Sewindu Bersama

Sewindu Bersama

Bab 01 Secepatnya Bercerai

“Saya akan ceraikan istri saya segera. Jadi mohon berikan restu untuk hubungan kami berdua.”

Reksa menatap lekat perempuan paruh baya di depannya itu. Kata-katanya tadi adalah kesungguhan yang ingin dia tunjukkan agar Halimah percaya. Selama hampir 6 bulan ini Reksa tidak main-main dengan putrinya.

“Mas Reksa, Ibu mau percaya dan mengizinkan kalian memiliki hubungan setelah kamu dan istrimu bercerai. Jangan membuat posisi Eva sulit. Apalagi dia adalah sekretarismu di kantor,” balas Halimah kukuh pada pendiriannya.

Halimah mengakui bahwa Reksa adalah laki-laki yang baik. Selama ini membantu keluarganya menghadapi kesulitan ekonomi.

Eva adalah tulang punggung keluarga setelah kematian ayahnya. Dia harus membiayai pendidikan adiknya yang masih SMA dan mengobati Halimah yang terserang penyakit gagal ginjal, yang mengharuskannya cuci darah setiap minggu. Belum lagi cicilan rumah dan utang yang ditinggalkan untuk perawatan ayahnya yang meninggal karena penyakit kanker.

Semua itu tidak bisa Eva hadapi sendiri. Apalagi dia belum setahun bekerja setelah lulus kuliah, posisinya belumlah menjanjikan gaji yang besar untuk menutupi kebutuhan. Disaat itulah Reksa datang seperti pahlawan. Memberikan bantuan juga dukungan emosional yang Eva butuhkan.

“Bu, kami gak macam-macam di kantor ataupun di luar. Kami janji. Mas Reksa minggu ini akan berbicara dengan istrinya dan mengajukan perceraian ke pengadilan,” ucap Eva meyakinkan ibunya.

“Eva, kamu tahu kan orang akan berpikir apa soal hubungan kalian? Kamu akan mendapatkan stigma buruk sebagai perusak hubungan bosmu dengan istrinya. Ibu menghargai semua kebaikan Mas Reksa. Tapi Ibu tetep gak akan memberi restu sebelum mereka bercerai,” tegas Halimah.

Reksa menghela napas. “Saya mengerti maksud Ibu bagaimana. Hubungan saya dengan istri sudah lama berjalan tidak baik dan semua orang sudah mengetahuinya. Saya juga tidak ingin membuat Eva mendapatkan banyak hujatan karena memiliki hubungan dengan saya. Makanya saya akan kembali lagi meminta izin setelah resmi bercerai,” pungkas Reksa.

Malam itu Reksa pulang dengan sedikit perasaan kecewa menggantung di hatinya. Hubungan yang dia harapkan belum bisa diwujudkan karena masih terhalang masa lalu yang belum selesai. Dia harus segera berbicara dengan Kay tentang hubungan mereka yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi.

“Hati-hati di jalannya ya, Mas. Kalau udah sampai rumah nanti kasih tahu,” ucap Eva saat mengantar Reksa ke mobil.

Senyuman manis merekah dibibir perempuan tersebut. Reksa membalasnya dengan anggukan, kemudian masuk ke dalam mobil. Ingin rasanya memeluk Eva dan memberikan kecupan perpisahan. Namun, Reksa tidak pernah menyentuhnya sama sekali selama ini. Mengerti bahwa Eva akan sangat dirugikan dengan semua keinginan di kepala Reksa.

Walaupun terkadang rasanya dia ingin melakukan hal yang lebih dari sekadar mengantarkan pulang dan makan bersama, Reksa harus bisa menahannya. Padahal sudah hampir dua tahun ini, Reksa dibiarkan seperti laki-laki lajang yang fakir cinta oleh istrinya. Kay menolak disentuh. Dia terlalu sibuk dengan dunianya.

“Aku janji akan segera meresmikan hubungan kita. Ibuku juga sepertinya suka dengan kamu. Malam ini atau besok aku akan bicara dengan Kay,” ucap Reksa dari balik kemudi berbicara pada Eva yang masih berdiri di halaman. Menunggu Reksa menghilang di jalanan.

“Aku serahkan semuanya sama Mas Reksa,” balas Eva sambil tersenyum.

Kendaraan tersebut kemudian mulai berjalan meninggalkan petak halaman tempatnya parkir. Mulai menyatu dengan mobil lain di jalanan. Memasuki jalan utama Jakarta yang belum surut dari kemacetan. Mobil terhenti karena lampu merah di depan.

Ponsel yang Reksa simpan di phone holder pada dashboard berbunyi. Menampilkan nomor asing yang tidak dikenalnya. Sesaat Reksa hanya terpaku dan menatap layar yang menyala, ragu untuk mengangkatnya. Tapi sedetik kemudian telunjuknya sudah memencet tombol terima. Suara berat seorang pria terdengar dari balik panggilan. Memberitakan hal yang begitu mengejutkan.

“Terima kasih untuk informasinya, Pak. Saya segera kesana,” ucapnya penuh kepanikan.

...****************...

