Fitnah Keji

Nina bergegas masuk ke kamar untuk melihat keadaan putri semata wayangnya.

"Pak Rt itu emamg keterlaluan Nina, tapi ya wajar orang selalu di kasih uang tutup mulut sama ibu tiri kamu," jelas Wingsih.

"Sudahlah Bu, saya akan menyelesaikan masalah ini satu persatu, sekarang saya akan bawa Rima ke rumah sakit untuk di visum, Bu Wingsih bisa bantu saya membersihkan rumah? Tolong barang-barang milik orang tua saya dan Dita di keluarkan dari rumah ini," pinta Nina.

Wingsih memang bekerja sebagai pesuruh lepas di kampungnya, dulu saat kehidupan Nina masih makmur karena ada suaminya, Nina selalu memperkerjakan Wingsih di rumahnya, tapi tidak menginap karena memang rumah mereka berdekatan.

Ekonomi Wingsih juga tidak terlalu buruk, hanya karena mereka belum di karuniai keturunan, membuat Wingsih mencari kesibukan di luar dan semua atas izin suaminya.

"Kamu tenang saja mbak, serahkan urusan beberes sama Ibu. Ah rindu sekali ibu berada di rumah ini," ujar wanita ramah itu.

Nina mendatangi mobil pesanannya, beruntung sang sopir mau menunggu saat dia sedang dalam kericuhan tadi.

"Maaf ya pak, atas kesabaran bapak menunggu kami. Nanti akan saya tambahkan uangnya," ujar Nina tak enak hati.

Sang sopir memaklumi bahkan ia ikut mendengar apa yang terjadi di kediaman Nina tadi dan ikut bersimpati.

"Ngga papa bu, ngga usah, ibu yang sabar ya, saya yakin semau pasti atas kehendak Allah," balanya.

Nina mendatangi sebuah rumah makan pilihan anaknya, dia ingin menebus segala kesalahannya selama ini pada sang putri.

"Pelan-pelan makannya sayang, ibu akan ajak ke mana pun maumu hari ini," ucap Nina sendu kala melihat anaknya begitu lahap makan makanan favoritnya dulu.

Saat sedang menikmati makanannya tak lama seseorang mendekati keduanya.

"Wah bisa makan di sini kamu Rim, nyolong duit siapa lagi?" ledek gadis remaja seusia Rima.

Nina lalu menatap gadis itu dengan sengit, gadis remaja itu tak gentar dengan tatapan tajam Nina, justru melanjutkan ucapannya.

"Ati-ati tante, tukang nyolong dia!" ledeknya.

"Maksud kamu apa? Kalau ngomong ati-ati, saya ibunya Rima. Kamu ngga di ajari sopan santun sama orang tua kamu!" ketus Nina tajam.

Gadis itu mundur saat tau ternyata wanita cantik di hadapan Rima adalah ibunya.

Gadis itu menang tak pernah tau seperti apa ibu Rima yang selalu di rundungnya. Yang ia tau ibunya Rima bekerja sebagai TKW di luar negeri.

"Eh, siapa kamu main bentak-bentak anak saya!" ketus seorang ibu dengan tubuh gempal mendekati mereka.

Merasa ada yang membela teman sekelas Rima itu lantas merajuk pada ibunya.

"Ini loh mah, tante ini marahi aku, padahal kan niat aku baik, ngasih tau anaknya kalau tukang nyolong di sekolahan!" adunya.

"Oh kamu ibunya Rima, kebetulan banget, balikin uang anak saya yang di colong anak kamu!"

Tubuh Rima bergetar, Nina beranjak memeluk putrinya dan menggenggam tangannya.

Nina tau ada yang bermasalah dengan mental putrinya yang selama ini selalu di siksa.

"Tarik napasmu, tenang ada ibu di sini, ngga akan ibu biarkan siapa pun menyakitimu, Rima percayakan?" ucapnya lembut.

Gadis remaja itu mengangguk lalu menyeka air matanya. Nina mengajak Rima beranjak dari sana untuk menjauhkannya dari teman Rima dan ibunya.

