Tutup telinga

Melihat Titik datang bersama keluarganya, Wingsih bergegas memanggil suaminya.

"Pak-pak itu Bu Titik datang bawa komplotan!" ucapnya waswas.

"Kamu ngomong apa sih Bu! Komplotan apa? Emangnya Bu Titik itu mafia!" kekeh Prapto.

"Bapak ini, ibu lagi ngga bercanda! Noh lihat sendiri!" tunjuk Wingsih ke jendela.

"Waduh, kasihan mbak Nina dan Rima Bu, kita harus bantu mereka sekarang! Beraninya mereka main keroyokan!"

"Biar aku yang bantu Mbak Nina pak, bapak ke pak Rt minta bantuan! Sekalian ajak bapak-bapak yang lain takut-takut ada kejadian anarkis," pinta Wingsih serius.

"Siap Buk! Dah sana kamu bantu mbak Nina! Cegah jangan sampai ada huru-hara, tapi kamu juga harus hati-hati ya!" pinta Prapto lalu mencium kening istrinya.

Meski sudah tua dan tak memiliki anak, Prapto selalu berlaku manis pada istrinya, tak peduli pada omongan tetangga nyatanya mereka selalu hidup harmonis.

"HEH! ANAK NGGA TAU DI UNTUNG! KENAPA KAMU MENGUSIR BAPAK DAN IBU!"

Nina berbalik lalu menatap kecut pada saudari tirinya. Dia sudah bersiap menghadapi keluarga ibu tirinya.

Tyas dengan berkacak pinggang menatap tajam Nina, membuat Rima menciut ketakutan di balik punggung Nina.

Nina menoleh menatap sang putri yang sudah berwajah pias, "kamu tenang ya sayang, masuk ke kamar, tutup pintunya biar ibu yang hadapi para iblis ini," ucapnya lembut.

Rima menatap sendu sang ibu, Nina mengangguk, Rima lalu berjalan menjauhi ibunya sambil sesekali menoleh ke belakang.

Jujur ia takut sang ibu akan di siksa oleh saudari tiri ibunya seperti dirinya, dia takut kehilangan sang ibu.

Di dalam kamar, Rima meringkuk duduk sambil memeluk kakinya dan menutup telinganya takut, kala mendengar suara teriakan di depan.

Setelah kepergian sang putri Nina menutup pintu dan berbalik menatap bengis Tyas.

"Apa-apaan kamu mengusir bapak sama ibu! Ngga punya otak kamu hah!" maki Tyas lagi.

"Bukankah mereka juga orang tuamu Tyas?" cibir Nina.

"Kenapa? Kamu ngga mau nampung mereka? Takut mereka menyusahkanmu?" sindirnya telak.

"Ada apa ini?" sela Wingsih dengan menyingsing gamis panjangnya.

Yanto terperangah menatap wajah cantik Nina. Wajahnya semakin bersih, Nina yang pada dasarnya memiliki kulit yang putih tampak semakin bersinar di mata Yanto, berbeda dengan Tyas yang menurutnya tak merawat diri.

Lelaki itu sudah membayangkan bisa memperistri Nina hidupnya pasti akan menyenangkan.

"Bu Wingsih ngga usah ikut campur, pergi sana!" usir Tyas geram.

"Bu Wingsih bantu aku aja jaga Rima, tolong tenangkan dia ya," pinta Nina yang yakin kalau keributan ini akan membuat batin anak gadisnya kembali terguncang.

Nina yang setelah kembali kini memilih mengenakan gamis panjang, lantas menyingsing lengan bajunya, siap menghadapi keluarga ibu tirinya.

"Pergi dari sini sebelum aku laporkan kalian ke kepolisian!" ancam Nina.

Tyas tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Nina yang ia pikir hanya gertakan sambal saja.

"Orang udik seperti kamu memang akan di tanggapi!" cibir Tyas.

"Kenapa enggak! Aku memiliki uang yang bahkan bisa aku gunakan untuk menyewa pengacara, jangan lupakan itu!" Nina berjalan mendekati Tyas yang berwajah masam.