Suasana ballroom hotel tampak meriah. Tampak band ibukota sedang menghibur dan beberapa orang ikut berdendang bersamanya. Lagu kangen dari Dewa 19 yang dibawakan oleh sang vokalis mampu membuat penontonnya ikut bernyanyi. Mengenang kegalauan masa lalu dan bernostalgia.

Acara ulang tahun perusahaan kali ini sangat meriah. Jelas saja karena pencapaian dan keuntungan bisnis tahun ini begitu melesat. Salah satu yang paling berjasa dalam menaikan pencapaian tersebut adalah suksesnya tim marketing, khususnya brand manager yang membuat nama Paradia Cosmetics melambung dan menjadi salah satu brand lokal terlaris sepanjang tahun. Strategi bisnis, marketing, dan campaign di sosial media yang gencar membuat produk-produknya terkenal di masyarakat.

Orang yang paling mendapat sorotan tahun ini atas keberhasilan tersebut adalah Kayfa Anantari, Senior Associate Brand Manager jenius yang sangat berjasa dan bekerja keras selama setahun kebelakang. Kemampuannya melakukan promosi dan ekspansi di pasar yang tepat, membuatnya banjir pujian, bonus, dan juga kesempatan karir yang cemerlang. Diusianya yang baru saja 29 tahun, Kay sudah menggenggam karirnya yang begitu gemilang.

“Nyanyi dong kayak orang-orang, bukan kayak cewek galau diem dipojokan gini!” Tasya menghampiri Kay yang duduk sendirian di salah satu meja perjamuan. Agak belakang dan jauh dari keramaian panggung tempat penyanyi sekarang sedang berimprovisasi.

“Males ah! Gak ada energi gue nyanyi lagu-lagu roman picisan kayak gitu,” balas Kay sekenanya.

“Kenapa? Buat lo romance already dead, ya?” Tasya menyindir dan terkikik geli.

Kay mengedikkan bahu. “Gak zaman cinta-cintaan. Sekarang zamannya kerja kerja kerja sampe sekaya Nagita Slavina.”

“Bitter banget, Bu! Padahal lo masih bisa cinta-cintaan sama Pak Suami. Malah memilih jalan sulit kerja sampe tipes. Awas lho, suami lo udah kaya raya begitu nanti hartanya dinikmati cewek baru yang ganjen. Apalagi suami lo tampangnya gak main-main. Bakal jadi inceran kucing garong. Rugi dong lo yang berjuang dari nol gak kebagian apa-apa.”

“Ya biarin aja. Gue juga punya duit kok. Ngapain harus minta-minta sama dia? Najis! Pake aja semua duitnya buat tuh bocah pelakor,” ucap Kay tidak terlalu menanggapi. Tanpa sadar membocorkan rahasia yang disimpannya rapat.

“Serius lo, Kay? Lo gak apa-apa si Reksa ada main sama cewek lain? Jadi gosip kalau dia ada main di belakang lo itu beneran?” Tasya terlihat kaget mendengar jawaban enteng sahabatnya. Padahal tadinya dia hanya sedang bercanda saja terkait hubungan Kay dengan Reksa dengan memanas-manasinya.

Kay mengangguk, kemudian menyesap champagne yang sedari tadi di mainkannya berulang. Rasa manis, pahit, dan sengatan di tenggorokannya sedikit meredakan canggung karena pertanyaan Tasya. Sebelumnya dia tidak pernah bercerita pada siapapun mengenai kondisi rumah tangganya. Meskipun sepertinya banyak orang yang sudah tahu, terutama orang-orang terderkat, yang bisa menyimpulkan sendiri sedingin apa kehidupan pernikahannya dengan Reksa.

Mungkin.

“Anak mana? Lo pernah ketemu sama ceweknya? Lo tahu dari mana Reksa selingkuh?” Tasya mulai tampak serius membahas hubungan sahabatnya. Sementara Kay masih sibuk menenggak minumannya hingga tak bersisa.

“Gue tahu pas gak sengaja ketemu di mall dua bulan lalu. Gue pura-pura aja gak tahu dan melanjutkan hidup kayak biasanya. Tapi ada temen gue yang kerja satu perusahaan sama si Reksa bilang, banyak gosip-gosip soal dia pacaran sama sekretarisnya sendiri tersebar,” jawab Kay masih terlihat santai.

“Dua bulan lalu dan lo pura-pura gak tahu, Kay?” ucap Tasya kaget dan setengah berteriak.

Kay mengangguk. “Ya terus gue harus gimana? Mencak-mencak dan jambak-jambakan kayak video viral di internet? Ngapain? Ngabisin energi aja!” Kay terkekeh, dia mengambil satu lagi gelas champagne yang masih terisi di tengah meja.

“Tapi dia selingkuh lho, Kay. Lo istrinya. Kalau lo marah juga pantes-pantes aja. Padahal dulu gue kira si Reksa cuma gila kerja aja bukan gila cewek. Hubungan pernikahan kalian dulu romantis banget kayak cerita bucin FTV,” seru Tasya heboh. “Udah, Kay. Mending lo cepet-cepet sewa lawyer top dan gugat cerai aja tuh cowok anjing,” lanjutnya berapi-api.