"Heh, malah pergi selesaikan dulu masalah kita!" ejek ibu temannya Rima.

Nina berhenti lantas meminta Rima untuk datang ke sebuah kedai es krim dan menunggunya di sana.

"Kamu!" tunjuknya pada ibu teman putrinya dengan tatapan tajam.

Ibu bertubuh gempal itu mundur saat menatap Nina yang tampak menyeramkan, tapi ia berusaha tenang.

Nina lalu melipat kedua tangannya di dada, "apa Anda punya bukti kalau anakku mencuri?" tantangnya.

Wanita itu menoleh pada sang putri, "ayo ngomong!" desaknya.

Remaja seusia putrinya itu menatap takut-takut. "Dia ambil uangku, kalau ngga percaya tanya aja sama dia!" elaknya gugup sambil menunjuk Rima yang sedang duduk menikmati es krimnya.

"Baik tunggu di sini," sebelum beranjak meninggalkan keduanya, Rima menoleh dan tersenyum pada sang ibu, berbeda dengan dua orang yang justru mendelik ke arahnya.

Nina memutuskan memanggil sang putri dengan melambaikan tangan agar mendekat ke arahnya.

Rima melangkah menuju ke arah sang ibu dengan tubuh gemetar karena takut.

"Rima, ibu mau tanya benarkah kamu mencuri uang dia," ujar Nina lembut, tentu saja dia percaya pada sang putri hanya saja dia ingin tau kronologi yang sebenarnya.

Rima menengadah menatap sang ibu lalu menatap kawannya, temannya itu memelototinya. Nina yang tau tatapan mengancam teman sang putri meminta Rima agar jangan takut untuk mengungkap kebenarannya.

"Kamu tau, ibu akan melakukan apa pun, jika pun kamu salah, ibu akan ke sekolah besok, kamu jangan khawatir," pinta Nina agar sang putri merasa tenang.

Nina yakin besok teman putrinya itu akan merundung anaknya dan tak akan dia biarkan.

"Jelaskan saja," lanjut Nina lembut.

"A-aku menemukan uang Puput Bu, saat aku ambil, tiba-tiba Puput datang lalu mengatakan kalau aku mencuri uangnya," jelas Rima takut-takut.

"Halah mana mau ngaku dia, kepergok baru bilang nemu!" sela ibu Puput.

Nina lalu menoleh ke arah wanita itu dengan ekspresi jengah, "kamu tadi bilang aku harus mengembalikan uang yang di curi putriku. Kenyataannya tak ada yang di curi kan? Kamu mau memeras kami?" tuduh Nina.

Ibu dari Puput gelagapan mendengar tuduhan Nina, "enak aja, duitnya emang ilang kan Nak?" tanyanya pada sang putri.

Puput hanya melengos karena tak tau apa-apa dengan rencana ibunya, "ayo kita pulang bu, ngapain sih berurusan sama maling!" ketusnya.

Nina yang kesal lantas menatap Puput dengan geram, "Kamu dari tadi fitnah anak saya maling-maling tapi ngga ada buktinya, ingat ya besok saya akan ke sekolahan mengadukan kelakuan kamu!" ancam Nina.

"Apa maksud kamu ancam-ancam anak saya? Kamu ngga tau siapa saya, dengar ya, saya akan buat anak kamu di keluarkan dari sekolah!" bela ibunda Puput.

Keduanya lantas berlalu dari sana, Nina lantas mengajak Rima berbicara lagi.

"Ibu percaya sama kamu, apa di sekolah kamu sering di Buly oleh anak tadi?"

Rima menunduk, dengan sikap sang putri yang seperti itu, Nina yakin jika putrinya mengalami perundungan di sekolah dan Nina tak akan membiarkan hal itu.

Demi menghapus ketakutan sang putri Nina mengajak Rima memasuki sebuah Mall ternama di kotanya, Rima sangat senang, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan semenjak ayahnya meninggal dan ibunya bekerja keluar negeri.

