Bima mengguyur tubuhnya dibawah kucuran shower. Ingatannya masih tertuju ke beberapa saat lalu. Ia sudah melepas keperjakaannya dengan gadis yang sama sekali tidak ia tahu namanya.
Namun entah mengapa sebuah senyum terbit di bibir Bima kala mengingat percintaan hangatnya dengan gadis asing itu. Usai membersihkan diri, Bima menatap gadis yang sudah menjadi wanita itu yang sudah terlena dalam mimpi.
Sepertinya gadis itu kelelahan usai bertempur dengan Bima. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Bima ingin kembali ke tempat tidur dan memeluk gadis itu. Besok adalah hari pernikahan Aron, tidak mungkin Bima datang terlambat ke acara pernikahan sang kawan.
Mata Bima tiba-tiba tertuju pada sebuah tas slempang milik gadis itu. Ada sedikit rasa ingin mengetahui tentang identitas gadis itu. Tapi seketika Bima urungkan. Ia tidak bisa bermain curang seperti ini. Bima ingin gadis ini menyebutkan namanya sendiri dengan bibirnya.
Bima memilih untuk naik keatas ranjang. Tak masalah kan jika mereka tidur seranjang? Toh mereka sudah melakukan lebih dari tidur bersama.
Bima memperhatikan wajah gadis yang terlihat cantik meski sedang terpejam. Bima membenarkan anak rambut yang menutupi wajahnya.
"Astaga! Kenapa pula ada tahi lalat di bibirnya?" gumam Bima. Membuat sesuatu kembali terpancing dalam dirinya.
Bima mengusap lembut pipi Delia yang tidur menyamping menghadapnya itu. Pergerakan Bima membuat mata Delia terbuka.
"Kau tidak tidur, Tuan?" tanyanya serak.
"Belum, aku terbiasa tidur hanya beberapa jam saja."
Sebuah percakapan hangat kembali tercipta.
"Oh ya? Memang apa pekerjaanmu?"
"Sesuatu yang tidak menyenangkan."
Delia tertawa kecil. "Jika tidak menyenangkan kenapa kau tetap melakukannya?"
"Karena aku ingin."
Delia tersenyum. Sebuah senyum yang sangat manis meski nyawanya belum terkumpul sempurna.
"Lakukanlah hal yang kau sukai dan kau cintai. Maka kau akan merasa bahagia menjalani hidupmu."
Bima balas tersenyum. "Jika saat ini ada hal yang aku sukai, apa aku harus melakukannya?"
"Hmm, tentu saja."
"Kalau begitu ... aku menyukai ini." Bima segera mendekat dan mendaratkan bibirnya di bibir Delia.
Tentu saja Delia kaget. Bisa-bisanya Bima kembali menyerangnya dengan alasan yang cukup aneh. Lagipula ini juga salah Delia yang mengatakan lakukan hal yang kau sukai.
Hmm, Delia tidak akan bisa menolak pesona Bima. Pria itu kembali menerkam Delia di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka. Seperti biasa, Bima melakukannya dengan sangat lembut. Sehingga Delia bisa menikmati kegiatan panas mereka kali ini.
#
#
#
Ponsel Delia terus bergetar sejak tadi. Tapi si empunya masih betah bergelung dibawah selimut bersama dengan pria yang ia ketahui bernama Bima Antara. Entah itu benar atau tidak. Yang pasti Delia sudah menyerahkan hal yang berharga kepada pria itu hanya untuk membalas pengkhianatan yang dilakukan Daniel padanya.
Delia akhirnya membuka mata dan menyadari sesuatu. Hari ini adalah hari pernikahan sahabatnya, Vivian. Ia harus hadir sebelum pukul 12 siang.
Delia duduk di tepi ranjang. Dilihatnya pria yang menghabiskan malam dengannya masih terlelap. Sepertinya pria itu juga kehabisan tenaga setelah pertempuran panas dengannya.
Delia meraih ponsel yang ada di dalam tasnya.
"Astaga! Aku lupa kalau aku harus jadi pengiring mempelai wanita!" Delia menepuk jidatnya sendiri.
Dengan cepat ia berlari kearah kamar mandi dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Rasa perih di pusat tubuhnya tidak ia hiraukan. Karena pastinya, amukan dari Amy dan Vivian sudah menantinya.
Usai membersihkan diri, Delia menatap pria yang semalam sudah merenggut mahkotanya secara sukarela. Ya, Delia memang merasa sedikit menyesali kekhilafannya, tapi ia tak bisa memutar waktu. Biarlah semua menjadi kenangan dalam hidupnya. Delia akan melupakan pria itu dan kejadian malam tadi. Kemudian Delia pun keluar dari kamar hotel tanpa menyisakan apapun disana.
