahun terakhir ini. Tapi Ibu yakin semuanya bisa diobrolin baik-baik. Kalau kalian mau pisah pun, lakukan disaat yang tepat. Jangan saat Kay dalam keadaan kayak gini. Apalagi berpikir buat nikahin perempuan lain.”
“Bu, aku selama dua tahun ini udah berusaha semaksimal mungkin buat ajak Kay diskusi. Soal semuanya. Apa yang dia lakukan? Mengancam buat cerai. Aku dulu terlalu bodoh karena berpikir masih sayang sama dia dan bisa mengembalikan dia kayak dulu lagi. Sehingga terus pertahankan dia. Tapi aku sadar itu hal yang sia-sia. Aku cuma buang-buang waktu. Kay juga gak akan keberatan cerai dari aku. Justru itu hal yang dia inginkan selama ini!”
Tuti menghela napas lagi dengan berat untuk kesekian kalinya. “Tunggu bulan depan, Sa. Ibu masih punya harapan Kay akan sadar sehingga kalian bisa menyelesaikan hubungan kalian baik-baik.”
Reksa tampak frustrasi mendengar perkataan ibunya. Semakin lama dia menunggu, perasaannya semakin kalut. Dia ingin segera melepaskan ikatannya dengan perempuan jahat yang bukan saja menjajah hatinya. Melainkan juga seluruh kehidupannya. Menjadikan semua hal kelabu dan sendu. Bila Reksa diberi kesempatan untuk berdoa sesuatu yang kejam, dia akan mendoakan supaya Kay lekas meninggal. Agar hatinya terbebas dari perasaan bersalah karena menduakannya.
Willa datang kembali ke ruangan membawa dua bungkus makanan, menghentikan pembicaraan antara Reksa dan ibunya. Ibu dan adiknya menyantap makanan selagi berbincang. Kemudian berpamitan tak lama kemudian. Meninggalkan Reksa dan Kay di ruangan sendirian.
Malam sudah turun terlalu larut, hanya suara-suara dari mesin rekam jantung, selang oksigen yang menderu, dan kemacetan di luar sana yang terdengar. Reksa duduk di samping ranjang Kay dan memperhatikan istrinya yang tak kunjung membuka mata.
“Kalau aja kamu gak berubah. Kalau aja kamu masih Kay yang dulu pas pertama kita menikah. Mungkin aku gak akan pernah kepikiran buat ninggalin kamu, apalagi punya hubungan sama cewek lain. Kamu tahu aku sayang banget sama kamu, kan, Kay? Sampai rela terluka sama semua sikap kamu 2 tahun terakhir ini. Please kasih tahu aku apa yang terjadi dan aku harus ngapain sama hubungan kita?” bisik Reksa.
Hatinya sudah menyerah. Ingin semua usai segera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
favfa
sakit pikiran nya si reksaaa...istri lgi koma juga
2023-08-22
0
May Keisya
😭😭😭...gila bnr di reksa...Kay ayo bgn dan berubah jgn biarin pelakor n suami bersatu... hadirkan LG cinta kalian🥰
2023-02-17
0
Tri Dikman
Kok aku yg sakit hati ya 😡😡😡😔😔
2023-02-08
1