"Kamu itu mau sok-sokan nyewa pengacara! Kami di sini sudah bersusah payah menjaga anakmu! Bukannya kasih kami uang malah mau melaporkan kami!" sindirnya.

Nina benar-benar tak menyangka jika saudari tirinya bisa berkata dengan tak tau malu seperti ini.

Yanto yang malu karena para warga mulai berkumpul lantas menyela keduanya.

"Emmm ... Dek Nina, sebaiknya kita bicarakan di dalam bagaimana? Malu di lihat orang," sela Yanto dengan nada lembut yang justru membuat Tyan kesal.

"Pah! Kamu apa-apaan sih ngomong lebay gitu sama janda gatel ini!" sergah Tyas.

Di dalam kamar Rima, gadis itu menangis ketakutan sambil memeluk lututnya dan menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Ya Allah Rima, kamu ngga papa Nak," Wingsih bergegas memeluk anak remaja yang tubuhnya bergetar.

"Bu Wingsih, gimana sama Ibu, Rima takut kalau sampai mereka menyakiti Ibu," isaknya sambil memegang ke dua tangan Wingsih

"Tenang Nak Rima, Bu Wingsih yakin kalau ibumu sanggup melawan mereka," ujarnya menenangkan.

Di luar rumah, pak Rt datang karena mendapat laporan dari Prapto jika terjadi keributan di kediaman Nina.

Ketua Rt sebenarnya agak segan menyambangi kediaman Nina, dia tau jika wanita itu pasti akan menyudutkannya terkait perlakuan keluarganya terhadap putrinya sendiri.

Namun Prapto tetap memaksanya untuk hadir dan membantu Nina.

"Mbak Nina, maaf ada apa ini?" tanya Pak Rt yang datang di tengah-tengah mereka.

"Ini loh pak, anak ngga tau di untung, malah mengusir orang tuanya! Jelaslah saya marah!" adu Tyas membela diri.

"Loh, mereka juga orang tuamu kan? Kenapa kamu ngga mau menampungnya? Ingat, aku bahkan sudah mengalah dengan membiarkan mereka tinggal di kediaman warisan orang tuaku, tapi apa? Kalian malah menjualnya!" geramnya.

Dibyo dan Titik merasa gugup dengan penuturan Nina, sebab rumah lama Dibyo memang telah di beli oleh Nina dan almarhum suaminya.

Dibyo meminta Nina untuk membeli rumahnya dulu karena untuk biaya pernikahannya dengan Titik.

Jadi sudah di pastikan kalau rumah itu mutlak milik Nina, bukan lagi warisan bersama.

"Heh Nina! Baru ibumu yang meninggal, masih ada bapakmu! Suka-suka kami mau jual rumah itu, aku istrinya sekarang," sergah Titik kecut.

Nina tersenyum mengejek lalu menatap Dibyo yang masih menunduk.

"Bapak ngga kasih tau istri barumu tentang asal usul rumah itu? Aku bisa memperkarakan kalian!" ancamnya pada sang ayah.

"Loh ... Loh kamu kok ngga punya sopan santun sekali sih Nina mengancam bapakmu seperti itu, ngga tau malu sekali!" imbuh Titik.

"Baik ayo kita selesaikan ini di kantor kelurahan, karena percuma saya menjelaskan hal ini pada kalian yang bodoh!" ajaknya.

Ketua Rt tampak panik saat Nina mengajak mereka semua ke kantor kelurahan, bisa tamat kariernya kalau Nina mengadukan tentang semua kondisi keluarganya.

Sebagai ketua Rt, bisa di bilang pak Agus gagal mengayomi warganya, ia tutup telinga saat mendengar keadaan Rima yang di laporkan oleh warga.

Apalagi dia juga menerima uang tutup mulut dari Titik untuk pura-pura tidak tau.

"Eh, mbak Nina bukankah lebih baik kita selesaikan masalah ini secara kekeluargaan?" bujuk Agus.

