Bab 02 Prioritas

Reksa duduk di kursi dekat ranjang dan menatap lekat sosok yang terbaring tidak sadarkan diri. Luka-luka dan perban membalut perempuan cantik yang selama hampir delapan tahun menjadi istrinya. Baru kali ini Reksa melihat Kay setidak berdaya ini. Berbaring dan tidak membuka matanya sama sekali. Sudah hampir 3 jam berlalu dari operasi yang dijalaninya. Namun Kay belum juga menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

Kay mengalami kecelakaan menabrak sebuah pohon karena tidak bisa mengendalikan kendaraannya yang melaju pada kecepatan tinggi di belokan. Nyawanya nyaris hilang ditempat. Untunglah warga yang berada di tempat kejadian segera membawanya ke rumah sakit. Dia segera masuk ke ruang operasi karena pendar ahan yang hebat di kepala dan patah tulang kaki. Sekarang bagian-bagian tersebut terbalut perban berlapis.

Sayangnya meskipun operasi berhasil menyelamatkan nyawa Kay. Rupanya hingga sekarang dia belum mampu membuka matanya. Dokter mengatakan Kay sedang dalam kondisi koma. Mereka tidak tahu kapan dia akan sadar dan terbangun dari tidurnya.

Reksa memejamkan mata dan menghela napas berat. Dia memang sudah tidak sanggup hidup bersama dengan Kay. Tapi bukan seperti ini yang dia harapkan terjadi pada perempuan yang pernah dicintainya sepenuh hati. Bukan nasib buruk yang dia inginkan untuk istrinya yang akan segera dia sematkan “janda” dalam statusnya. Reksa ingin berpisah dengan Kay baik-baik. Tapi dengan kejadian seperti ini, perceraiannya akan tertunda hingga Kay membuka mata.

“Kak, aku dapat info dari Dokter Ilham, yang menangani anestesi Kak Kay tadi di ruang operasi. Beliau bilang ada kandungan alkohol ditubuhnya. Pantes kalau kecelakaan sampai kayak gini,” kata Faza saat masuk ke ruangan. Wajahnya ditekuk dengan perasaan kesal menatap tubuh kakak ipar yang tergolek di ranjang.

“Jangan bilang hal ini sama ibu! Rahasiakan aja kalau Kay kecelakaan karena mabuk,” balas Reksa.

“Kenapa sih, Kak? Ibu harus tahu lah kelakuan menantunya yang makin hari makin liar. Menyetir sambil mabuk sampai kecelakaan. Harusnya mati aja sekalian biar Kak Reksa beneran jadi duda.”

“Faza! Stop doain hal-hal jelek sama Kay! Dia kakak iparmu. Inget itu!”

“Halah! Kakak ipar apaan! Dia banyak nyakitin Kak Reksa, kan? Gak pernah jadi istri yang baik buat Kak Reksa. Selama ini sibuk sendiri sama karirnya sampai melupakan tugas istri dan keluarga. Harusnya Kak Reksa dari dulu ceraikan dia. Sekarang harus terima nasib masih berstatus suami dengan perempuan koma. Mungkin juga dia bakal cacat seumur hidup.”

“Kamu bisa gak sih berempati sedikit dikeadaan kayak gini? Kay baru aja lolos dari maut dan lagi berjuang hidup. Kamu itu dokter, Za. Bisa-bisanya omongan kamu gak terkontrol kayak gitu!”

“Jangan sok ngebela dia deh, Kak! Aku gak akan menaruh empati sama orang yang ngomong jahat dan ngelawan sama ibu. Apalagi dia udah bikin Kak Reksa sakit hati sama kelakuan dan omongannya yang gak bisa diatur itu. Mumpung dia belum sadar, mendingan Kak Reksa nikahin cewek yang kemarin dibawa ke rumah.”

“Aku gak ngerti kenapa kamu sebenci ini sama dia, Za. Harusnya aku yang benci banget dan gak bisa berempati sama Kay dalam keadaan kayak gini karena mengalami langsung gimana pernikahanku berantakan.”

Faza tidak memberi tanggapan terhadap keheranan kakaknya. Alih-alih dia hanya mendengus dan keluar dari ruangan. Ada hal yang sangat dibenci Faza dari Kay. Tapi Reksa tidak boleh sampai tahu itu hingga kapanpun juga. Biar saja kebenciannya juga ikut terkubur dalam ketidaksadaran kakak iparnya.

Hingga pukul tujuh pagi, Kay belum menunjukan tanda-tanda siuman. Dia masih sekaku tadi malam selepas operasi. Reksa juga belum tertidur dari kemarin, masih menunggu keajaiban agar Kay bisa sadarkan diri.