Pukul sebelas siang, Bima terbangun dari tidur panjangnya. Bibirnya mengulas senyum ketika mengingat malam panas yang ia habiskan bersama gadis yang tak dikenalnya. Bima melirik sekelilingnya. Tidak ada siapapun disana.
"Kemana dia?" gumam Bima.
Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Arjuna. Bima baru ingat jika ia didadulat sebagai pendamping mempelai pria bersama Arjuna dan Daniel.
"Hah! Aron pasti marah padaku. Aku harus bergegas!"
Bima segera bangkit dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Tampak kamar mandi masih menyisakan tetesan air. Itu artinya gadis semalam sudah membersihkan sebelum dirinya.
"Hah! Kenapa dia meninggalkan aku begitu saja setelah merenggut keperjakaanku? Jika tahu begini, harusnya aku bongkar saja isi tasnya dan mengambil kartu identitasnya!" sesal Bima dalam hati.
#
#
#
Di sebuah altar pernikahan, Vivian masuk diiringi dua sahabat baiknya, Delia dan Amy. Meski sempat marah pada Delia, tapi Vivian berhasil dibujuk karena memang Delia datang tepat pada waktunya.
Delia memakai dress senada dengan Amy berwarna nude tanpa lengan. Rambut panjangnya digelung dengan dengan rapi dan menyisakan beberapa helai tergerai. Membuat Delia tampil sangat anggun. Beruntung semalam Bima tidak meninggalkan bekas di leher Delia, jadi Delia masih percaya diri mengenakan dress tanpa lengan itu.
Delia tersenyum manis ketika berjalan mengantar Vivian untuk menuju ke tempat calon suaminya berada, Aron Deroza. Senyum manis Delia mulai menghilang ketika melihat siapa pria yang berdiri disamping Aron. Dia adalah Daniel, kekasih yang sudah mengkhianatinya. Delia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Selina. Tapi sepertinya sekretaris Daniel itu tidak ikut ke acara pernikahan ini.
Pandangan mata Delia dan Daniel bertemu. Pria itu nampak terkejut saat melihat Delia yang ternyata sahabat Vivian. Dunia terasa sempit.
"Dan, bukankah itu Delia? Jadi, dia adalah sahabat Vivian?" bisik Arjuna yang juga melihat sosok Delia.
"Hmm, mungkin. Delia kan kuliah di Paris. Bisa saja mereka berteman," jawab Daniel malas. Kini Daniel tak bisa bersikap manis seperti dulu. Toh semua kebohongannya sudah terbongkar oleh Delia.
"Duh, si Bima kemana sih? Acara sudah mau mulai tapi dia belum datang juga!" gerutu Arjuna pelan yang didengar oleh Daniel.
"Dengan ini kalian Aron Deroza dan Vivian Desmonde, sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Silakan mencium pasangan kalian!" ucap seorang pendeta.
Dengan mesra Aron mengecup bibir Vivian dan mendapat sorakan dari para tamu yang hadir. Pesta pernikahan dilanjut di sebuah villa milik keluarga Vivian.
Bima yang datang terlambat meminta maaf pada Aron dan Vivian. Aron memaklumi keterlambatan Bima. Toh kini sahabatnya itu sudah datang ke pesta ini.
Semua tamu berjoget bersama dengan kedua mempelai. Semua orang terlihat sangat bahagia, terkecuali satu orang yang sedari tadi menarik diri dari kerumunan para tamu. Dialah Delia.
Diantara banyaknya tamu yang hadir, Delia sama sekali tidak tertarik dengan kemeriahan itu. Delia malas bertemu Daniel dan Selina. Hatinya masih begitu sakit mengingat apa yang Daniel katakan padanya kemarin.
Mereka akan tetap menikah meski tidak ada cinta diantara mereka. Delia sangat iri pada Vivian yang bisa menikah dengan pria yang sangat dia cintai.
Delia tak mampu lagi membendung rasa sesak di hatinya. Delia memilih pergi dari sana. Ia akan kembali ke hotel saja.
Kepergian Delia nampaknya tak luput dari pandangan seorang pria yang tak sengaja melihat kearahnya.
"Bukankah itu...gadis semalam? Dia ada disini?"
Pria yang tak lain adalah Bima segera mengejar Delia. Bima yakin jika itu adalah gadis yang semalam bertukar peluh dan saliva bersamanya.
#tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ika Ika
haduh....
2023-03-07
1
Restviani
merenggut keperjakaanku?
😂
2023-02-11
1
Restviani
nah kan...
ronde kedua...tetew...
2023-02-11
1