Nina menatap Agus penuh dengan amarah, "saya juga akan melaporkan bapak karena tidak becus menjaga warganya! Bagaimana bisa bapak tidak mengadili keluarga saya yang memperlakukan anak saya dengan keji Hah!" bentaknya.

Agus gelagapan mendengar ucapan Nina yang menyudutkannya.

"Jaga bicara mbak Nina ya, saya datang ke sini baik-baik karena sebagai ketua Rt ingin mendamaikan kalian, kenapa Mbak Nina malah balik mengancam saya!" ketus Agus tak terima di salahkan.

"Oya? Bu Wingsih dan Pak Prapto sudah cerita sama saya kalau mereka sering melaporkan tindak kekerasan Rima pada bapak tapi bapak tak peduli! Saya akan laporkan kalian semua pada pihak yang berwajib! Camkan itu!"

"Sekarang kalian keluar dari rumah saya, sebelum kesabaran saya habis!" usirnya.

Warga yang melihat mereka lalu menyoraki mereka semua, membuat Agus sangat malu, dia memilih pergi meninggalkan kediaman Nina dan menyusun rencana.

"Awas kamu Nina! Aku bakal balas perbuatan kamu!" ujar Tyas.

Mereka memilih kabur dari kediaman Nina karena takut di amuk oleh para tetangga yang lebih mendukung Nina.

.

.

.