Tubuhnya lelah dan pikirannya riuh. Sebenarnya hal yang diucapkan oleh Faza memang ada benarnya. Harusnya dalam keadaan seperti ini, Reksa segera mendaftarkan perceraian mereka atau mungkin langsung menikahi Eva.

Dengan dalih istrinya koma, bisa menjadi alasan yang baik agar hubungannya bisa berlanjut kejenjang selanjutnya. Tapi sebagian nuraninya tidak sanggup melakukan hal itu. Entah kapan Kay akan sadar. Tapi Reksa harus menyelesaikan semua masalah dengan istrinya itu secara baik-baik.

Pintu ruangan terbuka, dua orang perempuan masuk ke dalam. Wajah khawatir tergurat pada perempuan tua yang sudah setengah bungkuk. Dia berjalan pelan-pelan menghampiri Reksa yang masih setia duduk di kursinya. Di belakang, perempuan muda membantu dan mengiringi ibunya.

“Kay belum sadar juga, Sa? Dokter bilang gimana soal kondisinya?”

Tuti melihat keadaan menantunya yang tergolek tanpa daya. Perban berada di kepala dan kaki. Memar serta luka gores di wajah serta tangannya. Meskipun demikian, wajah menantunya tersebut masih terlihat cantik seperti yang diingatnya. Sejak dulu Kay memang sangat cantik. Pantas saja putranya begitu tergila-gila pada Kay.

“Operasinya lancar. Tapi dokter bilang, Kay mengalami benturan hebat di kepala. Kondisinya menyebabkan dia bisa sampai koma seperti sekarang. Mereka gak tahu kapan Kay bisa sadar,” jelas Reksa.

“Gak apa-apa, Bu. Jangan terlalu khawatir. Aku juga pernah kecelakaan dan gak sadar selama dua hari, kan? Kak Kay juga mungkin gak akan lama lagi sadar,” ucap Willa menenangkan.

Tuti tidak membalasnya. Dia hanya terus menatap menantunya, memijit tangannya yang masih terasa hangat dalam genggaman. Tanda bahwa Kay masih bernyawa. Dia tidak membenci Kay. Meskipun banyak perkataannya akhir-akhir ini telah menyakiti hatinya.

Entah sejak kapan gadis manis yang dulu dikenalnya saat awal menikahi putranya berubah menjadi asing. Kay menjadi sangat keras, ambisius dan liar. Amarahnya juga sulit dikontrol hingga mengeluarkan kata-kata tidak menyenangkan pada semua orang.

“Kamu gak kerja, Sa?” tanya Tuti. Mengalihkan pandangan pada anak pertamanya yang kini duduk berbaring di sofa.

“Aku masih mau nungguin Kay sampai sadar. Mungkin bakal izin kerja hari ini,” jawabnya.

“Kita gak tahu kapan Kak Kay sadarnya, Kak. Mending kerja aja, nanti Kak Reksa malah makin gak bisa kejar kerjaan yang numpuk. Biar aku sama ibu yang jagain di sini.”

“Benar, Sa. Kamu kan orang penting di perusahaan. Kamu dapatkan posisi itu gak gampang. Jangan jadi lalai sama kerjaan kamu. Selama masih ada Ibu dan Willa disini, Kay gak akan kenapa-kenapa. Nanti Ibu kasih tahu kalau Kay sudah sadar,” ucap Tuti.

Reksa diam sejenak, sebelum akhirnya menyetujui perkataan ibunya. Dia akan tetap berangkat ke kantor hari ini. Ada jadwal meeting yang harus dia hadiri terkait kerjasama dengan perusahaan luar negeri untuk ekspor sawit. Reksa tidak mungkin absen untuk menghadiri pertemuan penting tersebut.

Selama ini dia sudah berjuang begitu keras untuk memperoleh posisi sebagai International Business Manager di salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Dia membangun karirnya dari nol hingga sesukses sekarang.

Meskipun ada bagian dihatinya yang enggan beranjak dari sana karena Kay belum juga membuka mata. Tapi pekerjaan sibuk dihadapannya masih menjadi prioritas penting untuk Reksa. Lagipula ibu dan adik perempuannya akan menemani Kay hingga sadarkan diri kembali.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

mungkin Kay berubah setelah tau reksa selingkuh dia ky gitu pgnnya reksa yg gugat dia cerai😁...Thor aku lagi mengadi Ngadi😂

2023-02-16

1

Tri Dikman

Tri Dikman

Aku penasaran sama kay,sejahat itu kah dia

2023-02-06

0

Tri Dikman

Tri Dikman

Faza sama kayak nama anak ku thor 🥰

2023-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!