Langkah gadis itu berhenti pada sebuah konter handphone. Nina yang melihat arah pandang putrinya lalu menebak apa yang di inginkannya.

"Rima mau hp?"

Rima menoleh ke arah sang ibu, ingin tentu saja, tapi ia takut merepotkan sang ibu.

"Sekolah Rima sudah mulai menerapkan sistem digitalisasi Bu, bahkan semua tugas sudah melalui media seperti hp atau laptop, hanya Rima yang belum memilikinya," lirihnya.

Nina terenyuh dengan keinginan sang putri, ia kira anaknya meminta ponsel hanya sekedar untuk bergaya seperti anak remaja pada umumnya, nyatanya dia meminta ponsel untuk kebutuhan sekolahnya.

"Ayo kita beli, Rima boleh beli apa pun yang Rima butuh kan, selain ponsel Rima butuh apa lagi nak?"

"Rima butuh seragam sekolah dan perlengkapan sekolah Bu, kalau boleh, Rima minta sepeda, ngga perlu baru Bu, Rima lelah selalu jalan kaki," jelasnya.

"A-apa? Rima jalan kaki ke sekolah? Bukannya Tante Tyas yang antar jemput kamu sekolah?"

Rima menggeleng bingung, selama ini dia selalu pulang pergi jalan kaki, bahkan tanpa sarapan dan uang saku, gadis remaja itu sudah lama menderita akibat kezaliman saudara tiri ibunya.

.

.

.