Tbc

Terpopuler

Comments

Muji Lestari Tari

Muji Lestari Tari

ibu demi anak TDK takut apapun

2025-01-12

0

Enih Rustini

Enih Rustini

goodjob nina lindas sj manusia" biadab itu

2023-05-13

2

elvi yusfijar

elvi yusfijar

gas nina gasss,,,, enak aja mereka

2023-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Kenyataan Pahit
3 Keluarga tak tau diri
4 Tutup telinga
5 Fitnah Keji
6 Kesialan Dibyo
7 Ngereog
8 Playing Victim
9 Berani melawan
10 Kesialan Ziva
11 Menyelamatkan Dibyo
12 Syarat untuk Dibyo
13 Menjemput Titik
14 Rencana Titik
15 Gorengan Alot
16 Kalah Telak
17 Kehidupan yang berbalik
18 Perhatian Tentangga Baru
19 Janda Premium
20 Kemalangan Ziva
21 Dita jadi pencopet
22 Kesialan Dita
23 Hilangnya sertifikat rumah
24 Memaksa Dibyo
25 Di gadaikan
26 Kalah Saing
27 Belang Budi
28 Saling memanfaatkan
29 Dilema Titik
30 Kebahagiaan di tengah duka
31 Rencana busuk
32 Desakkan
33 Sikap tegas Nina
34 Menyerah
35 Semakin terlihat busuknya.
36 Lamaran dadakan
37 Mengasingkan Dibyo
38 Pertemuan yang tak terduga
39 Bertemu mantan mertua
40 Karma
41 Terenggut lagi
42 Kembalinya Yanto
43 Serangan Ratih
44 Terusir
45 Menolak
46 Ancaman Novi
47 Budi lagi
48 Kekejian Budi
49 Tentang Mulya
50 Kekalutan Budi
51 Pulang
52 Apa lagi?
53 Tertangkap
54 Teringkus
55 Akhir kisah Budi.
56 Hukuman
57 Bertingkah
58 Hamil
59 Pergi
60 Sidang
61 Ketahuan
62 Murkanya Yanto
63 Mencari kambing hitam
64 Di Keluarkan
65 Kesialan Bertubi-tubi
66 Melabrak Baron
67 Calon Madu
68 Kesepakatan
69 Di luar ekspektasi
70 Hari kelulusan
71 Season 2 kehidupan baru Rima
72 Dikerjai habis-habisan
73 Gadis pertama
74 Perhatian Andi
75 Kecemasan Andi
76 Sikap Galih
77 Rasa yang tidak di mengerti
78 Mencekam
79 Galih Vs Gyan
80 Rencana Andi
81 Lamaran Amadi
82 Taruhan
83 Luke
84 Selalu kata 'Kenapa?'
85 Happy Eid Mubarok
86 Undangan Andi
87 Kekacauan
88 Pernikahan Nina dan Ahmadi
89 Saudari Baru
90 Rencana Citra
91 Pertemuan Andi dan Citra
92 Ungkapan perasaan Andi
93 Kabar duka di tengah kabar bahagia
94 Tuntutan
95 Siapa dalang sebenarnya?
96 Siapa Dia?
97 Kenapa harus kamu?
98 Masih Sangsi
99 Pesta kelulusan
100 Siapa yang iblis sebenarnya.
101 Perpisahan
102 Sepuluh tahun berlalu
103 Pernikahan Dadakan
104 Istri kedua?
105 Tak menyerah
106 Pertemuan
107 ketegasan Andi
108 Saling Mendukung
109 Tegang
110 Tamat
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Pulang
2
Kenyataan Pahit
3
Keluarga tak tau diri
4
Tutup telinga
5
Fitnah Keji
6
Kesialan Dibyo
7
Ngereog
8
Playing Victim
9
Berani melawan
10
Kesialan Ziva
11
Menyelamatkan Dibyo
12
Syarat untuk Dibyo
13
Menjemput Titik
14
Rencana Titik
15
Gorengan Alot
16
Kalah Telak
17
Kehidupan yang berbalik
18
Perhatian Tentangga Baru
19
Janda Premium
20
Kemalangan Ziva
21
Dita jadi pencopet
22
Kesialan Dita
23
Hilangnya sertifikat rumah
24
Memaksa Dibyo
25
Di gadaikan
26
Kalah Saing
27
Belang Budi
28
Saling memanfaatkan
29
Dilema Titik
30
Kebahagiaan di tengah duka
31
Rencana busuk
32
Desakkan
33
Sikap tegas Nina
34
Menyerah
35
Semakin terlihat busuknya.
36
Lamaran dadakan
37
Mengasingkan Dibyo
38
Pertemuan yang tak terduga
39
Bertemu mantan mertua
40
Karma
41
Terenggut lagi
42
Kembalinya Yanto
43
Serangan Ratih
44
Terusir
45
Menolak
46
Ancaman Novi
47
Budi lagi
48
Kekejian Budi
49
Tentang Mulya
50
Kekalutan Budi
51
Pulang
52
Apa lagi?
53
Tertangkap
54
Teringkus
55
Akhir kisah Budi.
56
Hukuman
57
Bertingkah
58
Hamil
59
Pergi
60
Sidang
61
Ketahuan
62
Murkanya Yanto
63
Mencari kambing hitam
64
Di Keluarkan
65
Kesialan Bertubi-tubi
66
Melabrak Baron
67
Calon Madu
68
Kesepakatan
69
Di luar ekspektasi
70
Hari kelulusan
71
Season 2 kehidupan baru Rima
72
Dikerjai habis-habisan
73
Gadis pertama
74
Perhatian Andi
75
Kecemasan Andi
76
Sikap Galih
77
Rasa yang tidak di mengerti
78
Mencekam
79
Galih Vs Gyan
80
Rencana Andi
81
Lamaran Amadi
82
Taruhan
83
Luke
84
Selalu kata 'Kenapa?'
85
Happy Eid Mubarok
86
Undangan Andi
87
Kekacauan
88
Pernikahan Nina dan Ahmadi
89
Saudari Baru
90
Rencana Citra
91
Pertemuan Andi dan Citra
92
Ungkapan perasaan Andi
93
Kabar duka di tengah kabar bahagia
94
Tuntutan
95
Siapa dalang sebenarnya?
96
Siapa Dia?
97
Kenapa harus kamu?
98
Masih Sangsi
99
Pesta kelulusan
100
Siapa yang iblis sebenarnya.
101
Perpisahan
102
Sepuluh tahun berlalu
103
Pernikahan Dadakan
104
Istri kedua?
105
Tak menyerah
106
Pertemuan
107
ketegasan Andi
108
Saling Mendukung
109
Tegang
110
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!