“Gak ah. Masa gue duluan sih yang ngajuin cerai? Gue merasa jadi pihak yang kalah karena bilang bubar duluan. Biarin aja dia yang gugat cerai. Biar gue ada bahan buat hina dia ‘Lo kan dulu yang ngajak gue kawin sampe ngebujuk dan mohon-mohon. Sekarang lo sendiri yang ngajuin cerai. Cowok sampah yang gak konsisten!’ gue gak sabar buat bilang itu di depan muka dia,” kata Kay sambil terkekeh.

“Ini si Reksa yang gak waras apa lo yang gak waras sih?” tanya Tasya bingung dengan tanggapan yang diberikan oleh Kay. Dia sepertinya tidak terganggu dengan kenyataan suaminya memilih perempuan lain dan malah menantikan perceraian agar bisa memaki sepuas hati.

Kay mengedikkan bahunya dan menyesap lagi gelas keduanya hingga habis. Rasa pahit masih bersisa dimulutnya. Tapi dia merasa sangat puas setelah mengutarakan isi pikirannya pada Tasya. Selama dua bulan terakhir ini, pikiran tentang Reksa yang bermain di belakangnya hanya mampu dipendam sendiri.

“Lo banyak banget minumnya. Bukannya lo masih minum obat anti-depresan, ya? Jangan minum kebanyakan nanti lo keracunan!”

“Udah nggak kok. Gue udah berhenti minup obat dan ke psikolog. Gue udah bukan cewek depresi kayak dulu lagi.”

Tasya menatap Kay dengan pandangan bingung dan juga kasihan. Apa mungkin Kay meminum banyak minuman beralkohol tersebut karena ingin meluapkan kekesalan karena suaminya selingkuh? Padahal selama ini Kay jarang sekali menyentuh minuman tersebut. Dia harus selalu tampak waras, kuat dan tidak terkalahkan sebagai gambaran wanita karir yang sukses dan manager yang bisa diandalkan.

“Hey! Gue gak apa-apa. Lo jangan mikir gue jadi depresi karena lihat Reksa punya cewek simpenan. Gue pernah melewati hal yang lebih buruk dari ini,” ucapnya sambil tersenyum dengan meyakinkan.

Tasya hanya menghela napas dan menyerah. Dia sudah membujuk bahkan memaksa Kay untuk ikut pulang bersamanya semenjak 10 menit yang lalu. Sialnya Tasya berurusan dengan si keras kepala seperti Kay yang tidak akan goyah dan menurutinya. Temannya itu akan tetap melakukan hal yang sudah dia putuskan. Kay akan pulang sendiri.

“Sya, I’m okay. Aku gak mabuk. Tipsy juga nggak. Lihat! I’m sober, got it?” Kay meyakinkan temannya itu. Dia memang tidak mabuk. Sama sekali tidak. Hanya segelas champagne tidak membuatnya kehilangan kesadaran.

Setelah berpamitan pada Tasya yang terlihat enggan dan khawatir, mobil Kay langsung tancap gas dari parkiran. Menuju jalanan dipenuhi lautan kendaraan yang hingga jam delapan malam belum menyurut dari jalanan.

[Reksa: Jangan pulang terlalu malam! Aku mau ngomong hal penting sama kamu.]

Kay melihat sekilas pesan yang sampai di ponselnya ketika masih terjebak di lampu merah. Dengusan kecil terdengar saat Kay tahu siapa dan apa yang tertera dilayar ponsel. Dia tidak memedulikannya, melemparkan ponsel mahal tersebut ke bangku penumpang di sebelahnya dan mengemudi kembali setelah lampu hijau menyala.

Rupanya sekarang sudah waktunya bagi Reksa untuk mengatakan perpisahan mereka. Menggugatnya cerai. Mau apalagi dia selain membicarakan itu? Selama hampir bertahun-tahun mereka tidak pernah lagi membicarakan “hal penting”. Mereka nyaris asing satu sama lain. Sibuk dengan pekerjaan dan dunia masing-masing.

Kay menginjak pedal gas, melajukan kendaraannya semakin kencang. Benar. Dia harus segera sampai dan mengakhiri semua hubungan tidak bergunanya dengan Reksa. Tangannya cekatan mengendalikan setir di jalan berkelok dan mendahului mobil di jalan lurus.

Semakin cepat semakin baik. Seperti halnya perceraian yang harus segera mereka lakukan.

Mobil melaju dengan kecepatan yang tinggi. Tanpa disangka oleh Kay, sebuah truk datang dari arah berlawanan di sebuah belokan. Kay sulit mengendalikan mobil dengan kecepatan seperti itu, hingga akhirnya terpelanting ke kiri jalan. Menabrak sebuah pohon hingga bagian samping kendaraan remuk tak berbentuk.

Kejadian tersebut hanya menyisakan kepulan asap, pecahan kaca, dan nasib yang tidak diketahui dari pengendaranya.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

😂😂

2023-02-11

1

favfa

favfa

Wah aku baru tau ada cerita baru lgi..

2023-02-07

1

fLo

fLo

vote kak Lian... semangat up...

2023-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!