Tbc

Terpopuler

Comments

Muji Lestari Tari

Muji Lestari Tari

nenek tiri iblis

2025-01-12

0

Enih Rustini

Enih Rustini

ayo rima jangan takut lagi menghadapi dunia ada ibumu yg akan membelamu mati"an

2023-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Kenyataan Pahit
3 Keluarga tak tau diri
4 Tutup telinga
5 Fitnah Keji
6 Kesialan Dibyo
7 Ngereog
8 Playing Victim
9 Berani melawan
10 Kesialan Ziva
11 Menyelamatkan Dibyo
12 Syarat untuk Dibyo
13 Menjemput Titik
14 Rencana Titik
15 Gorengan Alot
16 Kalah Telak
17 Kehidupan yang berbalik
18 Perhatian Tentangga Baru
19 Janda Premium
20 Kemalangan Ziva
21 Dita jadi pencopet
22 Kesialan Dita
23 Hilangnya sertifikat rumah
24 Memaksa Dibyo
25 Di gadaikan
26 Kalah Saing
27 Belang Budi
28 Saling memanfaatkan
29 Dilema Titik
30 Kebahagiaan di tengah duka
31 Rencana busuk
32 Desakkan
33 Sikap tegas Nina
34 Menyerah
35 Semakin terlihat busuknya.
36 Lamaran dadakan
37 Mengasingkan Dibyo
38 Pertemuan yang tak terduga
39 Bertemu mantan mertua
40 Karma
41 Terenggut lagi
42 Kembalinya Yanto
43 Serangan Ratih
44 Terusir
45 Menolak
46 Ancaman Novi
47 Budi lagi
48 Kekejian Budi
49 Tentang Mulya
50 Kekalutan Budi
51 Pulang
52 Apa lagi?
53 Tertangkap
54 Teringkus
55 Akhir kisah Budi.
56 Hukuman
57 Bertingkah
58 Hamil
59 Pergi
60 Sidang
61 Ketahuan
62 Murkanya Yanto
63 Mencari kambing hitam
64 Di Keluarkan
65 Kesialan Bertubi-tubi
66 Melabrak Baron
67 Calon Madu
68 Kesepakatan
69 Di luar ekspektasi
70 Hari kelulusan
71 Season 2 kehidupan baru Rima
72 Dikerjai habis-habisan
73 Gadis pertama
74 Perhatian Andi
75 Kecemasan Andi
76 Sikap Galih
77 Rasa yang tidak di mengerti
78 Mencekam
79 Galih Vs Gyan
80 Rencana Andi
81 Lamaran Amadi
82 Taruhan
83 Luke
84 Selalu kata 'Kenapa?'
85 Happy Eid Mubarok
86 Undangan Andi
87 Kekacauan
88 Pernikahan Nina dan Ahmadi
89 Saudari Baru
90 Rencana Citra
91 Pertemuan Andi dan Citra
92 Ungkapan perasaan Andi
93 Kabar duka di tengah kabar bahagia
94 Tuntutan
95 Siapa dalang sebenarnya?
96 Siapa Dia?
97 Kenapa harus kamu?
98 Masih Sangsi
99 Pesta kelulusan
100 Siapa yang iblis sebenarnya.
101 Perpisahan
102 Sepuluh tahun berlalu
103 Pernikahan Dadakan
104 Istri kedua?
105 Tak menyerah
106 Pertemuan
107 ketegasan Andi
108 Saling Mendukung
109 Tegang
110 Tamat
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Pulang
2
Kenyataan Pahit
3
Keluarga tak tau diri
4
Tutup telinga
5
Fitnah Keji
6
Kesialan Dibyo
7
Ngereog
8
Playing Victim
9
Berani melawan
10
Kesialan Ziva
11
Menyelamatkan Dibyo
12
Syarat untuk Dibyo
13
Menjemput Titik
14
Rencana Titik
15
Gorengan Alot
16
Kalah Telak
17
Kehidupan yang berbalik
18
Perhatian Tentangga Baru
19
Janda Premium
20
Kemalangan Ziva
21
Dita jadi pencopet
22
Kesialan Dita
23
Hilangnya sertifikat rumah
24
Memaksa Dibyo
25
Di gadaikan
26
Kalah Saing
27
Belang Budi
28
Saling memanfaatkan
29
Dilema Titik
30
Kebahagiaan di tengah duka
31
Rencana busuk
32
Desakkan
33
Sikap tegas Nina
34
Menyerah
35
Semakin terlihat busuknya.
36
Lamaran dadakan
37
Mengasingkan Dibyo
38
Pertemuan yang tak terduga
39
Bertemu mantan mertua
40
Karma
41
Terenggut lagi
42
Kembalinya Yanto
43
Serangan Ratih
44
Terusir
45
Menolak
46
Ancaman Novi
47
Budi lagi
48
Kekejian Budi
49
Tentang Mulya
50
Kekalutan Budi
51
Pulang
52
Apa lagi?
53
Tertangkap
54
Teringkus
55
Akhir kisah Budi.
56
Hukuman
57
Bertingkah
58
Hamil
59
Pergi
60
Sidang
61
Ketahuan
62
Murkanya Yanto
63
Mencari kambing hitam
64
Di Keluarkan
65
Kesialan Bertubi-tubi
66
Melabrak Baron
67
Calon Madu
68
Kesepakatan
69
Di luar ekspektasi
70
Hari kelulusan
71
Season 2 kehidupan baru Rima
72
Dikerjai habis-habisan
73
Gadis pertama
74
Perhatian Andi
75
Kecemasan Andi
76
Sikap Galih
77
Rasa yang tidak di mengerti
78
Mencekam
79
Galih Vs Gyan
80
Rencana Andi
81
Lamaran Amadi
82
Taruhan
83
Luke
84
Selalu kata 'Kenapa?'
85
Happy Eid Mubarok
86
Undangan Andi
87
Kekacauan
88
Pernikahan Nina dan Ahmadi
89
Saudari Baru
90
Rencana Citra
91
Pertemuan Andi dan Citra
92
Ungkapan perasaan Andi
93
Kabar duka di tengah kabar bahagia
94
Tuntutan
95
Siapa dalang sebenarnya?
96
Siapa Dia?
97
Kenapa harus kamu?
98
Masih Sangsi
99
Pesta kelulusan
100
Siapa yang iblis sebenarnya.
101
Perpisahan
102
Sepuluh tahun berlalu
103
Pernikahan Dadakan
104
Istri kedua?
105
Tak menyerah
106
Pertemuan
107
ketegasan Andi
108
Saling Mendukung
109
Tegang
110
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!